Tetap Waspada Tuberkulosis
DI tengah kekhawatiran akan wabah pneumonia di China, para ahli mengingatkan ada penyakit pernapasan yang tak kalah mengkhawatirkan yakni tuberkulosis (TBC).
Pneumonia di China jelas memicu kekhawatiran akan peristiwa serupa di Indonesia. Namun Erlina Burhan, dokter spesialis paru-konsultan di RSUP Persahabatan, mengingatkan yang patut diwaspadai sebenarnya tuberkulosis.
“TB kita nomor 2 di dunia. Sekarang angkanya naik lagi. Kalau tadinya (insidensi) 969 ribu, tahun ini keluar (data) dari WHO insidensi di Indonesia menjadi 1.060.000,” kata Erlina dilansir dari cnnindonesia.com, Jumat (1/12/2023).
TB resisten obat (TB-RO) merupakan kondisi bakteri Mycobacterium tuberculosis kebal terhadap obat tuberkulosis lini 1. Pasien harus diberi kombinasi obat dan tenggang waktu pengobatan lebih lama ketimbang tuberkulosis biasa.
"Apalagi kita mau eliminasi TB di 2030 jadi alih-alih turun, ini malah naik insidennya," imbuhnya.
Situasi TB di Indonesia terbilang mengkhawatirkan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini menular lewat droplet orang yang terinfeksi.
Gejala umum tuberkulosis antara lain,
1. Tubuh lemas
2. Berat badan turun drastis
3. Demam
4. Keringat di malam hari
5. Batuk selama tiga minggu atau lebih
Kemudian dalam kondisi parah, gejala akan bertambah berat seperti,
1. Batuk berdarah
2. Nyeri dada atau nyeri saat bernapas
3. Sesak napas
Penanganan tuberkulosis (TBC) di lingkungan kerja sangat penting dilakukan. Ini mengingat, penyakit menular satu ini rentan dialami pekerja, baik yang bekerja di pabrik maupun kantoran.
Direktur Bina Pengujian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Maptuha mengatakan bahwa penting untuk memutus mata rantai penularan TBC. Hal ini dilakukan agar tak banyak pekerja di lingkungan perusahaan yang ikut tertular.
"Sangat penting untuk perusahaan dan pemilik perusahaan mematuhi tata laksana penanggulangan TBC, agar penyakit bisa dipangkas dari akarnya," kata Maptuha.
Salah satu hal penting yang harus dilakukan adalah tidak memaksa pegawai yang sakit untuk bekerja. Sudah seharusnya pihak perusahaan memberi waktu libur kepada pekerja yang sakit selama kurang lebih dua pekan.
Waktu dua pekan ini harus digunakan pegawai tersebut untuk beristirahat dan fokus pada pengobatannya.
Bukan hanya itu, pihak perusahaan juga harus memantau kepatuhan minum obat dan penanganan kesehatan lainnya dari pasien yang bersangkutan. Jangan sampai pasien mengalami putus obat, sebab TBC yang dialami bisa semakin parah dan tak kunjung sembuh.
Maptuha juga menyarankan agar pihak perusahaan melakukan pemantauan lingkungan kerja pada tempat kerja di mana kasus TBC ditemukan.
"Harus dicek apakah ruangannya sehat, bersih, apakah terdapat ventilasi udara, bagaimana dengan pencahayaan. Hal-hal ini penting karena TBC bisa menular di dalam ruangan," katanya.
Beberapa langkah pencegahan penularan TBC ke pada orang lain, seperti dilansir dari laman hellosehat.com :
1. Tutup mulut saat batuk dan bersin
TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut. Itu sebabnya, menutup mulut saat bersin dan batuk merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan pasien TBC untuk mencegah penularan ke orang sehat.
Meski begitu, jangan menutup mulut dan hidung menggunakan telapak tangan. Kuman bisa berpindah ke tangan Anda dan berpindah lagi ke orang lain saat berjabat tangan atau memegang mereka.
Sebaiknya gunakan tisu dan segera membuangnya ke tempat sampah agar kuman tak menyebar dan menghindarkan orang lain untuk menyentuhnya.
Sesudahnya, perlu cuci tangan pakai sabun, atau sanitizer beralkohol. Jika tidak sempat mengambil tisu, tutup mulut dengan memalingkan wajah ke sisi lengan dalam atau siku dalam.
