Jembatan ‘Belanda’ di Blahbatuh Miring
Satu Sling Putus, Vihara Amurva Bhumi Ditutup Sementara
Jembatan penghubung ini merupakan jembatan jenis jembatan gantung dengan bahan penyeberangan terbuat dari kayu, saat ini jembatan sudah tidak difungsikan
GIANYAR, NusaBali
Salah satu tali sling jembatan kuno peninggalan Belanda di atas Vihara Amurva Bhumi, di Jalan Raya Wisma Gajah Mada perbatasan Kecamatan Sukawati-Blahbatuh, Gianyar putus. Putusnya satu tali sling ini mengakibatkan posisi jembatan mengalami kemiringan ke arah sisi selatan. Kondisi ini juga berdampak akses masuk ke Vihara Amurva Bumi tidak bisa dilalui. Vihara pun untuk sementara ditutup untuk umum.
Juru Kunci Vihara Amurva Bhumi, Tjwa Sin Liang menjelaskan tali sling diketahui putus sejak, Jumat (1/12) sekitar pukul 17.30 Wita. "Tali sling yang di bagian barat, di sisi selatannya putus. Bunyinya luar biasa keras saat putus itu. Waktu kejadian istri saya kebetulan habis sembahyang," ujar Sin Liang saat ditemui Minggu (3/12). Saat itu cuaca diketahui sedang hujan deras. "Untung tali sling sebelah utara masih kuat, jika itu putus mungkin saja jembatan ini runtuh terlempar bisa sampai kena vihara," ungkapnya khawatir.
Sepengetahuannya, kondisi tali sling jembatan di atas aliran Tukad (Sungai) Petanu itu sudah tampak memerah sejak setahun terakhir. Atas kondisi itu, instansi terkait telah melakukan survei dan berencana melakukan penanganan tahun 2024 mendatang. "Sudah ada tim yang survei, rencana tahun depan dibongkar," jelasnya. Namun karena kini salah satu tali sling telah putus, Sin Liang berharap ada penanganan cepat.
"Supaya segera ditangani karena akses masuk ke Vihara tidak bisa dilalui," jelasnya. Akses masuk Vihara telah ditutup sejak tali sling putus, sebab jembatan berada tepat di atas tangga menuju vihara. Untuk aktivitas persembahyangan sehari-hari, Sin Liang terpaksa membuat tangga darurat di sebelah utara. "Untuk umum belum bisa, tapi sembahyang setiap hari kita upayakan dari utara. Turun naik pakai tangga," terangnya.
Salah satu tali sling jembatan kuno peninggalan Belanda di atas Vihara Amurva Bhumi, di Jalan Raya Wisma Gajah Mada perbatasan Kecamatan Sukawati-Blahbatuh, Gianyar putus. Putusnya satu tali sling ini mengakibatkan posisi jembatan mengalami kemiringan ke arah sisi selatan. Kondisi ini juga berdampak akses masuk ke Vihara Amurva Bumi tidak bisa dilalui. Vihara pun untuk sementara ditutup untuk umum.
Juru Kunci Vihara Amurva Bhumi, Tjwa Sin Liang menjelaskan tali sling diketahui putus sejak, Jumat (1/12) sekitar pukul 17.30 Wita. "Tali sling yang di bagian barat, di sisi selatannya putus. Bunyinya luar biasa keras saat putus itu. Waktu kejadian istri saya kebetulan habis sembahyang," ujar Sin Liang saat ditemui Minggu (3/12). Saat itu cuaca diketahui sedang hujan deras. "Untung tali sling sebelah utara masih kuat, jika itu putus mungkin saja jembatan ini runtuh terlempar bisa sampai kena vihara," ungkapnya khawatir.
Sepengetahuannya, kondisi tali sling jembatan di atas aliran Tukad (Sungai) Petanu itu sudah tampak memerah sejak setahun terakhir. Atas kondisi itu, instansi terkait telah melakukan survei dan berencana melakukan penanganan tahun 2024 mendatang. "Sudah ada tim yang survei, rencana tahun depan dibongkar," jelasnya. Namun karena kini salah satu tali sling telah putus, Sin Liang berharap ada penanganan cepat.
"Supaya segera ditangani karena akses masuk ke Vihara tidak bisa dilalui," jelasnya. Akses masuk Vihara telah ditutup sejak tali sling putus, sebab jembatan berada tepat di atas tangga menuju vihara. Untuk aktivitas persembahyangan sehari-hari, Sin Liang terpaksa membuat tangga darurat di sebelah utara. "Untuk umum belum bisa, tapi sembahyang setiap hari kita upayakan dari utara. Turun naik pakai tangga," terangnya.
Foto: Juru Kunci Vihara Amurva Bhumi Blahbatuh, Tjwa Sin Liang. -NOVI ANTARI
Meski tidak ada kaitan antara jembatan dengan vihara, sepengetahuan Sin Liang jembatan peninggalan Belanda ini dibangun sekitar tahun 1908. "Menurut cerita papa saya, jembatan itu ada tahun 1908 peninggalan Belanda. Sejak tahun 1977 jembatan itu sudah tidak berfungsi, setelah jembatan (jembatan saat ini) di selatan selesai," jelasnya.
Jembatan penghubungi ini merupakan jembatan jenis jembatan gantung dengan bahan penyeberangan terbuat dari kayu. Saat ini jembatan ini tidak difungsikan sebagai jembatan penyeberangan mengingat sudah ada jembatan modern di sebelah selatannya. Di samping itu pula, jembatan kayu ini kondisinya sudah lapuk. Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Blahbatuh AKP I Made Tama mengatakan sudah melakukan tindak lanjut informasi masyarakat terkait kondisi jembatan di atas Vihara Amurva Bhumi, Blahbatuh yang mengalami kemiringan dari posisi aslinya.
Atas informasi tersebut telah dilakukan pengecekan ke lokasi yang beralamat di Jalan Raya Wisma Gajah Mada Blahbatuh itu.
"Kondisi Jembatan merupakan jembatan kuno yang diperkirakan berdiri pada masa penjajahan Belanda dengan panjang jembatan sekitar 60 meter, dan lebar 5 meter, yang saat ini sudah mengalami korosi di sebagian rangka besi jembatan," jelasnya.
Pegangan tali sling dan tali sling vertikal yang memegang kuncian kerangka di sisi barat bagian selatan jembatan terlepas, dan diduga putus sehingga mengakibatkan posisi jembatan mengalami kemiringan ke arah sisi selatan dengan sudut kemiringan sekitar 5⁰.
"Dugaan tali dan penutup sling vertikal putus diakibatkan karena faktor usia sling yang mengalami korosi dan faktor cuaca hujan," jelas Kapolsek AKP Made Tama. Demi keamanan, pihaknya telah memasang police line di sekitar jembatan. Berdasarkan catatan beberapa artikel yang merujuk terhadap sejarah adanya jembatan ini. Pada zaman kolonial Belanda jembatan ini dibangun untuk mobilitas pengiriman pasukan dari wilayah barat ke daerah timur khususnya Gianyar. Walau kini tak difungsikan, namun jembatan ini tidak dirobohkan dan saat ini di fungsikan sebagai bukti sejarah yang ada di Desa Blahbatuh. Tempat ini pun sering dijadikan objek foto maupun lokasi berfoto selfie wisatawan karena bentuk jembatan yang klasik. 7 nvi
Komentar