Ketegaran Seorang Ibu dengan Anak Pejuang Kanker
MANGUPURA, NusaBali.com - Ibu adalah sosok pertama yang jiwa raganya akan hancur berkeping-keping ketika suatu hal menimpa buah hatinya. Seperti Ni Ketut Santi Kumara, 40, yang dunianya terasa hancur ketika putra bungsunya didiagnosis leukemia (kanker darah) pada akhir tahun 2020 silam.
Masih di situasi pandemi Covid-19 yang begitu sulit pada tiga tahun silam itu, Santi baru saja kehilangan bisnisnya. Di kala yang sama, putranya yang baru berusia sekitar 8 tahun dinyatakan mengidap kanker oleh dokter. Malam tahun baru pun ia habiskan di RSUP Prof dr IGNG Ngoerah (Sanglah).
"Pertama kali mendengar itu (anak didiagnosis kanker), keluarga syok. Terutama saya sebagai ibunya, kaki rasanya sudah tidak berasa, tidak bisa berdiri," tutur Santi ketika dijumpai di sela acara Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia di Kerobokan, Kuta Utara, Badung, baru-baru ini.
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil karena terpaan pandemi, Santi dan suaminya, IB Putu Eka Dharmayanta, 43, harus menjual rumah dan mobil untuk perawatan putra mereka. Setiap harus checkup ke RSUP Ngoerah, putra mereka diboyong dengan sepeda motor.
Kata Santi, awalnya perjuangan ini terasa berat. Namun, setelah dijalani dengan ikhlas dan bertemu dengan para ibu yang sepenanggungan, ia merasakan energi baru. Santi memutuskan untuk menguatkan diri dan tegar demi kesembuhan putranya.
"Semangat ini saya dapatkan dari ibu-ibu yang sudah lebih dulu mengalami hal seperti saya. Bahwa, sebagai seorang ibu, kita tidak boleh menunjukkan sisi lemah kita di hadapan anak," ujar Santi.
Perempuan yang kini menetap bersama keluarga kecilnya di bilangan Blahbatuh, Gianyar ini bersyukur sebab putranya selama tiga tahun ini tumbuh menjadi anak yang tangguh. Putranyalah salah satu pendukung terkuat Santi yang selalu menyemangati.
Ketika hasil checkup menunjukkan penurunan kondisi, putranya yang membawa aura positif kepadanya. Santi diminta yakin dan percaya bahwa kesembuhan anugerah Tuhan itu akan datang.
"Aksa (panggilan untuk putranya) itu anak yang kuat dan optimis, bahkan dia yang sering menguatkan saya," beber sosok ibu kelahiran Tampaksiring, Gianyar dengan dua putri dan satu putra ini.
Kini, Santi sudah cukup bisa bernapas lega sebab kondisi putranya menunjukkan perkembangan yang positif. Meski begitu, ia masih harap-harap cemas sebab untuk sembuh total, kata dia, setidaknya memerlukan waktu lima tahun.
Sebagai umat Hindu, Santi percaya bahwa hal yang dilaluinya dan putranya di kehidupan ini adalah garis karma. Namun, sebagai seorang ibu dan manusia biasa, ia berdoa dan berusaha sekuat tenaga demi mencapai titik kesembuhan buah hatinya.
"Saya sangat percaya, dengan rajin berdoa, selalu memberikan vibrasi positif kepada anak, Tuhan pasti akan membantu kami," tandas Santi. *rat
"Pertama kali mendengar itu (anak didiagnosis kanker), keluarga syok. Terutama saya sebagai ibunya, kaki rasanya sudah tidak berasa, tidak bisa berdiri," tutur Santi ketika dijumpai di sela acara Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia di Kerobokan, Kuta Utara, Badung, baru-baru ini.
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil karena terpaan pandemi, Santi dan suaminya, IB Putu Eka Dharmayanta, 43, harus menjual rumah dan mobil untuk perawatan putra mereka. Setiap harus checkup ke RSUP Ngoerah, putra mereka diboyong dengan sepeda motor.
Kata Santi, awalnya perjuangan ini terasa berat. Namun, setelah dijalani dengan ikhlas dan bertemu dengan para ibu yang sepenanggungan, ia merasakan energi baru. Santi memutuskan untuk menguatkan diri dan tegar demi kesembuhan putranya.
"Semangat ini saya dapatkan dari ibu-ibu yang sudah lebih dulu mengalami hal seperti saya. Bahwa, sebagai seorang ibu, kita tidak boleh menunjukkan sisi lemah kita di hadapan anak," ujar Santi.
Perempuan yang kini menetap bersama keluarga kecilnya di bilangan Blahbatuh, Gianyar ini bersyukur sebab putranya selama tiga tahun ini tumbuh menjadi anak yang tangguh. Putranyalah salah satu pendukung terkuat Santi yang selalu menyemangati.
Ketika hasil checkup menunjukkan penurunan kondisi, putranya yang membawa aura positif kepadanya. Santi diminta yakin dan percaya bahwa kesembuhan anugerah Tuhan itu akan datang.
"Aksa (panggilan untuk putranya) itu anak yang kuat dan optimis, bahkan dia yang sering menguatkan saya," beber sosok ibu kelahiran Tampaksiring, Gianyar dengan dua putri dan satu putra ini.
Kini, Santi sudah cukup bisa bernapas lega sebab kondisi putranya menunjukkan perkembangan yang positif. Meski begitu, ia masih harap-harap cemas sebab untuk sembuh total, kata dia, setidaknya memerlukan waktu lima tahun.
Sebagai umat Hindu, Santi percaya bahwa hal yang dilaluinya dan putranya di kehidupan ini adalah garis karma. Namun, sebagai seorang ibu dan manusia biasa, ia berdoa dan berusaha sekuat tenaga demi mencapai titik kesembuhan buah hatinya.
"Saya sangat percaya, dengan rajin berdoa, selalu memberikan vibrasi positif kepada anak, Tuhan pasti akan membantu kami," tandas Santi. *rat
1
Komentar