Alumni SMSR 1996 Gelar Pameran Bertajuk ‘Nadi 96’
DENPASAR, NusaBali - Enam perupa lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Batubulan (sekarang SMK Negeri 1 Sukawati) tahun 1996 akan reuni sekaligus melakukan pameran di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar. Pameran bertajuk ‘Nadi 96’ ini akan berlangsung mulai 12 Januari hingga 28 Februari 2024.
Pameran seni rupa Nadi 96 menjadi altar pemanggungan capaian perjuangan, kesungguhan, dan pengalaman artistik yang membumi dari enam perupa alumni Sekolah SMSR Batubulan. Secara keseluruhan menampilkan 21 karya seni lukis dan 3 karya patung. Masing-masing perupa rata-rata memamerkan 2-4 karya. Keenam perupa tersebut, yaitu Dalbo Suarimbawa, Ida Bagus Putu Purwa, I Gusti Putu Buda, I Made Aswino Aji, I Nengah Sujena, dan Wayan ‘Kun’ Adnyana dipertemukan dalam proses studi yang sama, SMSR Batubulan dan lulus tahun 1996.
“Kala itu SMSR kalau studi empat tahun,” ujar Kun Adnyana yang juga Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini dalam konferensi pers di Santrian Art Gallery, Kamis (11/1). Pada sekolah kejuruan yang mengemban amanah mendidik calon seniman ini, mereka sepanjang empat tahun ditempa latihan sungguh-sungguh, disiplin cipta, juga diasah mentalitet ‘nyeniman’, hadir, tampil, dan menemu seni secara original.
Perjalanan seni rupa mereka yang panjang, merupakan jalan terjal, dan tidak mudah. Nadi selain berarti proses ‘menjadi’ juga bermakna ‘denyut’ raga dan jiwa. Seutuhnya menunjuk pada daya hidup yang terpompa batin kesenimanan. Setelah lulus SMSR, semua melanjutkan studi pada perguruan tinggi seni, ada pada Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta, dan separuh lagi studi pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, kini Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. “Tidak semua lulus, beberapa memilih henti studi, namun tetap satu ikrar mereka, yakni seniman jadi jalan hidup,” kata Kun Adnyana.
Sampai kini, melampaui 25 tahun, jalan seni telah mereka tapaki. Terabaikan dan tersisih, tidak pernah membuat henti. Ngotot, teguh, dan sungguh-sungguh, tetap jadi ideologi. Nadi 96 menyatukan keenam perupa ini kembali memaknai ‘denyut’ memperjuangkan ikrar kehidupan seni rupa. Itikad untuk tetap belajar sungguh dalam penghayatan artistika yang membumi. “Nadi 96 jadi ruang kami berbagi, rayakan seni sebagai jalan perjuangan nilai-nilai, bukan sekadar kerja membuat barang indah,” kata I Gusti Putu Buda.
Sementara itu, Ida Bagus Sidharta Putra, mewakili Santrian Art Gallery menjelaskan, bahwa pameran Nadi 96 digelar untuk memaknai bahwa jalan seni rupa merupakan jalan panjang tanpa putus. Sepenuhnya pendakian dan totalitas, di dalamnya ada riwayat kerja keras, rasa putus asa, untuk kemudian tetap tegak menjadikan sebagai pilihan utama, perupa sejati dengan karya-karya yang selalu segar. Nadi 96, merupakan riwayat energi untuk ‘menjadi’ yang selalu hidup dalam batin dan raga keenam perupa kebanggaan Bali ini.
“Saya menyampaikan rasa gembira dan bahagia, kehadiran NADI 96 akan semakin memacu semangat alumni sekolah dan kampus seni untuk terus berkarya, terlepas dari apa kemudian amanat publik yang dipilih. Kebetulan keenam perupa ini juga didaulat dalam kerja publik, ada yang menjadi pemuka adat, pengelola destinasi, calon pendeta, bahkan rektor perguruan tinggi negeri, “ terang Sidartha Putra. 7 cr78
“Kala itu SMSR kalau studi empat tahun,” ujar Kun Adnyana yang juga Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini dalam konferensi pers di Santrian Art Gallery, Kamis (11/1). Pada sekolah kejuruan yang mengemban amanah mendidik calon seniman ini, mereka sepanjang empat tahun ditempa latihan sungguh-sungguh, disiplin cipta, juga diasah mentalitet ‘nyeniman’, hadir, tampil, dan menemu seni secara original.
Perjalanan seni rupa mereka yang panjang, merupakan jalan terjal, dan tidak mudah. Nadi selain berarti proses ‘menjadi’ juga bermakna ‘denyut’ raga dan jiwa. Seutuhnya menunjuk pada daya hidup yang terpompa batin kesenimanan. Setelah lulus SMSR, semua melanjutkan studi pada perguruan tinggi seni, ada pada Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta, dan separuh lagi studi pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, kini Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. “Tidak semua lulus, beberapa memilih henti studi, namun tetap satu ikrar mereka, yakni seniman jadi jalan hidup,” kata Kun Adnyana.
Sampai kini, melampaui 25 tahun, jalan seni telah mereka tapaki. Terabaikan dan tersisih, tidak pernah membuat henti. Ngotot, teguh, dan sungguh-sungguh, tetap jadi ideologi. Nadi 96 menyatukan keenam perupa ini kembali memaknai ‘denyut’ memperjuangkan ikrar kehidupan seni rupa. Itikad untuk tetap belajar sungguh dalam penghayatan artistika yang membumi. “Nadi 96 jadi ruang kami berbagi, rayakan seni sebagai jalan perjuangan nilai-nilai, bukan sekadar kerja membuat barang indah,” kata I Gusti Putu Buda.
Sementara itu, Ida Bagus Sidharta Putra, mewakili Santrian Art Gallery menjelaskan, bahwa pameran Nadi 96 digelar untuk memaknai bahwa jalan seni rupa merupakan jalan panjang tanpa putus. Sepenuhnya pendakian dan totalitas, di dalamnya ada riwayat kerja keras, rasa putus asa, untuk kemudian tetap tegak menjadikan sebagai pilihan utama, perupa sejati dengan karya-karya yang selalu segar. Nadi 96, merupakan riwayat energi untuk ‘menjadi’ yang selalu hidup dalam batin dan raga keenam perupa kebanggaan Bali ini.
“Saya menyampaikan rasa gembira dan bahagia, kehadiran NADI 96 akan semakin memacu semangat alumni sekolah dan kampus seni untuk terus berkarya, terlepas dari apa kemudian amanat publik yang dipilih. Kebetulan keenam perupa ini juga didaulat dalam kerja publik, ada yang menjadi pemuka adat, pengelola destinasi, calon pendeta, bahkan rektor perguruan tinggi negeri, “ terang Sidartha Putra. 7 cr78
1
Komentar