Perkenalkan Suling Ciri Khas Tabanan
Pengrajin Suling Asal Baturiti Made Tizon
TABANAN, NusaBali - Kabupaten Tabanan tak hanya banyak punya seniman patung. Wilayah ini juga banyak memiliki pengrajin bambu.
Salah satunya I Made Ari Udiana alias Made Tizon. Dia salah seorang pengrajin suling atau seruling bambu yang terkenal di kalangan sekaa kesenian. Hasil kerajinannya sangat khas, yakni bersuara lebih besar dari seruling dari daerah lain.
Made Tizon sejak usia 10 tahun sudah mengenal suling bambu. Saat itu atau masih duduk di bangku sekolah dasar tertarik saja terhadap suling hingga bisa memainkan secara otodidak. "Pertama saya mengenal suling itu sejak usia 10 tahun, saat duduk di sekolah dasar sudah senang dengan suling dan awalnya itu juga otodidak," ujar pria asal Banjar Baturiti Tengah, Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Jumat (22/12).
Selain itu, kata dia, dirinya bisa memainkan suling sekaligus menjadi pengerajin, karena sering bertemu salah satu pemangku dekat rumahnya yang kebetulan sering memainkan suling bambu. “Kebetulan saya senangnya membuat pales pancing dari bambu. Sehingga di sana ada barter ilmu yang saya dapatkan, dari beliaunya saya belajar banyak tentang suling dan beliau juga belajar pales dari saya,” imbuhnya.
Made Tizon sejak usia 10 tahun sudah mengenal suling bambu. Saat itu atau masih duduk di bangku sekolah dasar tertarik saja terhadap suling hingga bisa memainkan secara otodidak. "Pertama saya mengenal suling itu sejak usia 10 tahun, saat duduk di sekolah dasar sudah senang dengan suling dan awalnya itu juga otodidak," ujar pria asal Banjar Baturiti Tengah, Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Jumat (22/12).
Selain itu, kata dia, dirinya bisa memainkan suling sekaligus menjadi pengerajin, karena sering bertemu salah satu pemangku dekat rumahnya yang kebetulan sering memainkan suling bambu. “Kebetulan saya senangnya membuat pales pancing dari bambu. Sehingga di sana ada barter ilmu yang saya dapatkan, dari beliaunya saya belajar banyak tentang suling dan beliau juga belajar pales dari saya,” imbuhnya.
Hingga sekarang Made Tizon tengah menggeluti menjadi perajin suling bambu sampai memiliki kios dengan nama Khana Mahotama Suling yang berlokasi di Banjar Dukuh, Desa Dauh Peken, Tabanan. Bahkan sejak tahun 2002 pun permintaan suling bambu mulai diterimanya dan dikenal dari mulut ke mulut melalui sekaa-sekaa tabuh yang ada.
“Sekitar tahun 2002, permintaan suling dari teman mulai saya buat. Karena mulut ke mulut hingga dikenal di sekaa-sekaa tabuh yang ada. Hingga sampai saat ini beberapa sekaa sudah ada yang memesan, hampir sekaa yang ada di seluruh Bali, kecuali di Karangasem,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Made Tizon menuturkan dalam sehari bisa menyelesaikan 8 sampai 10 suling bambu. Prosesnya mulai dari pemilihan bahan, pembuatannya hingga penyelesaiannya. “Kalau membuat satu suling itu memerlukan hanya 1 jam saja,” katanya.
Dia menerangkan untuk mencari bahan biasanya mencari di wilayah Kabupaten Bangli, khususnya di Desa Suter. Sebab yang digunakan untuk membuat suling menggunakan bambu buluh taluh. “Membedakan suling bambu yang saya buat hanya pada power suaranya saja yang lebih keras, sisanya sama seperti ciri khas dari wilayah lain,” imbuhnya.
Diungkapkan, dalam belajar memainkan suling mulai dari meniup, nekep, teknik buka-tutup, dan ngunyar, nafas supaya tidak putus di tengah-tengah saat meniup. “Itu saja teknik untuk memainkan suling. Kalau kendala lain biasanya ada di bahan yang susah mencarinya. Sebab bahan yang digunakan harus bambu khusus dan kualitasnya yang agak lebih keras,” terang Made Tizon.
Sebab kata dia dalam mencari bahan yang tepat dan bagus perlu diolah dari waktu 6 bulan hingga 1 tahun sebelum dibuat lubangnya. Terkait harga, Made Tizon memberikan harga satu suling bambu yang kecil untuk gong seharga Rp 80 ribu hingga Rp 200 ribuan paling mahal. “Kalau untuk suling baleganjur paling Rp 125 ribu dan suling gambuh Rp 200 ribu,” tandasnya.7des
Komentar