Transformasi Pembelajaran Harus Berpusat Pada Anak
JAKARTA, NusaBali - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Zulfikri Anas menyatakan transformasi pembelajaran harus berpusat pada anak dan menjamin seluruh anak di Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang layak.
Hal itu disampaikan Zulfikri pada acara "Peluncuran Hasil Penelitian Penggunaan Aplikasi Digital Bagi Pembelajaran Anak" oleh Enuma Indonesia bekerja sama dengan Kemendikbudristek di Jakarta, Kamis.
"Transformasi pembelajaran mesti berpusat pada anak, karena kita tahu bahwa tokoh utama pendidikan adalah anak-anak. Kita ada karena mereka ada, kalau mereka tidak ada, maka keberadaan kita menjadi tidak bermakna," katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya pendidikan yang berpihak kepada seluruh kalangan dan mengakomodasi semua kebutuhan mereka tanpa mengenal dan memisahkan mana anak-anak yang berprestasi dan mana yang tidak. "Beberapa tahun ke belakang dunia pendidikan kita masih pro kepada sebagian anak tertentu. Kalau ingin anak itu masuk sekolah yang dianggap bermutu, mereka harus yang kuat, baik secara akademik maupun non akademik, dan tidak ada sekolah di pinggiran yang layak menerima mereka. Kita tidak ingin lagi seperti itu terjadi," ucap Zulfikri.
Ia menekankan guru justru harus memprioritaskan anak-anak yang lemah sehingga dapat berkembang dan tidak tertinggal dibanding anak-anak berprestasi. "Kalau anak lemah itu justru kita prioritaskan untuk membimbing mereka, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah di kemudian hari dan jangan sampai ada anggapan bahwa pendidikan yang bagus hanya untuk anak yang berprestasi," tuturnya.
Ia juga mengemukakan pentingnya guru untuk terus beradaptasi dengan teknologi karena anak-anak akan terpapar dengan dunia digital yang semakin bergerak dinamis pada masa depan. "Hal pertama yang mesti ditanamkan dalam guru, bagaimana kita masuk ke dunia anak itu, bukan mereka yang dipaksa masuk ke dunia kita. Karena bagaimana pun bagi mereka kita adalah masa lalu, sementara mereka akan hidup di masa depan dengan masalah-masalah yang lebih kompleks," paparnya.
Di satu anak-anak harus berhadapan dengan pengetahuan dan ilmu teknologi yang canggih, cepat, dan begitu dinamis, katanya, sedangkan di sisi lain, mereka juga perlu waktu untuk mengenal siapa diri mereka sesungguhnya, bagaimana mereka bisa mengembangkan daya nalar, kemampuan literasi, kemampuan numerasi, karakter, dan cara berpikir.
"Kalau anak itu logika, nalar, literasi dan numerasinya berkembang dengan baik, salah satu yang diuntungkan dunia industri, karena mereka akan mendapatkan sumber daya manusia yang luar biasa, sehingga bisa berkontribusi terhadap industri kita di masa depan," katanya.
Ia juga mengutarakan Aplikasi Enuma yang diluncurkan oleh Enuma Indonesia dapat membantu anak-anak di usia pembelajar pemula dapat belajar sambil bermain dengan menyenangkan. Sekolah Enuma menerapkan metode permainan atau gamifikasi dalam sebuah aplikasi untuk pembelajaran anak dengan konten bahasa Indonesia, matematika, dan Bahasa Inggris, dengan kurikulum yang sejalan dengan kurikulum nasional serta kurikulum merdeka.
"Sekolah Enuma adalah salah satu ruang bagi kita untuk memberikan pelayanan kepada anak karena mereka senang, cinta, dan menikmati belajar. Salah satu keunggulan Rumah Enuma ini, bagaimana proses belajar ini terjadi karena dorongan dan minat keinginan anak untuk terus belajar," ujarnya.
