Mycoplasma Pneumonia Belum Ditemukan di Bali
Bandara Pasang Thermoscanner, RSUD Buleleng Wajibkan Masker
Walau kasusnya belum terdeteksi di Bali, namun Diskes tetap waspada dengan menyiapkan fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan RS jika ditemukan gejala
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali mengantisipasi masuknya kasus mycoplasma pneumonia atau infeksi pernapasan pneumonia yang ditemukan di China melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai. Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi saat liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) nanti Diskes Bali tetap mewaspadai.
“Untuk bandara kita utamakan (antisipasi) pneumonia, lalu monkeypox, dan Covid-19 ya kemarin sudah koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), kita juga minta laporan mereka kalau ada kasus yang dicurigai langsung memberi informasi untuk dirujuk ke rumah sakit,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali, I Nyoman Gede Anom, Jumat (8/12). Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi Diskes Bali tetap mewaspadai, bahkan sudah menyiapkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit apabila ditemukan gejala serupa.
Anom juga sudah berkoordinasi dengan dokter anak apabila menemukan kasus mengarah pada mycoplasma pneumoniae agar segera melaporkan untuk pemeriksaan spesimen ke Surabaya, sebab alatnya belum ada di Bali. Sejauh ini mereka hanya menangani pneumonia yang umum di Indonesia berbeda dengan yang marak saat ini di China, untuk kasus infeksi pernapasan ini pada tahun 2022 sebanyak 5.269 kasus ditangani dan 2023 hingga saat ini 4.977 kasus.
Sebagai antisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia, RSUD Buleleng mulai menerapkan Standar Operasi Prosedur (SOP) yang ketat untuk seluruh pengunjung. Pasien, pengunjung, pendamping dan masyarakat umum yang berkunjung ke RSUD Buleleng diwajibkan untuk memakai masker. Hal ini diterapkan sebagai antisipasi kasus Mycoplasma Pneumonia yang isunya sedang santer di dunia.
Meskipun kasus di Bali dan di Buleleng belum ditemukan, RSUD Buleleng sudah menyiapkan antisipasi dini. Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha dihubungi, Jumat (8/12) mengatakan pasien pneumonia hampir setiap hari ada yang baru. Mereka yang mengalami gejala berat akan dirawat di ruang khusus TB Paru. Sedangkan yang bergejala ringan dirawat di ruang perawatan biasa.
Menurut Arya Nugraha mycoplasma pneumoniae berbeda dengan pneumonia pada kasus Covid-19.
Namun dua kasus ini memiliki kesamaan disebarkan melalui droplet, penanganan dan pemberian nutrisi. Yang membedakan pada pemberian obat-obatannya. Mycoplasma disebabkan oleh bakteri yang penanganannya dengan memberikan antibiotik, sedangkan Covid-19 disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan antibiotik melainkan vaksin anti Covid-19.
“Dalam edukasi di rumah sakit kami mengharuskan rilis semua yang berkunjung baik pasien, penunggu, keluarga, tamu pakai masker semua. Ini untuk menghindari penularan yang lebih beresiko,” ucap Arya Nugraha. Sejauh ini selain menerapkan SOP ketat, RSUD Buleleng juga tetap menyediakan ruang isolasi, yang diwariskan saat Pandemi Covid-19 lalu. Khusus untuk pasien dengan pneumonia berat akan dirawat di ruang isolasi bertekanan negatif yang dilengkapi dengan ventilator. Ruang isolasi ini tersedia 4 bed.
Namun jika pasien dengan gejala lebih ringan akan dirawat di ruang isolasi bersama dalam satu ruangan berkapasitas 5 bed. Sementara itu dirut yang juga dokter spesialis penyakit dalam ini mengatakan kasus mycoplasma dapat menyerang seluruh kelompok umur. Namun dari kasus yang ditemukan di beberapa negara didominasi oleh kelompok umur anak-anak dan kelompok rentan dengan komorbid. Arya Nugraha menambahkan RSUD Buleleng sangat siap menangani kemungkinan munculnya kasus mycoplasma pneumonia. “Kehati-hatian dan mitigasi terhadap kasus baru kita lakukan setiap hari. Ruangan tetap ada, tenaga ahli juga ada, obat-obatan yang diperlukan mencukupi termasuk melakukan pemeriksaan kultur bakteri atau kuman,” terang Arya Nugraha.
