Ditinggalkan Saat Pandemi, Kini Coba Dibangkitkan Airnav Indonesia
Kerajinan Ukir Tulang Khas Banjar Manik Tawang, Tampaksiring, Gianyar yang Pernah Booming
Setelah pandemi berakhir kerajinan ukir tulang sulit dibangkitkan kembali, karena tiada peralatan dan perajin yang memilih untuk bekerja ke luar negeri dan sektor lain
GIANYAR, NusaBali
Kerajinan ukir tulang khas Banjar Manik Tawang Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar pernah booming pada masanya. Namun sejak digempur pandemi Covid-19, kerajinan ukir tulang mulai ditinggalkan. Bahkan para perajin ada yang sampai menjual alat-alat mereka demi bertahan hidup.
Kerajinan ukir tulang khas Banjar Manik Tawang Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar pernah booming pada masanya. Namun sejak digempur pandemi Covid-19, kerajinan ukir tulang mulai ditinggalkan. Bahkan para perajin ada yang sampai menjual alat-alat mereka demi bertahan hidup.
Foto: Ketua Paguyuban Perajin Ukir Tulang Gili Rawit Rupa, I Ketut Gede Agus Adi Saputra. -NOVI ANTARI
Ketua Paguyuban Perajin Ukir Tulang Gili Rawit Rupa, Banjar Manik Tawang Desa/Kecamatan Tampaksiring, I Ketut Gede Agus Adi Saputra mengatakan jumlah perajin saat pandemi terus berkurang. Dari mulanya tiap rumah ada 2 sampai 5 perajin, saat pandemi sebagian besar beralih profesi. Ada yang bertani ke sawah, ladang, ada pula yang bekerja sebagai buruh bangunan. Setelah pandemi berakhir kerajinan ukir tulang ini sulit untuk dibangkitkan kembali. Pertama karena tiada peralatan, kedua karena ada yang memilih untuk bekerja ke luar negeri, banyak juga yang bekerja pada sektor lain.
"Zaman dulu tiap rumah itu ada sekitar 2 sampai 5 perajin, di sini ada sekitar 70 song (rumah). Jadi jumlahnya sampai ratusan. Tapi kini, yang berhasil kita ajak bangkit kembali sekitar 40 perajin," jelasnya usai menerima bantuan peralatan ukir tulang program bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Airnav Indonesia di Warung D'Yoni, Banjar Manik Tawang, Tampaksiring, Gianyar, Selasa (19/12). Bantuan peralatan menjadi secercah harapan bagi para perajin untuk bangkit kembali. Selain itu, mereka juga dibekali pelatihan digital marketing agar daya jangkauan pemasarannya mendunia.
"Sekarang apa-apa serba digital. Ada smartphone, orang yang makai harus smart sehingga bermanfaat. Jadi kita gelorakan digital marketing ini," jelas pria yang akrab disapa Adi Siput ini. Adi juga berharap jalinan kerja sama dengan Airnav Indonesia ini dapat membantu perajin dalam ekspedisi maupun pemasaran. "Kendala kami memang di ekspedisi. Ada perajin kita yang sudah sentuh pasar dunia, tapi sulitnya di ekspedisi. Kami harap bersama Airnav Indonesia, kami diajak sharing diskusi untuk cari solusi," jelas pria yang juga seniman lawak ini.
Ketua Paguyuban Perajin Ukir Tulang Gili Rawit Rupa, Banjar Manik Tawang Desa/Kecamatan Tampaksiring, I Ketut Gede Agus Adi Saputra mengatakan jumlah perajin saat pandemi terus berkurang. Dari mulanya tiap rumah ada 2 sampai 5 perajin, saat pandemi sebagian besar beralih profesi. Ada yang bertani ke sawah, ladang, ada pula yang bekerja sebagai buruh bangunan. Setelah pandemi berakhir kerajinan ukir tulang ini sulit untuk dibangkitkan kembali. Pertama karena tiada peralatan, kedua karena ada yang memilih untuk bekerja ke luar negeri, banyak juga yang bekerja pada sektor lain.
"Zaman dulu tiap rumah itu ada sekitar 2 sampai 5 perajin, di sini ada sekitar 70 song (rumah). Jadi jumlahnya sampai ratusan. Tapi kini, yang berhasil kita ajak bangkit kembali sekitar 40 perajin," jelasnya usai menerima bantuan peralatan ukir tulang program bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Airnav Indonesia di Warung D'Yoni, Banjar Manik Tawang, Tampaksiring, Gianyar, Selasa (19/12). Bantuan peralatan menjadi secercah harapan bagi para perajin untuk bangkit kembali. Selain itu, mereka juga dibekali pelatihan digital marketing agar daya jangkauan pemasarannya mendunia.
"Sekarang apa-apa serba digital. Ada smartphone, orang yang makai harus smart sehingga bermanfaat. Jadi kita gelorakan digital marketing ini," jelas pria yang akrab disapa Adi Siput ini. Adi juga berharap jalinan kerja sama dengan Airnav Indonesia ini dapat membantu perajin dalam ekspedisi maupun pemasaran. "Kendala kami memang di ekspedisi. Ada perajin kita yang sudah sentuh pasar dunia, tapi sulitnya di ekspedisi. Kami harap bersama Airnav Indonesia, kami diajak sharing diskusi untuk cari solusi," jelas pria yang juga seniman lawak ini.
Foto: Kerajinan ukir tulang khas Tampaksiring yang dipamerkan. -NOVI ANTARI
Sementara itu, Farhan Jamil Manajer TJSL Airnav Indonesia menjelaskan bantuan yang diberikan berupa peralatan ukir tulang dan pelatihan digital marketing senilai Rp 140-an juta.
Tidak hanya sekali, Airnav Indonesia berkomitmen untuk membantu kebangkitan kerajinan ukir tulang ini secara berkelanjutan. "Airnav sendiri sudah memesan sejumlah ukiran tulang yang akan kita pakai cinderamata kepada relasi kita. Ini sebagai salah satu wujud dorongan kita agar pengrajin semangat untuk berkarya," ungkapnya. Turut hadir saat penyerahan bantuan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Gianyar I Wayan Sadra yang mengajak para perajin kerja keras memanfaatkan peluang ini secara maksimal demi kemajuan UMKM di Gianyar. 7 nvi
Sementara itu, Farhan Jamil Manajer TJSL Airnav Indonesia menjelaskan bantuan yang diberikan berupa peralatan ukir tulang dan pelatihan digital marketing senilai Rp 140-an juta.
Tidak hanya sekali, Airnav Indonesia berkomitmen untuk membantu kebangkitan kerajinan ukir tulang ini secara berkelanjutan. "Airnav sendiri sudah memesan sejumlah ukiran tulang yang akan kita pakai cinderamata kepada relasi kita. Ini sebagai salah satu wujud dorongan kita agar pengrajin semangat untuk berkarya," ungkapnya. Turut hadir saat penyerahan bantuan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Gianyar I Wayan Sadra yang mengajak para perajin kerja keras memanfaatkan peluang ini secara maksimal demi kemajuan UMKM di Gianyar. 7 nvi
Komentar