BP Jamsostek Buleleng Bayar Klaim Rp 78 Miliar
SINGARAJA, NusaBali - Menjelang akhir tahun 2023, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) Cabang Buleleng telah membayarkan klaim peserta sebesar Rp 78,4 miliar lebih. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2022 dengan klaim mencapai Rp 47 miliar lebih.
Kepala Cabang BP Jamsostek Buleleng, Nelson Hasudungan mengatakan, realisasi itu terbanyak untuk klaim program Jaminan Hari Tua (JHT) yakni mencapai Rp 56,1 miliar untuk 3.496 kasus. Jumlah kasus klaim itu meningkat dari 3.084 dan nominal klaim tumbuh dibanding saat 2022 dengan jumlah Rp 39,96 miliar.
Kemudian untuk program Jaminan Kematian (JKM) BP Jamsostek Buleleng membayar klaim sebesar Rp 21 miliar untuk 493 kasus, dan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar Rp 347,5 juta dengan total 73 kasus. Sisanya, Jaminan Pensiun (JP) dengan total Rp 650 juta untuk 66 klaim dan program beasiswa Rp 328 juta untuk 78 anak.
Sedangkan pada tahun 2022 lalu, klaim program JKM mencapai Rp 6,45 miliar, dengan 150 kasus, dan klaim program JKK sebesar Rp 76 juta untuk 30 kasus. Lalu pencairan untuk program JP sebanyak Rp 298,7 juta dengan 56 klaim, dan Rp 252 juta beasiswa untuk 70 anak.
Kata Nelson, peningkatan jumlah klaim pada tahun ini dibanding lalu seiring juga dengan meningkatnya jumlah kepesertaan pada BP Jamsostek Buleleng. “Jumlah peserta tahun 2022 sekitar 30 ribuan, tahun 2023 tembus 60 ribuan. Jadi dua kali lipat. Itu juga berbanding lurus dengan jumlah klaimnya yang meningkat,” ujarnya, Selasa (26/12).
Ia menambahkan, peningkatan klaim terbesar pada tahun 2023 ada pada program JKM dengan 80 persen di antaranya didominasi dari peserta Bukan Penerima Upah (BPU) seperti petani dan nelayan. Selain itu, penerima manfaat program beasiswa juga bertambah dari 70 anak menjadi 78 anak.
“Beberapa penerima beasiswa ada yang sudah masuk kuliah. Kemudian ada yang anaknya belum masuk masa sekolah kami tunggu begitu sekolah bisa diklaim,” lanjutnya.
Beasiswa tersebut diperuntukkan bagi 2 orang anak peserta yang meninggal baik karena kecelakaan kerja ataupun bukan karena kecelakaan kerja. Mereka mendapatkan beasiswa dengan jumlah nominal Rp 174 juta untuk pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Nelson mengaku telah bekerja sama dengan desa-desa untuk memudahkan mengurus kepesertaan BP Jamsostek. Sehingga terjadi peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan. Sebelumnya, pada tahun lalu pihaknya berfokus pada kelompok profesi seperti kelompok petani dan kelompok nelayan.
Hanya saja, untuk premi kepesertaan BPU seperti nelayan dan petani masih dibayarkan mandiri oleh masing-masing peserta dan belum ada subsidi dari pemerintah. “Murni dari pendapatan peserta sendiri. Ke depan pasti ada wacana untuk pekerja rentan dibiayai pemerintah setempat, bisa Pemdes (Pemerintah Desa) atau Pemkab (Pemerintah Kabupaten). Namun di Buleleng belum mulai,” tandasnya.7 mzk
Kemudian untuk program Jaminan Kematian (JKM) BP Jamsostek Buleleng membayar klaim sebesar Rp 21 miliar untuk 493 kasus, dan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar Rp 347,5 juta dengan total 73 kasus. Sisanya, Jaminan Pensiun (JP) dengan total Rp 650 juta untuk 66 klaim dan program beasiswa Rp 328 juta untuk 78 anak.
Sedangkan pada tahun 2022 lalu, klaim program JKM mencapai Rp 6,45 miliar, dengan 150 kasus, dan klaim program JKK sebesar Rp 76 juta untuk 30 kasus. Lalu pencairan untuk program JP sebanyak Rp 298,7 juta dengan 56 klaim, dan Rp 252 juta beasiswa untuk 70 anak.
Kata Nelson, peningkatan jumlah klaim pada tahun ini dibanding lalu seiring juga dengan meningkatnya jumlah kepesertaan pada BP Jamsostek Buleleng. “Jumlah peserta tahun 2022 sekitar 30 ribuan, tahun 2023 tembus 60 ribuan. Jadi dua kali lipat. Itu juga berbanding lurus dengan jumlah klaimnya yang meningkat,” ujarnya, Selasa (26/12).
Ia menambahkan, peningkatan klaim terbesar pada tahun 2023 ada pada program JKM dengan 80 persen di antaranya didominasi dari peserta Bukan Penerima Upah (BPU) seperti petani dan nelayan. Selain itu, penerima manfaat program beasiswa juga bertambah dari 70 anak menjadi 78 anak.
“Beberapa penerima beasiswa ada yang sudah masuk kuliah. Kemudian ada yang anaknya belum masuk masa sekolah kami tunggu begitu sekolah bisa diklaim,” lanjutnya.
Beasiswa tersebut diperuntukkan bagi 2 orang anak peserta yang meninggal baik karena kecelakaan kerja ataupun bukan karena kecelakaan kerja. Mereka mendapatkan beasiswa dengan jumlah nominal Rp 174 juta untuk pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.
Nelson mengaku telah bekerja sama dengan desa-desa untuk memudahkan mengurus kepesertaan BP Jamsostek. Sehingga terjadi peningkatan jumlah peserta yang cukup signifikan. Sebelumnya, pada tahun lalu pihaknya berfokus pada kelompok profesi seperti kelompok petani dan kelompok nelayan.
Hanya saja, untuk premi kepesertaan BPU seperti nelayan dan petani masih dibayarkan mandiri oleh masing-masing peserta dan belum ada subsidi dari pemerintah. “Murni dari pendapatan peserta sendiri. Ke depan pasti ada wacana untuk pekerja rentan dibiayai pemerintah setempat, bisa Pemdes (Pemerintah Desa) atau Pemkab (Pemerintah Kabupaten). Namun di Buleleng belum mulai,” tandasnya.7 mzk
Komentar