Pembentukan Karakter, SMAN 2 Banjar Gelar Megala-gala
SINGARAJA, NusaBali - SMAN 2 Kecamatan Banjar, Buleleng secara khusus membuat agenda gelar karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Siswa kelas X diajak melaksanakan permainan tradisional megala-gala atau gobak sodor di lapangan sekolah, Sabtu (2/12). Permainan tradisional yang merupakan kearifan lokal ini digelar untuk pembentukan karakter melalui nilai-nilai permainan tradisional.
Siswa yang jarang bahkan tidak lagi memainkan permainan tradisional ini dalam keseharian nampak begitu antusias mengikuti kegiatan. Keseruan permainan tradisional yang belakangan terlupakan karena siswa banyak ketergantungan dengan gadget (alat komunikasi elektronik, red) menjadikan suasana dan sensasi baru bagi mereka.
Kepala SMA Negeri 2 Banjar, Made Mahendra Eka Purusa mengungkapkan, permainan tradisional yang kini mulai punah dan jarang dimainkan sejatinya banyak memiliki nilai-nilai yang sangat berkaitan dengan profil pelajar Pancasila. Selain sportivitas, kekompakan dan kerjasama, dalam permainan ini juga dibangun budaya positif yaitu kesepakatan bersama. Semua permainan tradisional selalu diawali dengan membangun kesepakatan bersama akan aturan main yang akan diterapkan. "Nah disinilah terkadang kearifan lokal itu terjadi, setiap daerah bahkan setiap lingkup komunitas memiliki aturan main berbeda-beda sesuai kesepakatan, " ucap Mahendra.
Selain itu, secara tidak langsung pemasyarakatan kembali permainan tradisional menjadi salah satu upaya pelestarian sekaligus juga menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Menurutnya, dengan dilaksanakannya riset kecil dalam P5, siswa memahami bahwa ada nilai dan norma di setiap permainan tradisional. Hal ini pun diharapkan dapat memunculkan ide-ide permainan tradisional yang baru. “Selain megala-gala, siswa dalam kelompoknya juga menggali permainan-permainan tradisional yang pernah berkembang di daerahnya masing-masing. Baik dari wawancara dengan orang tua, masyarakat dan juga melalui literatur, ” tegas Mahendra. k23
Siswa yang jarang bahkan tidak lagi memainkan permainan tradisional ini dalam keseharian nampak begitu antusias mengikuti kegiatan. Keseruan permainan tradisional yang belakangan terlupakan karena siswa banyak ketergantungan dengan gadget (alat komunikasi elektronik, red) menjadikan suasana dan sensasi baru bagi mereka.
Kepala SMA Negeri 2 Banjar, Made Mahendra Eka Purusa mengungkapkan, permainan tradisional yang kini mulai punah dan jarang dimainkan sejatinya banyak memiliki nilai-nilai yang sangat berkaitan dengan profil pelajar Pancasila. Selain sportivitas, kekompakan dan kerjasama, dalam permainan ini juga dibangun budaya positif yaitu kesepakatan bersama. Semua permainan tradisional selalu diawali dengan membangun kesepakatan bersama akan aturan main yang akan diterapkan. "Nah disinilah terkadang kearifan lokal itu terjadi, setiap daerah bahkan setiap lingkup komunitas memiliki aturan main berbeda-beda sesuai kesepakatan, " ucap Mahendra.
Selain itu, secara tidak langsung pemasyarakatan kembali permainan tradisional menjadi salah satu upaya pelestarian sekaligus juga menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Menurutnya, dengan dilaksanakannya riset kecil dalam P5, siswa memahami bahwa ada nilai dan norma di setiap permainan tradisional. Hal ini pun diharapkan dapat memunculkan ide-ide permainan tradisional yang baru. “Selain megala-gala, siswa dalam kelompoknya juga menggali permainan-permainan tradisional yang pernah berkembang di daerahnya masing-masing. Baik dari wawancara dengan orang tua, masyarakat dan juga melalui literatur, ” tegas Mahendra. k23
Komentar