Ayah Korban Mimpi Rumahnya Diterjang Gelombang
Duka mendalam dirasakan pasangan suami istri Timin, 52, dengan Nanik, 47, setelah putra ketiganya, Muhamad Risky, 12, tewas dalam kecelakaan maut di Banjar Wanasari Tengah, Desa Wanasari, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Minggu (16/7).
Tabrakan Maut, 2 Tewas, 1 Luka di Desa Wanasari, Tabanan
TABANAN, NusaBali
Begitu juga pihak keluarga di Banjar Penebel Kelod, Desa/Kecamatan Penebel, Tabanan, larut dalam duka. Sebelum Risky tewas lakalantas, Timin mengaku punya firasat buruk setelah bermimpi rumahnya diterjang gelombang.
Timin mengatakan, pada Minggu siang, Risky pamitan kepada ayahnya karena ingin melihat layangan di Wanasari. Risky pergi ke Desa Wanasari, Kecamatan Tabanan sekitar pukul 12.00 Wita bersama sahabatnya, Muzib Ridwan. Timin mengaku mendengar kabar ada tabrakan adu jangkrik menewaskan dua orang di Desa Wanasari. Hanya saja pedagang bakso ini tidak mengetahui jika yang terlibat kecelakaan adalah anaknya. “Lalu ada yang bawa plat motor ke warung, saya terkejut karena plat itu motor yang dibawa Risky,” ungkap Timin di rumah duka, Banjar Penebel Kelod, Senin (17/7).
Timin langsung lemas dan nyaris terjatuh setelah mendengar informasinya anaknya dikirim ke BRSUD Tabanan. Ia menceritakan, sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa anaknya, Timin pernah bermimpi rumahnya diterjang gelombang tetapi airnya jernih. Sementara kepercayaan di Jawa, gelombang keruh pertanda buruk, tetapi kalau jernih ada kedamaian. Diceritakan, Risky bercita-cita jadi pemain sepakbola. Teman-teman sekolah dan gurunya di SMPN 1 Penebel berdatangan melayat. Mereka terkejut atas musibah yang menimpa Risky. “Uang pendaftaran pun dikembalikan oleh pihak sekolah,” terang Timin.
Ibu korban, Nanik sempat memperhatikan kondisi anaknya yang tanpa luka di BRSUD Tabanan. Dikatakan, anaknya tanpa luka, namun lehernya diduga patah karena terlihat membiru. Setelah dibersihkan, jenazah Risky dibawa pulang sekitar pukul 20.00 Wita. Malam itu juga jenazah pelajar kelas I SMPN 1 Penebel itu dimakamkan di kuburan umum Penebel. Dikatakan, Risky tergolong anak mandiri, mengerjakan keperluannya sendiri tanpa pernah mengeluh. “Dia anak mandiri, nyuci sendiri, pokoknya saya tidak ada firasat apapun jika anak saya akan begini,” terangnya.
Sebelumnya, tabrakan maut adu jangkrik yang merenggut dua korban nyawa terjadi di Banjar Wanasari Tengah, Desa Wanasari, Kecamatan Tabanan, Minggu (16/7) siang. Korbannya masing-masing Sudarno, 57 (langsung tewas di lokasi TKP) dan Risky, 13 (siswa SMPN 1 Penebel yang meninggal dalam perjalanan menuju BRSUD Tabanan).
Informasi di lapangan, saat tabrakan maut terjadi, Minggu siang sekitar pukul 13.¬30 Wita, korban Sudarno naik motor Honda Scoopy DK 2823 QG. Pria berusia 57 tahun ini melaju kencang dari arah utara. Sedangkan korban Risky naik mo¬tor Honda Beat DK 3988 GAB sambil membonceng rekannya, Muzib Ridwan, 12. Pelajar SMP ini melaju kencang dari arah selatan.
Kecelakaan maut terjadi berawal ketika korban Sudarno yang tinggal di Banjar Penebel Kelod, Desa/Kecamatan Penebel, Tabanan berusaha mendahului kendaraan di depannya yang tidak diketahui identitasnya saat memasuki lokasi TKP. Sial, pada saat bersamaan, dari arah berlawanan (selatan) melaju kencang motor yang ditunggangi korban Risky berboncengan dengan Muzib Ridwan. Tabrakan maut tak terhindarkan, karena motor yang ditunggangi Sudar-no mengambil haluan terlalu ke kanan. Baik Sudarno maupun Risky beserta Muzib Ridwan terpental ke aspal pasca tabrakan. Mereka tergelatak di jalan dalam kondisi luka berat. Beruntung, satu dari mereka, yakni Muzib Ridwan, nyawanya selamat. *d
1
Komentar