Ogoh-Ogoh Ingkel Wong: Eksplorasi Tradisi dan Inovasi
DENPASAR, NusaBali.com - Ogoh-ogoh merupakan bagian penting dari perayaan Nyepi di Bali. Menyambut Tahun Baru Caka 1946 bulan Maret mendatang, ST Eka Dharma Suwitra, Banjar Batan Nyuh, Pemecutan Kelod, Denpasar Barat, mengusung tema ‘Ingkel Wong’ untuk ogoh-ogohnya. Tema ini terinspirasi dari kepercayaan Hindu terkait dengan hari baik dan buruk, yang dikenal sebagai Duwasa Ayu.
"Ingkel Wong adalah hari buruk dalam melaksanakan kegiatan yadnya, seperti pernikahan, potong gigi, atau ngaben," ujar I Made Yasa Winangun, undagi ogoh-ogoh ST Eka Dharma Suwitra, Rabu (27/12/2023).
Dalam ogoh-ogoh tersebut, terdapat empat karakter utama, yaitu sang kala sebagai penguasa waktu, dua tokoh arwah (roh), dan satu tokoh manusia yang memohon maaf atas kesalahannya.
Proses pengerjaan baru dimulai pada 19 Desember lalu, bertepatan dengan Ingkel Wong Wuku Sinta. “Sejalan dengan tema ogoh-ogoh kali ini,” kata Keju Juwat sapaan sang undagi.
Fokus ogoh-ogoh masih pada pembentukan anatomi dan ornamen lainnya. Tinggi ogoh-ogoh yang mencapai 4 meter memenuhi kriteria lomba, di mana mereka berencana untuk ikut serta dalam lomba tingkat desa dan kota.
I Made Yasa Winangun mengatakan, ogoh-ogoh ini merupakan eksplorasi tradisi dan inovasi. Tradisi tercermin dalam penggunaan bahan-bahan alami, seperti kayu dan bambu, serta teknik pembuatan yang masih menggunakan cara manual. Inovasi terlihat dalam penggunaan sistem bongkar pasang (knock down) pada setiap bagian ogoh-ogoh. Melihat struktur Banjar yang banyak saka (tiang), inovasi ini memudahkan proses pengeluaran ogoh-ogoh.
"Kami berharap ogoh-ogoh ini dapat menjadi simbol budaya Bali yang hidup, tetapi juga memberikan inspirasi bagi masyarakat Bali dan Indonesia pada umumnya," ujar I Made Yasa Winangun.
Dalam perspektifnya, tahun politik seharusnya tidak menghalangi harmoni di masyarakat. Politik, seni budaya, dan teknologi seharusnya berjalan beriringan. Dalam pandangannya, menyambut tahun politik seharusnya dilakukan dengan sukacita, tanpa saling menjatuhkan dan saling menghasut.
Terkait isu COVID-19, I Made Yasa WInangun berharap bahwa pengalaman tahun 2020 menjadi pelajaran berharga. Dia percaya bahwa segala sesuatu bersifat sementara, dan ogoh-ogoh dapat terus berjalan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Bali. Selain aspek spiritual, ogoh-ogoh juga memiliki dampak positif ekonomi, menggerakkan sektor UMKM, pedagang makanan, dan pariwisata.
I Made Yasa Winangun juga memberikan pandangan tentang penggunaan bahan ramah lingkungan dalam pembuatan ogoh-ogoh.
Meskipun mengapresiasi upaya pemerintah dalam mengatur kriteria penggunaan bahan ramah lingkungan, dia menekankan bahwa kreativitas seni dapat mengolah limbah menjadi karya bernilai.
Dia juga menyoroti perlunya tanggung jawab terhadap penggunaan kayu dan bambu dengan menanam kembali untuk menjaga keseimbangan ekosistem. *m03
1
Komentar