Harga Babi di Bangli Mulai Naik
BANGLI, NusaBali - Harga Babi di Bangli kini berangsur-angsur kembali naik karena serapan pasar meningkat. Kenaikan harga ini tentu menjadi kabar baik bagi para peternak.
Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Kabupaten Bangli Sang Putu Adil menyampaikan sejak beberapa bulan terakhir harga babi terus menurun. Harga terendah sempat menyentuh Rp 28.000/kg. Penyebab harga babi anjlok, salah satunya karena daya serap pasar lokal menurun. Pengusaha mengikuti pembukaan pengiriman Babi yang sudah dilakukan ke berbagai daerah. Seperti Pontianak, Surabaya, dan Jakarta. Pengiriman ke luar daerah cukup lancar. Tapi, serapan pasar lokal masih turun. Kini mulai ada peningkatan harga babi. "Tapi per hari ini, harganya sudah mulai naik. Kemarin, saya jual Rp 30.000 per kilogram," jelasnya, Selasa (12/12).
Menurut Sang Putu Adil, harga Babi Rp 30.000/kg belum sebanding dengan biaya produksi. Salah satu penyebabnya, harga pakan tergolong mahal. Untuk mencapai break event point (BEP), paling tidak harga mencapai Rp 35.000/kg.
Diakui, para peternak yang tergabung dalam Gupbi sepakat mematok harga Rp 40.000/kg. "Harga tersebut paling ideal, apalagi jika mengacu harga daging Babi di pasaran yang saat ini masih berkisar Rp 70.000 - Rp 80.000 ribu per kilogram. Itu yang jadi dasar atau acuan para peternak menentukan harga Rp 40.000 per kilogram," tegasnya.
Dia meminta pemerintah untuk menjalin kerja sama antardaerah dalam bidang perdagangan Babi dan pakan. Dengan kerja sama itu, maka persoalan peternak, salah satunya terkait pakan mahal, bisa teratasi dan terjadi simbiosis mutualisme.
Guna meningkatkan penjualan Babi, dia mengimbau agar tradisi mapatung massal kembali digalakkan. Dengan pola ini, maka konsumen akan mendapatkan harga daging lebih murah, namun peternak tidak merugi.
Terkait pakan mahal, Sang Putu Adil mengatakan peternak harus meningkatkan manajemen mereka. "Salah satunya dengan mencari sumber-sumber pakan alternatif tanpa mengurangi kualitas. Dengan pakan jadi akan menyedot hampir 80 persen hasil produksi," sebutnya.7esa
Komentar