Berproses Sejak 2005, Terakhir Tampil Pada Festival Internasional di Malaysia
Melihat Kiprah Sanggar Santhi Budaya dari Buleleng yang Kini Pegang Lisensi Duta Seni Internasional
Setelah mengantongi lisensi dari UNESCO, Sanggar Santhi Budaya mendapatkan hak dan kesempatan penuh tampil kembali di beberapa negara di tahun berikutnya
SINGARAJA, NusaBali
Sanggar Seni Santhi Budaya asal Buleleng belum lama ini tampil di Malaysia mewakili Bali untuk festival seni internasional pada 2-7 Januari 2024 lalu. Dua garapan tari ditampilkan bersama 72 penampilan seni lainnya dari lokal Malaysia, beberapa negara di Asia dan Eropa. Santhi Budaya merupakan satu-satunya sanggar di Bali yang mengantongi lisensi sebagai organisasi nonprofit di bawah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pelestarian budaya yang tampil di berbagai belahan dunia.
Garapan seni yang ditampilkan, yakni Tari Legong Mandara Giri dan Tari Sawitra yang diinisiasi dan diciptakan langsung oleh Sanggar Santhi Budaya. Dalam pertunjukan bergengsi yang diselenggarakan Pemerintah Malaysia dan UNESCO ini, Santhi Budaya membawa 22 orang personel. Mereka terdiri dari 16 orang penari dari umur 7-38 tahun dan 6 orang official.
Sanggar Seni Santhi Budaya asal Buleleng belum lama ini tampil di Malaysia mewakili Bali untuk festival seni internasional pada 2-7 Januari 2024 lalu. Dua garapan tari ditampilkan bersama 72 penampilan seni lainnya dari lokal Malaysia, beberapa negara di Asia dan Eropa. Santhi Budaya merupakan satu-satunya sanggar di Bali yang mengantongi lisensi sebagai organisasi nonprofit di bawah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pelestarian budaya yang tampil di berbagai belahan dunia.
Garapan seni yang ditampilkan, yakni Tari Legong Mandara Giri dan Tari Sawitra yang diinisiasi dan diciptakan langsung oleh Sanggar Santhi Budaya. Dalam pertunjukan bergengsi yang diselenggarakan Pemerintah Malaysia dan UNESCO ini, Santhi Budaya membawa 22 orang personel. Mereka terdiri dari 16 orang penari dari umur 7-38 tahun dan 6 orang official.
Owner Santhi Budaya I Gusti Ngurah Eka Prasetya mengatakan kesempatan untuk tampil di beberapa negara di dunia bukan kali pertama, melainkan agenda rutin setiap tahunnya. Santhi Budaya yang berdiri sejak tahun 2005 pertama kali roadshow tampil di luar negeri pada tahun 2008 lalu. Pertama kali mereka tampil di Korea Selatan.
“Karena kami sudah ada di bawah naungan UNESCO kesempatan tampil di luar negeri ini datang setiap tahun. Tetapi karena sifatnya undangan personel yang bisa dibawa terbatas, kecuali ada anggaran lebih dari swadaya,” ucap Eka Prasetya.
Meski belum bisa memboyong seluruh bagian lengkap pertunjukan seperti sekaa tabuh karena keterbatasan anggaran, penampilan tetap dimaksimalkan. Dua garapan seni yang dipentaskan di Malaysia, ada yang garapan lama dan satu lainnya garapan baru.
Pegawai Dinas Kebudayaan Buleleng ini menerangkan karya pertama yang ditampilkan adalah Legong Mandara Giri yang sudah diciptakan beberapa tahun lalu. Tarian ini menceritakan tentang topografi wilayah Buleleng yang ‘nyegara gunung’. Dalam pementasannya 16 orang penari dikerahkan untuk penampilan spektakuler. Satu garapan lainnya, yakni Tari Sawitra. Tari ciptaan baru Santhi Budaya ini seperti namanya menceritakan tentang persahabatan yang penuh kemeriahan. Melalui tarian ini pun diharapkan terbentuk persahabatan yang erat.
“Kami sesuaikan dengan tempat pementasan di Malaka yang merupakan kota unik yang sangat identik dengan Buleleng. Jauh dari kepadatan, kawasan heritage, banyak bangunan sejarah dan sangat heterogen. Gerakan dan tabuh tarian disinkronkan dengan aspek keanekaragaman penari berbagai umur,” papar Eka Prasetya.
Seluruh pertunjukan di Malaysia disiapkan Santhi Budaya selama tiga bulan penuh. Eka Prasetya pun merasa puas dengan upaya dan usaha yang dilakukan. Sementara itu setelah mengantongi lisensi dari UNESCO Santhi Budaya pun mendapatkan hak dan kesempatan penuh tampil kembali di beberapa negara di tahun berikutnya. Tentu selain pelestarian budaya juga secara tidak langsung mempromosikan Buleleng di luar negeri.
“Yang memotivasi saya bisa sejauh ini karena sejak anak-anak saat saya tampil di Eropa ingin membawa lebih banyak orang pentas di luar negeri. Selain juga mengisinin jengah, bagaimanapun Buleleng kantongnya seniman luar biasa di Bali tetapi jarang terekspose, ini yang menjadi motivasi tertinggi selama ini,” imbuh Eka Prasetya. 7 k23
1
Komentar