Desa Mengening Ditetapkan Jadi Desa Tangguh Bencana
SINGARAJA, NusaBali - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng mengukuhkan Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana). Mengening menjadi desa prioritas karena memiliki potensi resiko bencana yang tinggi, selain juga akses yang cukup jauh.
Pengukuhan tersebut menambah daftar Destana di Buleleng yang semula baru berjumlah 5 menjadi 6 desa, yang diharapkan mandiri mencegah dan penanganan bencana di wilayahnya. Sebelumnya destana telah dikukuhkan di Desa Galungan, Desa Lemukih di Kecamatan Sawan, Desa Gitgit dan Desa Pancasari di Kecamatan Sukasada dan Desa Musi di Kecamatan Gerokgak.
Plt Kabid Pencegahan dan Kasiapsiagaan Bencana BPBD Buleleng, I Gusti Bagus Rony Ariyana seizin Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Rabu (17/1) kemarin menjelaskan, tahun ini ada 4 desa yang didorong menjadi Destana. Selain Desa Mengening, juga Desa Dencarik dan Munduk di Kecamatan Banjar dan Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt Buleleng.
“Destana ini dibentuk untuk kemandirian desa dalam penanganan bencana. Yang didorong memang desa-desa yang rawan bencana, akses jauh dari pusat kota dan juga desa/kelurahan yang memiliki resiko bencana tinggi,” ucap Rony.
Sebelum ditetapkan menjadi Destana, desa wajib membentuk relawan bencana dan juga Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB). Setelah dikukuhkan akan dilanjutkan dengan pelatihan, pembinaan dan pendampingan dari BPBD Buleleng. Desa yang sudah dikukuhkan menjadi Destana juga wajib menganggarkan anggaran tanggap bencana setiap tahunnya dari APBDes, untuk pengadaan sarana penunjang penanganan bencana.
“Peralatan yang disiapkan disesuaikan dengan potensi resiko bencana daerah yang bersangkutan. Misalnya Desa Mengening dengan potensi tanah longsor dan pohon tumbang itu perlu skop, chain saw dan juga tandu untuk evakuasi korban,” imbuh Rony.
Sementara itu Perbekel Desa Mengening Ketut Angga Wirayuda, dikonfirmasi terpisah Rabu kemarin mengatakan sebelum dikukuhkan, penanggulangan bencana di desanya sudah berjalan mandiri sejak 2017 lalu. Kini Desa Mengening memiliki 30 orang relawan bencana.
Menurutnya yang krusial untuk pemetaan bencana di Desa Mengening, banyak warganya yang tinggal di lereng-lereng tebing rawan longsor. Bahkan bencana tanah longsor tahun 2019 lalu renggut 4 nyawa satu keluarga.
“Cukup banyak warga kami yang tinggal di lereng-lereng tebing. Tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak, karena hanya lahan itu yang mereka miliki untuk tempat tinggal. Kami hanya melakukan penguatan dengan sosialisasi siaga bencana,” jelas Angga Wirayuda.7 k23
Plt Kabid Pencegahan dan Kasiapsiagaan Bencana BPBD Buleleng, I Gusti Bagus Rony Ariyana seizin Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi, Rabu (17/1) kemarin menjelaskan, tahun ini ada 4 desa yang didorong menjadi Destana. Selain Desa Mengening, juga Desa Dencarik dan Munduk di Kecamatan Banjar dan Desa Pengastulan, Kecamatan Seririt Buleleng.
“Destana ini dibentuk untuk kemandirian desa dalam penanganan bencana. Yang didorong memang desa-desa yang rawan bencana, akses jauh dari pusat kota dan juga desa/kelurahan yang memiliki resiko bencana tinggi,” ucap Rony.
Sebelum ditetapkan menjadi Destana, desa wajib membentuk relawan bencana dan juga Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB). Setelah dikukuhkan akan dilanjutkan dengan pelatihan, pembinaan dan pendampingan dari BPBD Buleleng. Desa yang sudah dikukuhkan menjadi Destana juga wajib menganggarkan anggaran tanggap bencana setiap tahunnya dari APBDes, untuk pengadaan sarana penunjang penanganan bencana.
“Peralatan yang disiapkan disesuaikan dengan potensi resiko bencana daerah yang bersangkutan. Misalnya Desa Mengening dengan potensi tanah longsor dan pohon tumbang itu perlu skop, chain saw dan juga tandu untuk evakuasi korban,” imbuh Rony.
Sementara itu Perbekel Desa Mengening Ketut Angga Wirayuda, dikonfirmasi terpisah Rabu kemarin mengatakan sebelum dikukuhkan, penanggulangan bencana di desanya sudah berjalan mandiri sejak 2017 lalu. Kini Desa Mengening memiliki 30 orang relawan bencana.
Menurutnya yang krusial untuk pemetaan bencana di Desa Mengening, banyak warganya yang tinggal di lereng-lereng tebing rawan longsor. Bahkan bencana tanah longsor tahun 2019 lalu renggut 4 nyawa satu keluarga.
“Cukup banyak warga kami yang tinggal di lereng-lereng tebing. Tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak, karena hanya lahan itu yang mereka miliki untuk tempat tinggal. Kami hanya melakukan penguatan dengan sosialisasi siaga bencana,” jelas Angga Wirayuda.7 k23
Komentar