Sementara menyikapi meningkatnya kasus penyakit Mycoplasma Pneumonia yang merebak di negara China, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung melakukan langkah-langkah antisipatif. Salah satunya dengan memasang 5 unit thermoscanner di area kedatangan dan keberangkatan internasional.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Iwan Novi Hantoro menjelaskan pemasangan thermoscanner ini merupakan bagian dari upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menjadi perhatian global. “Kami mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah masuknya Mycoplasma Pneumonia ke Pulau Bali melalui Bandara Ngurah Rai sebagai salah satu pintu utama masuk wisatawan internasional,” ungkap Iwan saat dikonfirmasi pada, Jumat (8/12) siang.
Iwan menambahkan jika thermoscanner memiliki fungsi untuk memindai suhu tubuh penumpang secara cepat dan akurat. Pemasangan 5 unit alat ini diharapkan dapat mempercepat proses pemeriksaan suhu tubuh dan mendeteksi potensi kasus yang perlu ditindaklanjuti lebih lanjut. Selain itu pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan penyakit Mycoplasma Pneumonia yang ditujukan kepada instansi di wilayah Bandara I Gusti Ngurah Rai, termasuk maskapai sebagai perusahaan pengangkut.
“Langkah antisipasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa Bandara Ngurah Rai tetap aman dan bebas dari penyebaran Mycoplasma Pneumonia. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan standar keamanan dan kesehatan di bandara demi keberlangsungan destinasi wisata Pulau Bali,” paparnya. Dijelaskannya, pihak bandara juga akan bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar untuk memastikan koordinasi yang efektif dalam penanganan situasi ini. Nantinya, petugas kesehatan yang ditugaskan di bandara melakukan pengawasan pemeriksaan suhu tubuh dan pengamatan gejala kepada pelaku perjalanan secara visual.
Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kasus Mycoplasma Pneumonia yang terdeteksi melalui Bandara Ngurah Rai, pemasangan thermoscanner dan langkah-langkah preventif lainnya dianggap sebagai langkah proaktif untuk melindungi kesehatan publik dan mendukung keberlanjutan sektor pariwisata di Pulau Bali.
Dia juga menegaskan jika terdapat penumpang yang menunjukkan gejala atau ditemukan kasus, maka pelaku perjalanan yang bergejala akan dipisahkan dari penumpang lainnya dan akan ditangani oleh pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar.
“Kami terus memantau perkembangan kasus penularan penyakit Mycoplasma Pneumonia di dalam negeri maupun luar negeri, dan hingga saat ini semua WNA yang baru datang di Bandara I Gusti Ngurah Rai diperlakukan sama untuk pencegahan penyakit tersebut,” pungkasnya.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali, I Nyoman Gede Anom mengantisipasi masuknya kasus mycoplasma pneumonia atau infeksi pernapasan pneumonia yang ditemukan di China melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Untuk bandara kita utamakan (antisipasi) pneumonia, lalu monkeypox, dan Covid-19 ya kemarin sudah koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), kita juga minta laporan mereka kalau ada kasus yang dicurigai langsung memberi informasi untuk dirujuk ke rumah sakit,” kata dr Anom, Jumat kemarin.
Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi Diskes Bali tetap mewaspadai, bahkan sudah menyiapkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit apabila ditemukan gejala serupa.
Anom juga sudah berkoordinasi dengan dokter anak apabila menemukan kasus mengarah pada mycoplasma pneumoniae agar segera melaporkan untuk pemeriksaan spesimen ke Surabaya, sebab alatnya belum ada di Bali. Sejauh ini mereka hanya menangani pneumonia yang umum di Indonesia berbeda dengan yang marak saat ini di China, untuk kasus infeksi pernapasan ini pada tahun 2022 sebanyak 5.269 kasus ditangani dan 2023 hingga saat ini 4.977 kasus. Antisipasi masuknya mycoplasma pneumoniae di masa libur akhir tahun ini juga didukung pihak Bandara I Gusti Ngurah Rai melalui pemasangan lima pos pemindai suhu dan penempatan petugas KKP. 7 k23, ol3, ant
Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali mengantisipasi masuknya kasus mycoplasma pneumonia atau infeksi pernapasan pneumonia yang ditemukan di China melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai. Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi saat liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) nanti Diskes Bali tetap mewaspadai.
