Renovasi Pura Puseh Penegil Dharma
Gunakan Gaya Ukiran Khas Buleleng
SINGARAJA, NusaBali - Masyarakat Buleleng makin serius melestarikan seni ukir khas Buleleng. Pelestarian ini salah satunya diterapkan dalam merestorasi bangunan Pura Puseh Penegil Dharma, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Pura Kahyangan Jagat ini kini mendapatkan bantuan berupa dana hibah dari Pemprov Bali senilai Rp 7 miliar.
Restorasi pura dilakukan di seluruh bagian. Mulai dari palinggih hingga Tembok Panyengker. Perbaikan pura dirancang dengan sangat apik. Salah satunya dengan menggunakan gaya ukiran khas Buleleng. Seluruh proses perbaikan pura yang sudah berdiri pada abad ke-9 ini diharapkan sudah rampung akhir Desember 2023.
Kelian Pemaksan Pura Penegil Dharma Jro Ketut Arcana Dangin mengatakan, perbaikan pura dimulai pada Maret 2023. Anggaran yang fantastis itu digunakan untuk merenovasi Candi Bentar, Pagar, Wantilan, Palinggih, tempat parkir dan penataan tempat Panglukatan.
“Sebelum ini sempat direnovasi tahun 2004 lalu. Karena sudah lama kondisi beberapa pelinggih dan candi bentar sudah miring. Bersyukur kami tahun ini dapat bantuan perbaikan,” kata Arcana.
Arcana menjelaskan ukiran bangunan di Pura Puseh Penegil Dharma yang dikenal sebagai pura tertua di Bali sangat dilestarikan oleh krama pangempon. Pura yang dikenal juga dengan nama Pura Penyusuhan ini pun sudah berdiri sebelum Majapahit berekspansi ke Bali. Pura ini juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan pada masa itu.
Raja pertama yang sempat berstana di Pura Puseh Penegil Dharma adalah Sri Kesari Warmadewa. Namun keberadaan Warmadewa hanya dua tahun. Dinasti ini dilanjutkan dengan Raja Ugrasena hingga Ratu Hyang Pingit.
Menurut Arcana, Pura Puseh Penegil Dharma memiliki lima palinggih pokok di kawasan pura seluas 1,5 hektare ini. Paling utama adalah palinggih Ratu Hyang Pingit, palinggih Ratu Ngurah, palinggih Ratu Penataran Agung, palinggih Ratu Ayu Mutering Jagat, dan Ratu Gede Petengan Agung.
Keberadaan pura ini berkaitan dengan delapan pura dii Desa Kubutambahan dan Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan. Lima Pura di Kubutambahan meliputi Pura Pande, Pura Kerta Negara Gambur Anglayang, Pura Dalem Puri, Pura Patih dan Pura Meduwe Karang. Sedangkan tiga pura lainnya yakni Pura Candri Manik, Pura Sang Cempaka dan Pura Gede di Desa Bulian. Delapan pura ini diyakini sebagai pasandekan raja-raja pada kala itu.
“Pura Penegil Dharma ini berperan sebagai eksekutif, Pura Dalem Puri sebagai yudikatif, dan Pura Gambur anglayang sebagai legislatifnya,” terang Arcana.
Pura Penegil Dharma diempon oleh Desa Pakraman Kubutambahan. Sedangkan piodalan pura jatuh setiap enam bulan sekali yakni pada Buda Umanis Julungwangi.7k23
Kelian Pemaksan Pura Penegil Dharma Jro Ketut Arcana Dangin mengatakan, perbaikan pura dimulai pada Maret 2023. Anggaran yang fantastis itu digunakan untuk merenovasi Candi Bentar, Pagar, Wantilan, Palinggih, tempat parkir dan penataan tempat Panglukatan.
“Sebelum ini sempat direnovasi tahun 2004 lalu. Karena sudah lama kondisi beberapa pelinggih dan candi bentar sudah miring. Bersyukur kami tahun ini dapat bantuan perbaikan,” kata Arcana.
Arcana menjelaskan ukiran bangunan di Pura Puseh Penegil Dharma yang dikenal sebagai pura tertua di Bali sangat dilestarikan oleh krama pangempon. Pura yang dikenal juga dengan nama Pura Penyusuhan ini pun sudah berdiri sebelum Majapahit berekspansi ke Bali. Pura ini juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan pada masa itu.
Raja pertama yang sempat berstana di Pura Puseh Penegil Dharma adalah Sri Kesari Warmadewa. Namun keberadaan Warmadewa hanya dua tahun. Dinasti ini dilanjutkan dengan Raja Ugrasena hingga Ratu Hyang Pingit.
Menurut Arcana, Pura Puseh Penegil Dharma memiliki lima palinggih pokok di kawasan pura seluas 1,5 hektare ini. Paling utama adalah palinggih Ratu Hyang Pingit, palinggih Ratu Ngurah, palinggih Ratu Penataran Agung, palinggih Ratu Ayu Mutering Jagat, dan Ratu Gede Petengan Agung.
Keberadaan pura ini berkaitan dengan delapan pura dii Desa Kubutambahan dan Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan. Lima Pura di Kubutambahan meliputi Pura Pande, Pura Kerta Negara Gambur Anglayang, Pura Dalem Puri, Pura Patih dan Pura Meduwe Karang. Sedangkan tiga pura lainnya yakni Pura Candri Manik, Pura Sang Cempaka dan Pura Gede di Desa Bulian. Delapan pura ini diyakini sebagai pasandekan raja-raja pada kala itu.
“Pura Penegil Dharma ini berperan sebagai eksekutif, Pura Dalem Puri sebagai yudikatif, dan Pura Gambur anglayang sebagai legislatifnya,” terang Arcana.
Pura Penegil Dharma diempon oleh Desa Pakraman Kubutambahan. Sedangkan piodalan pura jatuh setiap enam bulan sekali yakni pada Buda Umanis Julungwangi.7k23
Komentar