Isi Waktu Liburan, SMK Gelar Pasraman
AMLAPURA, NusaBali - SMK WWG (Widya Wisata Graha) Amlapura menggelar pasraman kilat untuk mengisi waktu liburan semester. Pasraman melibatkan 22 siswa kelas X dan 35 siswa kelas XII. Sedangkan siswa kelas XI tengah mengikuti program prakerin (praktek kerja industri).
Selama di pasraman, siswa belajar tentang aktivitas budaya Bali. Antara lain, belajar Makidung, Nyastra, dan Majajahitan. Kemudian, acara diakhiri dengan Mgibung (makan bersama).
Kegiatan pasraman tersebut dipimpin langsung Kasek Ni Nyoman Supadmi, di SMK WWG, Jalan Untung, Surapati Amlapura, Rabu (20/12). Jelas Supadmi, guna memperlancar acara pasraman kilat itu, siswi membawa bahan untuk Majajahitan berupa janur, pisau, dan semat. Siswi ini juga membawa makanan berupa nasi dan lauk. Sedangkan siswa laki-laki membawa selepan atau pelepah kelapa lengkap dengan daun. Daun pelepah hijau ini dianyam dijadikan sengkui. Para siswa ini uga membawa makanan.
Pasraman juga diselingi kegiatan menari oleh guru pembina Dian Risma Padmayanti, pembina Kidung dan Nyastra Ni Luh Sri Megantari, pembina Majajahitan dan Manganyam Sengkui Ni Luh Sri Widiadnyani, dan Ni Luh Yeni Astriani.
"Kegiatan nyastra dan makidung dilaksanakan di dalam kelas," kata Ni Nyoman Supadmi yang juga Ketua WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia) Karangasem.
Dia mengakui, pasraman kilat tersebut untuk mengisi waktu liburan siswa agar lebih bermanfaat. Terlebih lagi, materi pasraman ini sebagai bagian dari pelestarian budaya Bali. Membuat Sengkui, misalnya dalam bentuk menganyam daun kelapa. Sengkui ini salah satu bahan upakara untuk upacara Bhuta Yadnya. Anyamannya tentu sesuai urip. Msing-masing sebagai Pangider Dewata Nawa Sanga. Saat dipakai, Sengkui ditutupi dengan blulang atay kulit ayam.
Supadmi menerangkan, anyaman Sengkui dibagi dua. Satu untuk Sengkui Jajar untuk pelengkap Banten Caru dengan kurban ayam. Tapi upakara ini tidak berisi pelengkap kisa. Sedangkan Sengkui Agung untuk Banten Caru dengan kurban bebek atau binatang berkaki empat, berisi pelengkap kisa."Siswa juga mesti mengetahui makna dari pelengkap upakara yang mereka buat," tambahnya.
Guru pembina Ni Luh Yeni Astriani yang sehari-hari guru Agama Hindu menambahkan, pentingnya memberikan materi menganyam sengkui kepada siswa. Karena di masyarakat upakara jenis itu yang diperlukan di setiap ada upacara. "Makanya generasi muda sejak awal agar paham menganyam dan mengetahui makna dan inti sari dari Sengkui itu. Selama ini di masyarakat menganyam Sengkui identik dengan pekerjaan generasi tua yang mengerjakannya," jelasnya.
Selai itu, untuk mengetahui cara membuat beragam upakara, siswa juga langsung belajar di masyarakat saat ada upacara Hindu. "Kali ini di sekolah kami berikan materi itu, tinggal mempraktekkan di masyarakat," tambahnya.7k16
1
Komentar