Produksi Minim, Buleleng Tunggu Bantuan Cabai
SINGARAJA, NusaBali - Luasan tanam cabai rawit di Buleleng tahun ini berkurang hampir 50 persen dari tahun 2022 lalu. Hal ini disebut menjadi pemicu minumnya produksi cabai dan berpengaruh pada kenaikan harga. Kondisi ini juga diperparah dengan produksi cabai di Buleleng dikirim ke luar Buleleng.
Data Dinas Pertanian Buleleng luas tanam cabai rawit dari Januari-November 2023 hanya 520,5 hektare. Sedangkan pada tahun 2022 seluas 1.100 hektare. Penurunan luas tanam cabai di Buleleng disebabkan karena faktor cuaca ekstrem yang membuat petani berpikir dua kali untuk menanam cabai.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng Gede Subudi Rabu (22/11) mengatakan beberapa sentra cabai di Buleleng tidak menanam tahun ini. Seperti di Desa Sumberklampok, Desa Sumberkima, Desa Pejarakan dan Desa/Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Hal ini karena musim kemarau berkepanjangan yang berdampak pada ketersediaan air untuk irigasi sangat minim.
“Tanaman cabai selain memerlukan perlakuan khusus juga perlu banyak air. Sedangkan sekarang musim kemarau panjang petani banyak yang tidak mau ambil risiko,” terang Subudi.
Selain luasan tanam yang menurun, produksi cabai Buleleng juga tidak hanya untuk keperluan lokal. Tetapi banyak yang diambil pengepul untuk kebutuhan di Tabanan dan Denpasar. Hal ini pun tidak dapat dibendung pemerintah, karena petani cabai Buleleng mendapatkan harga yang lebih menjanjikan dengan pengepul langganannya.
Namun di akhir tahun ini, Buleleng masih punya harapan untuk menjamin ketersediaan produksi cabai tetap terjamin. Sebanyak 100 ribu bibit cabai rawit varietas ori bantuan dari Bank Indonesia (BI) sudah disebar di sejumlah kelompok tani dan subak di empat kecamatan. Total luas tanam mencapai 9,10 hektare tersebar di Kecamatan Kubutambahan, Busungbiu, Buleleng dan Sawan.
“Sebagian sudah tanam di bulan September kemarin hanya 2 kelompok tani di Desa Bulian yang belum. Mereka minta droping bibit di bulan Desember, menunggu ketersediaan air irigasi,” kata Subudi.
Diperkirakan ratusan ribu bibit cabai ini sudah mulai dipanen pada bulan Januari 2024 mendatang. Kondisi ini pun diharapkan produksi cabai rawit di Buleleng aman hingga bulan Mei 2024 mendatang dan dapat menekan inflasi. 7k23
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng Gede Subudi Rabu (22/11) mengatakan beberapa sentra cabai di Buleleng tidak menanam tahun ini. Seperti di Desa Sumberklampok, Desa Sumberkima, Desa Pejarakan dan Desa/Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Hal ini karena musim kemarau berkepanjangan yang berdampak pada ketersediaan air untuk irigasi sangat minim.
“Tanaman cabai selain memerlukan perlakuan khusus juga perlu banyak air. Sedangkan sekarang musim kemarau panjang petani banyak yang tidak mau ambil risiko,” terang Subudi.
Selain luasan tanam yang menurun, produksi cabai Buleleng juga tidak hanya untuk keperluan lokal. Tetapi banyak yang diambil pengepul untuk kebutuhan di Tabanan dan Denpasar. Hal ini pun tidak dapat dibendung pemerintah, karena petani cabai Buleleng mendapatkan harga yang lebih menjanjikan dengan pengepul langganannya.
Namun di akhir tahun ini, Buleleng masih punya harapan untuk menjamin ketersediaan produksi cabai tetap terjamin. Sebanyak 100 ribu bibit cabai rawit varietas ori bantuan dari Bank Indonesia (BI) sudah disebar di sejumlah kelompok tani dan subak di empat kecamatan. Total luas tanam mencapai 9,10 hektare tersebar di Kecamatan Kubutambahan, Busungbiu, Buleleng dan Sawan.
“Sebagian sudah tanam di bulan September kemarin hanya 2 kelompok tani di Desa Bulian yang belum. Mereka minta droping bibit di bulan Desember, menunggu ketersediaan air irigasi,” kata Subudi.
Diperkirakan ratusan ribu bibit cabai ini sudah mulai dipanen pada bulan Januari 2024 mendatang. Kondisi ini pun diharapkan produksi cabai rawit di Buleleng aman hingga bulan Mei 2024 mendatang dan dapat menekan inflasi. 7k23
Komentar