Badan Pangan-Pedagang Ungkap Biang Keroknya
Harga Cabai Masih Mahal
JAKARTA, NusaBali - Secara rata-rata nasional, Badan Pangan Nasional mencatat harga cabai rawit saat ini Rp 82.840 per kg turun 5,33% atau Rp 4.640 per kg dari harga kemarin. Kemudian harga cabai keriting Rp 61.700 per kg, turun 6,50% atau setara Rp 4.290 per kg.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan penyebab tingginya harga cabai rawit saat ini karena produksi yang menurun, sehingga pasokan berkurang. Namun, dia memastikan ada daerah-daerah yang memiliki pasokan melimpah. Jadi, pemerintah menyediakan fasilitas distribusi dari daerah yang surplus ke defisit atau kurang pasokan. Cara ini dilakukan demi menekan harga tinggi di beberapa daerah.
"Beberapa daerah kekurangan memang benar. Tapi kita semua sudah fasilitasi distribusi dan dorong produksi. Bersama Kementan tentunya untuk produksi," jelas dia seperti dilansir detikcom, Senin (18/12).
"Pasokan berkurang di beberapa tempat seperti di Jakarta. Di beberapa daerah seperti Nagekeo NTT, Sulawesi Selatan (Sulsel) harganya malah lebih baik. Artinya, produksi cabai didekatkan dengan daerah konsumen akan lebih baik," ujarnya.
Kementerian Pertanian tengah menggenjot produksi cabai agar pasokan untuk masyarakat cukup. Arief juga mengatakan, masyarakat juga bisa menanam sendiri cabai di pekarangan rumah agar tidak terdampak mahalnya komoditas pangan tersebut.
"Kita semua harus dorong produksinya. Bisa tanaman perkebunan atau tanaman pekarangan," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri mengatakan, saat ini pasokan cabai mengalami kekurangan akibat produksi yang menurun. Jadi harga tinggi disebabkan oleh produksi yang ada lebih sedikit dibandingkan tingginya kebutuhan di akhir tahun ini.
"Ini kan sudah satu bulan lebih ya. Kenapa tidak ada percepatan yang cepat untuk ini. Kan harusnya sudah tahu dua bulan lalu bahwa Desember ini tinggi kebutuhan Natal dan tahun baru. Desember ini ada permintaan 75%, sampai tahun baru. Seharusnya pemerintah melalukan percepatan tanam di 2 bulan lalu itu" ujarnya.
Mansuri merinci saat ini harga cabai rawit merah di sentra produksi seperti, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Tengah angkanya Rp 90.000 per kg. Jika dari sentra produksi saja sudah mahal, maka harga di daerah lainnya seperti di Jakarta akan lebih mahal.
Mansuri menyarankan agar pemerintah memberikan subsidi distribusi dari daerah yang baru panen cabai ke daerah defisit.
"Jadi, jangan diambil dari wilayah sentra, tetapi ambil wilayah yang baru panen. Mana yang baru panen, NTB, Sulsel, nah di sana harganya relatif lebih miring di bawah Rp 60 ribu per kg,"ujarnya.
Ia meyakini harga cabai rawit merah bisa tembus Rp 150.000 per kg, jika pasokan terus menerus tidak cukup untuk tingginya kebutuhan menjelang natal dan tahun baru.
"Kita akan memasuki fase kenaikan pangan itu sekitar tanggal 21-22 Desember, asumsi saya dalam beberapa hari ke depan, harga tidak akan turun, bahkan ada kenaikan. Puncaknya itu tanggal 21 (Desember). Nah kalau subsidi distribusi tidak dilakukan dan tidak ada barang di hari- hari itu, saya meyakini harga bisa tembus Rp 150 ribu per kg," pungkasnya.
Berdasarkan Panel Harga Pangan Nasional, harga cabai rawit merah secara rata-rata nasional Rp 82.810 per kilogram (kg). Harga tertinggi Rp 148.030 per kilogram (kg) di Kalimantan Utara. Sementara harga terendah ada di Papua Barat Rp 58.090 per kg.
Lalu harga cabai merah keriting secara rata-rata nasional Rp 62.560 per kg. Harga tertinggi Rp 101 ribu per kg di Kalimantan Utara dan terendah Rp 39.840 per kg di Aceh. 7
Komentar