Prihatin Perang, Penyair Satrio Welang Buat Program Antologi Puisi
DENPASAR, NusaBali - Tergerak dari kekejaman perang yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina, di mana ribuan anak-anak, wanita dan warga sipil menjadi korban, penyair Moch Satrio Welang baru merilis program Teater Sastra Welang yakni Antologi Puisi Palestina se-Indonesia dengan tema perang dan kemanusiaan.
Sejak program ini digulirkan, 15 November 2023, proses pengumpulan karya puisi bertema perang dan kemanusiaan dimulai. Dalam waktu yang relatif singkat, pengumpulan karya ditutup 26 November 2023 dan terkumpul 39 puisi dari penjuru tanah air.
‘’Buku ini merupakan bentuk aksi kemanusiaan lewat sastra sebuah dukungan kepedulian untuk kebebasan rakyat Palestina," ujar Satrio Welang pada, Rabu (29/11).
Ia menyebut tragedi kemanusiaan di bumi Palestina sejak 70 tahun lalu, tak henti hingga kini. "Yang menjadi korban selalu warga sipil, terutama anak- anak, wanita dan lanjut usia," ucapnya.
Buku antologi puisi merupakan kerja kreatif komunal, di mana untuk ilustrasi lukisan sampul digarap langsung oleh pelukis asal Surabaya Anantyo Prio JP dan artwork buku digarap oleh seniman muda Bali Komang Adi Wiguna.
Moch Satrio Welang menulis puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’, yang menjadi ide awal bergulirnya pembuatan buku puisi se-Indonesia. Penyair Achmad Obe Marzuki, tampak meluap mengirim puisi panjang bertenaga tentang Palestina berjudul ‘Sumpah Darah Tanah Palestina.’ Penyair Bali, penulis buku ‘Pelacur Para Dewa’, Pranita Dewi juga mengirimkan karya terbarunya berjudul ‘Dan Tuhan Pun Mengasihinya’ yang memperkuat buku ini.
Demikian pula Penyair Senior Bali, yang juga seorang kurator seni budaya, Warih Wisatsana yang mengirimkan puisi untuk Palestina yang berjudul ‘Gaza’. Warih Wisatsana sendiri baru saja mendapat penghargaan World Peace Artist Award dari Arts and Culture Magazine, Korea Selatan.
Beberapa Penyair Bali tampak memberikan dukungan dengan mengirimkan karya, di antaranya Winar Ramelan, Nunung El Niel, Ni Wayan Idayati, Reza Ramadhan, Bonk Ava dan Imam Barker.
Barisan pegiat teater pun hadir di antaranya Dadi Reza Pujiadi (Jakarta), Beby Sastradirja (Tangerang), Sukma Uma (Tabanan), Legu Adi Wiguna (Denpasar), Dian Yuliana (Bekasi), Bayu Lesmana (Bekasi), Bayu Reinhard (Denpasar), Sista Nirmala (Negara), Jingga Kelana (Banyuwangi) dan juga Band Teater D’Odah (Denpasar).
Tak ketinggalan partisipasi penyair, pegiat seni, akademisi antara lain Anggiri Penangsang (Jambi), Ardhi Ridwansyah (Jakarta), Bi Sugi Hartono (Jambi), Clemens R. Atawolo (Kupang), Fani Yudistira (Denpasar), Muhammad Iqbal K. (Magelang), Sasti Ardiyanti (Banten), Sigit Firmansyah (Banjarbaru), Fathurrozi (Sumenep), Rissa Churria (Bekasi), Eirenne (Denpasar), Sukron Hidayat (Bondowoso), Farisa Mardianti (Jombang), Sholehuddin (Probolinggo), Ahmad Aris Manurung, Ahmad Dwi Saputra dan Idung Attaklimi.
Tak hanya itu, terlibat pula dua penyair senior Negeri Jiran, Malaysia yakni Oui Bin Sal (Kelantan) dan Lim Yew Yak ( Negeri Sembilan), memperkuat ikatan barisan negara serumpun Melayu, Indonesia - Malaysia.
