Ngaben Massal Masih Relevan
Upacara Pitra Yadnya berupa ngaben kinembulan (missal) setiap banjar/desa pakraman di Bali masih sangat relevan pada jaman globalisasi kini.
GIANYAR, NusaBali
Selain hemat biaya, ngaben kinembulan juga untuk memupuk rasa kebersamaan antara krama banjar/desa pakraman.
Namun dalam pelaksanaannya, perlu didiskusikan banten mana saja yang boleh bersama dan banten niri (perorangan). Demikian disampaikan Ida Pandita Mpu Siwa Budha Dhaksa Dharmita dari Griya Agung, Banjar Babakan, Sukawati, saat Penyuluhan Agama Hindu dan Bimbingan Umat, diselenggarakan PHDI Gianyar di Kantor Camat Sukawati, Sabtu (15/7).
Ida Sri Mpu mengungkapkan, selama ini umat Hindu di Bali kurang mendapat pencerahan terkait ngaben. "Sesungguhnya, ngaben sederhana bukan berarti penyederhanaan banten. Tapi banten yang dipakai sesuai dengan sastra pengabenan, berpijak pada sastra seperti Lontar Yama Purwana Tattwa, Yama Purana Tattwa, Yama Tattwa dan Plutuk Tingkahing Wong Ngaben," jelasnya. Dalam lontar Plutuk Wong Ngaben, misalnya, diatur tentang babantenan yang harus niri/perseorangan dan mana banten yang bisa digunakan bersama. "Banten yang seharusnya niri antara lain bubur pirata, nasi angkeb, suci dananan, pras pengambeyan, nasi punjungan/soda putih kuning, ahepan saji catur warna, dan panjang ilang. Selain itu banten pelengkap lainnya bisa digunakan bersama," jelasnya.
Diakui, agak sukit mengubah pemahaman tentang banten tersebut karena paham 'nak mule keto' (memang begitu sejak dulu). Di satu sisi, banyak umat mengeluh karena kehidupan serba susah, namun biaya cukup banyak saat kematian. "Fenomena ini perlu disikapi oleh pemegang kebijakan untuk memberikan penyuluhan semakin intens kepada umat," ujarnya.
Jelas Ida Sri Mpu, menurut jumlah sawa yang diaben, Pitra Yadnya dibagi menjadi dua kategori yakni Ngaben Niri (perseorangan) dan Ngaben Ngerit/Kinembulan yang digelar secara massal. "Jadi upakaranya ada niri dan ada pula berkelompok. Bagi masyarakat zaman global, khususnya yang kurang mampu, Ngaben Ngerit ini adalah pilihan yang bijaksana," jelasnya.
Turut memberikan pencerahan agama yakni Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran. Ida Pedanda menekankan, pelaksanaan yadnya harus dilandasi pikiran suci, tanpa pamrih, dan kata-kata manis. "Prajapati menciptakan alam dengan yadnya. Alam dan isinya terpelihara oleh yadnya. Dan pelaksanaan yadnya itu untuk kebahagiaan manusia," jelasnya.
Sekretaris PHDI Gianyar Ir Pande Ngurah Karyawan mengantarkan materi terkait kebijakan pemerintah dalam perspektif Hindu. Kegiatan penyuluhan dengan tema "Swadharmaning Beragama dan Bernegara melalui Implementasi Yadnya" ini dimoderatori langsung oleh Ketua PHDI Kabupaten Gianyar I Nyoman Patra. Penyuluhan ini dihadiri Bendesa se Kecamatan Sukawati, para pemangku Khayangan Tiga, Serati Banten dan tokoh masyarakat.
Ketua PHDI Gianyar Nyoman Patra menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu program PHDI tahun 2017 untuk memberikan pencerahan kepada umat Hindu. "Kami sudah keliling di tujuh kecamatan untuk memberikan penyuluhan. Tujuannya, agar umat semakin tercerahkan, sekaligus kami menyerap keluhan maupun saran dari umat khususnya dalam pelaksanaan yadnya," jelasnya. *nvi
Komentar