Kemendibudristek Ajak Semua Pihak Berbagi Buku Bacaan
JAKARTA, NusaBali - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta semua pihak agar membagi-bagikan buku bacaan untuk meningkatkan literasi atau kemampuan memahami bacaan mulai dari tingkat pendidikan paling rendah.
“Kami minta semua pihak agar bagi-bagi buku bacaan,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminuddin Aziz di Balikpapan, Selasa (28/11).
Menurut dia, sejak tahun 2022 Kemendikbudristek sudah membagi-bagikan 15 juta buku ke 20 ribu taman kanak-kanak dan taman bermain serta sekolah dasar di seluruh Indonesia.
"Sebelum memulai program ini pada 2022, kami sudah melakukan riset tentang hal-hal apa saja yang menarik minat anak untuk dibaca, berikut juga tampilan buku yang bagaimana yang membuat anak-anak suka membaca," katanya.
Program pembagian buku ini juga berdasar pada hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, di mana satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi. Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman yang lebih tinggi.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kebiasaan membaca sejak dini, dan kebiasaan membaca ini karena kurangnya buku bacaan bermutu yang dapat menarik minat baca siswa serta penggunaannya yang tepat dalam kegiatan belajar
“Dalam hal ini, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk menjangkau semua sekolah yang membutuhkan, sehingga kami mengajak pihak lain untuk bagi-bagi buku bacaan. Ajakan kami direspons dan ditindaklanjuti oleh Tanoto Foundation,” kata Aminuddin. 7
Menurut dia, sejak tahun 2022 Kemendikbudristek sudah membagi-bagikan 15 juta buku ke 20 ribu taman kanak-kanak dan taman bermain serta sekolah dasar di seluruh Indonesia.
"Sebelum memulai program ini pada 2022, kami sudah melakukan riset tentang hal-hal apa saja yang menarik minat anak untuk dibaca, berikut juga tampilan buku yang bagaimana yang membuat anak-anak suka membaca," katanya.
Program pembagian buku ini juga berdasar pada hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, di mana satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi. Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman yang lebih tinggi.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kebiasaan membaca sejak dini, dan kebiasaan membaca ini karena kurangnya buku bacaan bermutu yang dapat menarik minat baca siswa serta penggunaannya yang tepat dalam kegiatan belajar
“Dalam hal ini, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri untuk menjangkau semua sekolah yang membutuhkan, sehingga kami mengajak pihak lain untuk bagi-bagi buku bacaan. Ajakan kami direspons dan ditindaklanjuti oleh Tanoto Foundation,” kata Aminuddin. 7
Komentar