Moch Satrio Welang berterima kasih kepada segenap pihak yang mendukung penerbitan buku yang dijadwalkan pendistribusian se-Indonesia dan Malaysia pada pertengahan Desember mendatang.
"Menyatukan suara mendesak penghapusan segala bentuk penjajahan di muka bumi, penindasan yang menghancurleburkan nilai-nilai kemanusiaan," ujarnya. 7 cr78
‘’Buku ini merupakan bentuk aksi kemanusiaan lewat sastra sebuah dukungan kepedulian untuk kebebasan rakyat Palestina," ujar Satrio Welang pada, Rabu (29/11).
Ia menyebut tragedi kemanusiaan di bumi Palestina sejak 70 tahun lalu, tak henti hingga kini. "Yang menjadi korban selalu warga sipil, terutama anak- anak, wanita dan lanjut usia," ucapnya.
Buku antologi puisi merupakan kerja kreatif komunal, di mana untuk ilustrasi lukisan sampul digarap langsung oleh pelukis asal Surabaya Anantyo Prio JP dan artwork buku digarap oleh seniman muda Bali Komang Adi Wiguna.
Moch Satrio Welang menulis puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’, yang menjadi ide awal bergulirnya pembuatan buku puisi se-Indonesia. Penyair Achmad Obe Marzuki, tampak meluap mengirim puisi panjang bertenaga tentang Palestina berjudul ‘Sumpah Darah Tanah Palestina.’ Penyair Bali, penulis buku ‘Pelacur Para Dewa’, Pranita Dewi juga mengirimkan karya terbarunya berjudul ‘Dan Tuhan Pun Mengasihinya’ yang memperkuat buku ini.
Demikian pula Penyair Senior Bali, yang juga seorang kurator seni budaya, Warih Wisatsana yang mengirimkan puisi untuk Palestina yang berjudul ‘Gaza’. Warih Wisatsana sendiri baru saja mendapat penghargaan World Peace Artist Award dari Arts and Culture Magazine, Korea Selatan.
Beberapa Penyair Bali tampak memberikan dukungan dengan mengirimkan karya, di antaranya Winar Ramelan, Nunung El Niel, Ni Wayan Idayati, Reza Ramadhan, Bonk Ava dan Imam Barker.
Barisan pegiat teater pun hadir di antaranya Dadi Reza Pujiadi (Jakarta), Beby Sastradirja (Tangerang), Sukma Uma (Tabanan), Legu Adi Wiguna (Denpasar), Dian Yuliana (Bekasi), Bayu Lesmana (Bekasi), Bayu Reinhard (Denpasar), Sista Nirmala (Negara), Jingga Kelana (Banyuwangi) dan juga Band Teater D’Odah (Denpasar).
Tak ketinggalan partisipasi penyair, pegiat seni, akademisi antara lain Anggiri Penangsang (Jambi), Ardhi Ridwansyah (Jakarta), Bi Sugi Hartono (Jambi), Clemens R. Atawolo (Kupang), Fani Yudistira (Denpasar), Muhammad Iqbal K. (Magelang), Sasti Ardiyanti (Banten), Sigit Firmansyah (Banjarbaru), Fathurrozi (Sumenep), Rissa Churria (Bekasi), Eirenne (Denpasar), Sukron Hidayat (Bondowoso), Farisa Mardianti (Jombang), Sholehuddin (Probolinggo), Ahmad Aris Manurung, Ahmad Dwi Saputra dan Idung Attaklimi.
Tak hanya itu, terlibat pula dua penyair senior Negeri Jiran, Malaysia yakni Oui Bin Sal (Kelantan) dan Lim Yew Yak ( Negeri Sembilan), memperkuat ikatan barisan negara serumpun Melayu, Indonesia - Malaysia.
Moch Satrio Welang berterima kasih kepada segenap pihak yang mendukung penerbitan buku yang dijadwalkan pendistribusian se-Indonesia dan Malaysia pada pertengahan Desember mendatang.
"Menyatukan suara mendesak penghapusan segala bentuk penjajahan di muka bumi, penindasan yang menghancurleburkan nilai-nilai kemanusiaan," ujarnya. 7 cr78
1
Komentar