Berdasarkan hasil riset yang disampaikan, Sekolah Enuma berdampak positif terhadap meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak di pendidikan dasar tingkat awal (hingga kelas 2 SD). "Yang perlu diperhatikan, bagaimana ke depan semua sekolah bisa mengakses Enuma ini, dengan biaya yang terjangkau," ucap Zulfikri Anas.7
"Transformasi pembelajaran mesti berpusat pada anak, karena kita tahu bahwa tokoh utama pendidikan adalah anak-anak. Kita ada karena mereka ada, kalau mereka tidak ada, maka keberadaan kita menjadi tidak bermakna," katanya.
Ia juga mengingatkan pentingnya pendidikan yang berpihak kepada seluruh kalangan dan mengakomodasi semua kebutuhan mereka tanpa mengenal dan memisahkan mana anak-anak yang berprestasi dan mana yang tidak. "Beberapa tahun ke belakang dunia pendidikan kita masih pro kepada sebagian anak tertentu. Kalau ingin anak itu masuk sekolah yang dianggap bermutu, mereka harus yang kuat, baik secara akademik maupun non akademik, dan tidak ada sekolah di pinggiran yang layak menerima mereka. Kita tidak ingin lagi seperti itu terjadi," ucap Zulfikri.
Ia menekankan guru justru harus memprioritaskan anak-anak yang lemah sehingga dapat berkembang dan tidak tertinggal dibanding anak-anak berprestasi. "Kalau anak lemah itu justru kita prioritaskan untuk membimbing mereka, jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah di kemudian hari dan jangan sampai ada anggapan bahwa pendidikan yang bagus hanya untuk anak yang berprestasi," tuturnya.
Ia juga mengemukakan pentingnya guru untuk terus beradaptasi dengan teknologi karena anak-anak akan terpapar dengan dunia digital yang semakin bergerak dinamis pada masa depan. "Hal pertama yang mesti ditanamkan dalam guru, bagaimana kita masuk ke dunia anak itu, bukan mereka yang dipaksa masuk ke dunia kita. Karena bagaimana pun bagi mereka kita adalah masa lalu, sementara mereka akan hidup di masa depan dengan masalah-masalah yang lebih kompleks," paparnya.
Di satu anak-anak harus berhadapan dengan pengetahuan dan ilmu teknologi yang canggih, cepat, dan begitu dinamis, katanya, sedangkan di sisi lain, mereka juga perlu waktu untuk mengenal siapa diri mereka sesungguhnya, bagaimana mereka bisa mengembangkan daya nalar, kemampuan literasi, kemampuan numerasi, karakter, dan cara berpikir.
"Kalau anak itu logika, nalar, literasi dan numerasinya berkembang dengan baik, salah satu yang diuntungkan dunia industri, karena mereka akan mendapatkan sumber daya manusia yang luar biasa, sehingga bisa berkontribusi terhadap industri kita di masa depan," katanya.
Ia juga mengutarakan Aplikasi Enuma yang diluncurkan oleh Enuma Indonesia dapat membantu anak-anak di usia pembelajar pemula dapat belajar sambil bermain dengan menyenangkan. Sekolah Enuma menerapkan metode permainan atau gamifikasi dalam sebuah aplikasi untuk pembelajaran anak dengan konten bahasa Indonesia, matematika, dan Bahasa Inggris, dengan kurikulum yang sejalan dengan kurikulum nasional serta kurikulum merdeka.
"Sekolah Enuma adalah salah satu ruang bagi kita untuk memberikan pelayanan kepada anak karena mereka senang, cinta, dan menikmati belajar. Salah satu keunggulan Rumah Enuma ini, bagaimana proses belajar ini terjadi karena dorongan dan minat keinginan anak untuk terus belajar," ujarnya.
Berdasarkan hasil riset yang disampaikan, Sekolah Enuma berdampak positif terhadap meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi anak-anak di pendidikan dasar tingkat awal (hingga kelas 2 SD). "Yang perlu diperhatikan, bagaimana ke depan semua sekolah bisa mengakses Enuma ini, dengan biaya yang terjangkau," ucap Zulfikri Anas.7
Komentar