“Untuk bandara kita utamakan (antisipasi) pneumonia, lalu monkeypox, dan Covid-19 ya kemarin sudah koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), kita juga minta laporan mereka kalau ada kasus yang dicurigai langsung memberi informasi untuk dirujuk ke rumah sakit,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali, I Nyoman Gede Anom, Jumat (8/12). Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi Diskes Bali tetap mewaspadai, bahkan sudah menyiapkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit apabila ditemukan gejala serupa.
Anom juga sudah berkoordinasi dengan dokter anak apabila menemukan kasus mengarah pada mycoplasma pneumoniae agar segera melaporkan untuk pemeriksaan spesimen ke Surabaya, sebab alatnya belum ada di Bali. Sejauh ini mereka hanya menangani pneumonia yang umum di Indonesia berbeda dengan yang marak saat ini di China, untuk kasus infeksi pernapasan ini pada tahun 2022 sebanyak 5.269 kasus ditangani dan 2023 hingga saat ini 4.977 kasus.
Sebagai antisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia, RSUD Buleleng mulai menerapkan Standar Operasi Prosedur (SOP) yang ketat untuk seluruh pengunjung. Pasien, pengunjung, pendamping dan masyarakat umum yang berkunjung ke RSUD Buleleng diwajibkan untuk memakai masker. Hal ini diterapkan sebagai antisipasi kasus Mycoplasma Pneumonia yang isunya sedang santer di dunia.
Meskipun kasus di Bali dan di Buleleng belum ditemukan, RSUD Buleleng sudah menyiapkan antisipasi dini. Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha dihubungi, Jumat (8/12) mengatakan pasien pneumonia hampir setiap hari ada yang baru. Mereka yang mengalami gejala berat akan dirawat di ruang khusus TB Paru. Sedangkan yang bergejala ringan dirawat di ruang perawatan biasa.
Menurut Arya Nugraha mycoplasma pneumoniae berbeda dengan pneumonia pada kasus Covid-19.
Namun dua kasus ini memiliki kesamaan disebarkan melalui droplet, penanganan dan pemberian nutrisi. Yang membedakan pada pemberian obat-obatannya. Mycoplasma disebabkan oleh bakteri yang penanganannya dengan memberikan antibiotik, sedangkan Covid-19 disebabkan oleh virus yang tidak memerlukan antibiotik melainkan vaksin anti Covid-19.
“Dalam edukasi di rumah sakit kami mengharuskan rilis semua yang berkunjung baik pasien, penunggu, keluarga, tamu pakai masker semua. Ini untuk menghindari penularan yang lebih beresiko,” ucap Arya Nugraha. Sejauh ini selain menerapkan SOP ketat, RSUD Buleleng juga tetap menyediakan ruang isolasi, yang diwariskan saat Pandemi Covid-19 lalu. Khusus untuk pasien dengan pneumonia berat akan dirawat di ruang isolasi bertekanan negatif yang dilengkapi dengan ventilator. Ruang isolasi ini tersedia 4 bed.
Namun jika pasien dengan gejala lebih ringan akan dirawat di ruang isolasi bersama dalam satu ruangan berkapasitas 5 bed. Sementara itu dirut yang juga dokter spesialis penyakit dalam ini mengatakan kasus mycoplasma dapat menyerang seluruh kelompok umur. Namun dari kasus yang ditemukan di beberapa negara didominasi oleh kelompok umur anak-anak dan kelompok rentan dengan komorbid. Arya Nugraha menambahkan RSUD Buleleng sangat siap menangani kemungkinan munculnya kasus mycoplasma pneumonia. “Kehati-hatian dan mitigasi terhadap kasus baru kita lakukan setiap hari. Ruangan tetap ada, tenaga ahli juga ada, obat-obatan yang diperlukan mencukupi termasuk melakukan pemeriksaan kultur bakteri atau kuman,” terang Arya Nugraha.
