Baru Ada 30 Orang, Bali Kekurangan Dokter Spesialis Ortopedi
MANGUPURA, NusaBali - Upaya mengemas Bali sebagai medical tourism masih memiliki banyak tantangan ke depannya. Salah satunya terkait ketersediaan dokter spesialis ortopedi alias dokter tulang.
Dalam catatan Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI), baru ada 30 dokter spesialis tulang yang ada di Bali. Jumlah tersebut masih jauh dari ideal, apalagi Pulau Dewata mulai digadang-gadang sebagai destinasi medical tourism.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Prof Dr dr Ismail HD SpOT (K) tidak memungkiri adanya kekurangan dokter spesialis ortopedi. Menurut dia, bukan hanya di Pulau Dewata, namun di Indonesia pun masih jauh dari kata ideal. Dalam catatannya, total keseluruhan dokter spesialis ortopedi di Indonesia hanya 1.400 orang.
“Untuk di Bali itu baru ada sekitar 30 orang dokter spesialis ortopedi. Ini memang jauh dari ideal,” ujarnya saat menghadiri The 71st Continuing Orthopaedic Education (COE) of Indonesian Orthopaedic Association yang digelar di Jimbaran, Kuta Selatan, Badung pada Sabtu (25/11).
Menurut dia, di tengah wacana untuk menjadikan Pulau Dewata sebagai medical tourism, tentu perlu adanya kesiapan seluruh pihak, termasuk dari dokter spesialis ortopedi. Tidak hanya itu, fasilitas seperti peralatan canggih untuk menunjang hal itu juga sangat diperlukan. Maka sangat diperlukan kolaborasi semua pihak dalam memuluskan wacana tersebut.
“Kesiapan yang paling utama tentunya terkait jumlah dokter itu sendiri. Kalau idealnya, satu dokter spesialis ortopedi berbanding 100.000 orang. Itu adalah ideal berdasarkan perhitungan dari kami. Memang tidak hanya berdasarkan jumlah, tetapi harus berdasarkan fasilitas juga. Jadi jumlah banyak tanpa adanya fasilitas yang baik, pelayanannya mungkin kurang bisa optimal," kata Ismail.
Dia juga menilai, dengan adanya wacana Bali sebagai medical tourism itu, pihak swasta sudah menangkap dan mulai membangun rumah sakit. Maka dari itu, keberadaan dokter spesialis ortopedi pun sangat dibutuhkan ke depannya. Jika melihat kondisi saat ini, Ismail menyatakan sejauh ini penanganan masih bisa tercover dengan fasilitas yang ada, tapi belum sampai ke tahap canggih. “Salah satu rumah sakit yang tergolong sangat siap adalah Rumah Sakit Umum Pusat Prof Ngoerah (RSUP Sanglah, Denpasar). Jadi, mulai tahun depan sudah ada alat canggih yang diletakkan di ruang operasi. Ya, ini semua untuk mendukung rencana medical tourism itu,” tandas Ismail. 7 dar
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Prof Dr dr Ismail HD SpOT (K) tidak memungkiri adanya kekurangan dokter spesialis ortopedi. Menurut dia, bukan hanya di Pulau Dewata, namun di Indonesia pun masih jauh dari kata ideal. Dalam catatannya, total keseluruhan dokter spesialis ortopedi di Indonesia hanya 1.400 orang.
“Untuk di Bali itu baru ada sekitar 30 orang dokter spesialis ortopedi. Ini memang jauh dari ideal,” ujarnya saat menghadiri The 71st Continuing Orthopaedic Education (COE) of Indonesian Orthopaedic Association yang digelar di Jimbaran, Kuta Selatan, Badung pada Sabtu (25/11).
Menurut dia, di tengah wacana untuk menjadikan Pulau Dewata sebagai medical tourism, tentu perlu adanya kesiapan seluruh pihak, termasuk dari dokter spesialis ortopedi. Tidak hanya itu, fasilitas seperti peralatan canggih untuk menunjang hal itu juga sangat diperlukan. Maka sangat diperlukan kolaborasi semua pihak dalam memuluskan wacana tersebut.
“Kesiapan yang paling utama tentunya terkait jumlah dokter itu sendiri. Kalau idealnya, satu dokter spesialis ortopedi berbanding 100.000 orang. Itu adalah ideal berdasarkan perhitungan dari kami. Memang tidak hanya berdasarkan jumlah, tetapi harus berdasarkan fasilitas juga. Jadi jumlah banyak tanpa adanya fasilitas yang baik, pelayanannya mungkin kurang bisa optimal," kata Ismail.
Dia juga menilai, dengan adanya wacana Bali sebagai medical tourism itu, pihak swasta sudah menangkap dan mulai membangun rumah sakit. Maka dari itu, keberadaan dokter spesialis ortopedi pun sangat dibutuhkan ke depannya. Jika melihat kondisi saat ini, Ismail menyatakan sejauh ini penanganan masih bisa tercover dengan fasilitas yang ada, tapi belum sampai ke tahap canggih. “Salah satu rumah sakit yang tergolong sangat siap adalah Rumah Sakit Umum Pusat Prof Ngoerah (RSUP Sanglah, Denpasar). Jadi, mulai tahun depan sudah ada alat canggih yang diletakkan di ruang operasi. Ya, ini semua untuk mendukung rencana medical tourism itu,” tandas Ismail. 7 dar
1
Komentar