Selama mengalami gejala TBC seperti batuk dan bersin, gunakan masker saat sakit di tempat umum sebagai cara mencegah penularan penyakit. Perlu pelajari juga etika batuk yang baik dan benar.
2. Jangan meludah atau membuang dahak sembarangan
Sama halnya dengan batuk atau bersin di tempat umum, membuang dahak dan meludah pun tidak boleh sembarangan.
Bakteri yang terdapat dalam percikan ludah bisa beterbangan di udara, kemudian terhirup oleh orang di sekitar.
Jika ingin membuang dahak atau meludah, lakukanlah di kamar mandi. Siram ludah dengan air dan zat pembersih disinfektan sampai terbilas bersih.
3. Mengurangi interaksi sosial
Selain menjaga kebersihan diri, perlu juga menghindari interaksi yang melibatkan kontak dekat dengan orang lain sebagai cara mencegah TBC.
Jika memungkinkan, usahakan untuk beraktivitas atau tidur di ruangan yang terpisah.
Batasi waktu bepergian, jangan terlalu lama berada di tempat-tempat yang dipadati banyak orang, terutama transportasi umum.
Apabila tidak memiliki kebutuhan mendesak, perbanyak saja beristirahat di rumah.
Bagi penderita tuberkulosis dengan kondisi resistan antibiotik diharuskan melakukan isolasi diri sampai benar-benar sembuh dari infeksi bakteri.
Perawat atau orang lain yang berkontak dengan penderita TBC resistan obat perlu menggunakan alat dan pakaian pelindung diri sebagai upaya pencegahan.
4. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan
Saat menetap di rumah, pastikan ruangan yang ditinggali terjaga kebersihannya. Kuman penyebab TBC umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembaban, dan sistem ventilasi di rumah.
Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Namun, bakteri TBC bisa langsung mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung. Itu sebabnya, dianjurkan buka jendela dan tirai saat cuaca cerah.
Biarkan sinar matahari masuk untuk membunuh kuman-kuman TBC yang mungkin tinggal dalam rumah.
Saat buka jendela, sirkulasi udara dapat membantu mendorong kuman-kuman keluar rumah sehingga mati saat terpapar sinar ultraviolet dari matahari di luar.
5. Batasi kontak dengan kelompok rentan
Salah satu faktor penentu seseorang bisa tertular TBC atau tidak adalah seberapa kuat sistem imun tubuhnya dan kebersihan dirinya. Semakin kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB.
Orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah cenderung lebih mudah terinfeksi.
Menurut badan pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika, CDC, kelompok berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena kondisi sistem imun yang lemah di antaranya adalah anak-anak, ibu hamil, orang lanjut usia, penderita kanker, penderita penyakit autoimun, penderita TB laten, orang yang tidak menjalani pengobatan TBC secara tuntas, orang yang terinfeksi bakteri TBC dalam waktu 2 tahun terakhir
Orang dengan penyakit tertentu seperti HIV/AIDS juga perlu cek TBC. Sama halnya dengan penderita diabetes yang perlu menjalani tes TBC.
Kedua penyakit ini menyebabkan kondisi sistem imun melemah sehingga lebih mudah terinfeksi TBC.
Untuk mencegah TBC, pasien TB aktif perlu membatasi kontak sosial dengan orang-orang dengan kondisi kesehatan tersebut.
Tidak ada cara khusus yang bisa dilakukan bagi orang sehat untuk mencegah atau menghindari penularan penyakit TB paru ini.
Keberadaan bakteri TBC yang menyebar melalui udara sangat sulit untuk dideteksi secara langsung.
Itu sebabnya, mereka yang sehat (belum terinfeksi sama sekali) sebisa mungkin menghindari/membatasi kontak dekat dengan penderita TBC.
Apabila tinggal satu atap sehingga harus berinteraksi setiap hari dengan penderita atau bahkan perlu merawatnya, penting menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan menerapkan pola hidup bersih sehat.
Mencuci tangan, menjaga kebersihan rumah dan tempat tinggal merupakan upaya pencegahan yang bisa dilakukan untuk orang sehat dalam pencegahan TBC.
Sementara untuk cara mencegah penyakit TBC pada anak dan bayi, imunisasi sejak dini perlu dilakukan. Saat ini, vaksin yang efektif melindungi tubuh dari serangan infeksi bakteri TBC adalah vaksin BCG. 7
1
Komentar