Sementara menyikapi meningkatnya kasus penyakit Mycoplasma Pneumonia yang merebak di negara China, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kecamatan Kuta, Badung melakukan langkah-langkah antisipatif. Salah satunya dengan memasang 5 unit thermoscanner di area kedatangan dan keberangkatan internasional.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Iwan Novi Hantoro menjelaskan pemasangan thermoscanner ini merupakan bagian dari upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menjadi perhatian global. “Kami mengambil langkah-langkah proaktif untuk mencegah masuknya Mycoplasma Pneumonia ke Pulau Bali melalui Bandara Ngurah Rai sebagai salah satu pintu utama masuk wisatawan internasional,” ungkap Iwan saat dikonfirmasi pada, Jumat (8/12) siang.
Iwan menambahkan jika thermoscanner memiliki fungsi untuk memindai suhu tubuh penumpang secara cepat dan akurat. Pemasangan 5 unit alat ini diharapkan dapat mempercepat proses pemeriksaan suhu tubuh dan mendeteksi potensi kasus yang perlu ditindaklanjuti lebih lanjut. Selain itu pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan penyakit Mycoplasma Pneumonia yang ditujukan kepada instansi di wilayah Bandara I Gusti Ngurah Rai, termasuk maskapai sebagai perusahaan pengangkut.
“Langkah antisipasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa Bandara Ngurah Rai tetap aman dan bebas dari penyebaran Mycoplasma Pneumonia. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan standar keamanan dan kesehatan di bandara demi keberlangsungan destinasi wisata Pulau Bali,” paparnya. Dijelaskannya, pihak bandara juga akan bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar untuk memastikan koordinasi yang efektif dalam penanganan situasi ini. Nantinya, petugas kesehatan yang ditugaskan di bandara melakukan pengawasan pemeriksaan suhu tubuh dan pengamatan gejala kepada pelaku perjalanan secara visual.
Meskipun hingga saat ini belum ada laporan kasus Mycoplasma Pneumonia yang terdeteksi melalui Bandara Ngurah Rai, pemasangan thermoscanner dan langkah-langkah preventif lainnya dianggap sebagai langkah proaktif untuk melindungi kesehatan publik dan mendukung keberlanjutan sektor pariwisata di Pulau Bali.
Dia juga menegaskan jika terdapat penumpang yang menunjukkan gejala atau ditemukan kasus, maka pelaku perjalanan yang bergejala akan dipisahkan dari penumpang lainnya dan akan ditangani oleh pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar.
“Kami terus memantau perkembangan kasus penularan penyakit Mycoplasma Pneumonia di dalam negeri maupun luar negeri, dan hingga saat ini semua WNA yang baru datang di Bandara I Gusti Ngurah Rai diperlakukan sama untuk pencegahan penyakit tersebut,” pungkasnya.
Terpisah Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Bali, I Nyoman Gede Anom mengantisipasi masuknya kasus mycoplasma pneumonia atau infeksi pernapasan pneumonia yang ditemukan di China melalui pintu Bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Untuk bandara kita utamakan (antisipasi) pneumonia, lalu monkeypox, dan Covid-19 ya kemarin sudah koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), kita juga minta laporan mereka kalau ada kasus yang dicurigai langsung memberi informasi untuk dirujuk ke rumah sakit,” kata dr Anom, Jumat kemarin.
Hingga saat ini kasus yang sudah terdeteksi di Jakarta itu belum ada di Bali, namun melihat kunjungan wisatawan yang tinggi Diskes Bali tetap mewaspadai, bahkan sudah menyiapkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit apabila ditemukan gejala serupa.
Anom juga sudah berkoordinasi dengan dokter anak apabila menemukan kasus mengarah pada mycoplasma pneumoniae agar segera melaporkan untuk pemeriksaan spesimen ke Surabaya, sebab alatnya belum ada di Bali. Sejauh ini mereka hanya menangani pneumonia yang umum di Indonesia berbeda dengan yang marak saat ini di China, untuk kasus infeksi pernapasan ini pada tahun 2022 sebanyak 5.269 kasus ditangani dan 2023 hingga saat ini 4.977 kasus. Antisipasi masuknya mycoplasma pneumoniae di masa libur akhir tahun ini juga didukung pihak Bandara I Gusti Ngurah Rai melalui pemasangan lima pos pemindai suhu dan penempatan petugas KKP. 7 k23, ol3, ant
1
Komentar