Beraura Mistis, Pohon Alas Pala Tak Mau Tumbuh di Tempat Lain
Sisi Lain Alas Pala Monkey Forest Sangeh di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung
Di antara ratusan batang pohon pala, dipercaya ada satu pohon memiliki kekuatan gaib, namanya Kayu Pala Raja yang pada saat tertentu keluarkan pendaran cahaya
DENPASAR,NusaBali
Alas Pala Monkey Forest Sangeh, di Desa/Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Badung yang sudah lama kondang. Sebagaimana namanya, Alas Pala Monkey Forest Sangeh, daya pikat utama dari kawasan seluas 14 hektare ini adalah alas atau hutan dengan pohon utama kayu pala. Hutan ini sekaligus menjadi habitat tidak kurang dari 700-an ekor monyet atau kera ekor panjang, sehingga mengundang banyak wisatawan datang.
Di pihak lain, Alas Pala Monkey Forest juga menyimpan cerita mistis. Pohon pala yang jumlahnya ratusan tersebut tidak bisa tumbuh di tempat lain. Jangankan di lokasi yang jauh dari Alas Pala, pada lahan di sebelahnya saja pohon pala itu seperti ‘menolak’ tumbuh.
“Sudah pernah beberapa kali diusahakan, di antaranya dengan menanam bijinya pada polybag, namun tidak berhasil,” ujar Ketua Pengelola Alas Pala Sangeh, Ida Bagus Gede Pujawan saat ditemui, Jumat (12/1). Kepada NusaBali, IBG Pujawan menuturkan uji coba pernah dilakukan kalangan perguruan tinggi. Biji buah pala itu disemai pada polybag. Setelah waktunya memang mau mentik (tumbuh) pada polybag. Namun setelah dipindahkan ke lokasi lain, bibit yang ada di dalam polybag mati.
Alas Pala Monkey Forest Sangeh, di Desa/Desa Adat Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung merupakan salah satu daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Badung yang sudah lama kondang. Sebagaimana namanya, Alas Pala Monkey Forest Sangeh, daya pikat utama dari kawasan seluas 14 hektare ini adalah alas atau hutan dengan pohon utama kayu pala. Hutan ini sekaligus menjadi habitat tidak kurang dari 700-an ekor monyet atau kera ekor panjang, sehingga mengundang banyak wisatawan datang.
Di pihak lain, Alas Pala Monkey Forest juga menyimpan cerita mistis. Pohon pala yang jumlahnya ratusan tersebut tidak bisa tumbuh di tempat lain. Jangankan di lokasi yang jauh dari Alas Pala, pada lahan di sebelahnya saja pohon pala itu seperti ‘menolak’ tumbuh.
“Sudah pernah beberapa kali diusahakan, di antaranya dengan menanam bijinya pada polybag, namun tidak berhasil,” ujar Ketua Pengelola Alas Pala Sangeh, Ida Bagus Gede Pujawan saat ditemui, Jumat (12/1). Kepada NusaBali, IBG Pujawan menuturkan uji coba pernah dilakukan kalangan perguruan tinggi. Biji buah pala itu disemai pada polybag. Setelah waktunya memang mau mentik (tumbuh) pada polybag. Namun setelah dipindahkan ke lokasi lain, bibit yang ada di dalam polybag mati.
Foto: Ketua Pengelola Alas Pala Sangeh, Ida Bagus Gede Pujawan. -NATA
Demikian juga ketika media tanah yang digunakan dalam polybag diambil dari tanah di dalam hutan pala hasilnya juga sama. Bibit pohon pala itu mati. Usaha pengembangbiakan itu bukan satu atau dua kali, tetapi sudah sering. Sejauh ini belum berhasil. Jangankan ditanam di tempat atau lokasi yang jauh, di lahan yang berdekatan atau berdampingan pohon pala ini tak mau tumbuh. Demikian juga ketika dicoba, media tanamnya, digunakan tanah yang diambil dari Alas Pala, hasilnya tidak jauh berbeda. Biji pala bisa tumbuh, namun tidak berlangsung lama, karena sesudahnya mati.
“Sampai saat ini demikian, sehingga hanya tumbuh di areal alas ini saja,” tunjuknya. Jro Geria,71, perempuan sepuh yang sehari-hari berjualan di DTW Alas Pala Monkey Forest bercerita senada. “Kalau memang mau tumbuh di tempat lain, di lahan sebelah baratnya tentu mau tumbuh,” ucap perempuan yang sudah belasan tahun berjualan di sana. Kenyataannya tidak. “Ten nyak idup (Tak mau tumbuh),” ujarnya.
Sehingga areal lahan yang diperuntukkan untuk perluasan habitat kayu pala ‘duwe’ itu ditumbuhi vegetasi lain, seperti pohon beringin maupun pohon besar yang lain. Jro Geria mengaku sudah napet (mendapatkan) seperti itu keadaan dan keunikan Alas Pala Sangeh dari dulu sampai sekarang. “Napet tiyang sekadi punika (seperti itu sejak dulu),” ucapnya.
Bagi krama Sangeh dan sekitarnya, kayu pala tersebut memang dianggap tenget (keramat). Kecuali untuk bangunan suci, seperti palinggih, merajan atau bangunan suci lain, krama pantang memanfaatkannya untuk bangunan lain, seperti untuk rumah. Karena sampai saat ini kayu pala dari Alas Pala Sangeh tak juga bisa berkembang di tempat lain, makanya dipercaya adalah karena pikayunan (kehendak) niskala. “Kami yakin itu,” ujar IBG Pujawan.
Sebagai gambaran pohon Alas Pala di Sangeh merupakan pohon pala yang sudah berusia tua. Jumlahnya tak diketahui persis. Namun dipastikan sampai ratusan pohon. Ketinggian rata-rata sekitar 70 meter. Di antara ratusan batang pohon itu, dipercaya ada satu pohon yang memiliki kekuatan gaib. Di kala tertentu ada pendar cahaya yang keluar dari pohon tersebut. “Namanya Kayu Pala Raja,” cerita IBG Pujawan, sambil menuturkan asal muasal kisah yang dia peroleh. Antara lain dari orang luar yang keluarganya mengalami sakit ‘aneh’ (kaku tubuh seperti kayu) dan juga panglingsir di antaranya Pamangku.
“Saya baru tahu namanya (Kaya Pala Raja) setelah dengar cerita dari orang yang keluarganya sakit, yang dari petunjuk niskala disuruh mohon kelopekan kayu pala raja sebagai obat,” cerita IBG Pujawan. 7 k17
Komentar