PLTU Celukan Bawang Didominasi Naker Asing
Jumlah tenaga kerja (naker) lokal dan asing di PLTU Celukan Bawang, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerogak, masih belum sebanding.
SINGARAJA, NusaBali
Bahkan sebagian besar naker asing memegang posisi penting. Komisi IV DPRD Buleleng pun mendesak agar manajemen PLTU prioritaskan naker lokal.
Keberadaan naker asing terungkap ketika Komisi IV DPRD Buleleng gelar inspeksi ke PLTU Celukan Bawang, Jumat (21/7) sore. Inspeksi itu dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Gde Wisnaya Wisna beserta para anggota seperti Luh Hesti Ranita Sari, Ketut Windrawati, dan Nyoman Gede Wandira Adi. Rombongan juga didampingi Kadis Naker Kabupaten Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan.
Data dihimpun, di PLTU Celukan Bawang ada beberapa perusahaan yang beroperasi, yakni PT General Energy Bali (GEB) di bidang manajemen, CHDOC di bidang operasional pembangkit, CV Victory juga bergerak di operasional pembangkit, CV Pesona Cipta di bidang keamanan, dan CV Barokah di bidang kebersihan.
Dari sekian banyak perusahaan itu, tercatat ada 138 orang neker asing asal Negara China. Sepuluh orang di antaranya tercatat bekerja dibawah PT GEB, sedangkan sisanya sebanyak 128 orang adalah karyawan CHDOC. Sementara tenaga kerja lokal sebanyak 337 orang yang dipekerjakan oleh CV Victory, CV Pesona Cipta, CV Barokah, dan ada juga berada dibawah PT GEB.
Jumlah naker asing dan lokasi yang bekerja di PLTU Celukan Bawang dianggap kurang sebanding. Dewan memandang, idealnya satu orang tenaga kerja asing, berbanding dengan sepuluh orang tenaga kerja lokal. Faktanya rasio tenaga kerja asing di PLTU Celukan Bawang yakni satu tenaga kerja asing berbanding tiga tenaga kerja lokal.
Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Gde Wisnaya Wisna mengatakan, pihaknya berupaya mengklarifikasi informasi terkait masalah tenaga kerja asing. Dalam pertemuan kemarin, secara formal pihak PT GEB menyebutkan rasio pegawai di PLTU Celukan Bawang 60 persen lokal dengan 40 persen asing.
Atas temuan itu, Wisnaya meminta agar perusahaan memprioritaskan tenaga kerja lokal. Selain itu tenaga kerja lokal juga diminta tak sebatas mengisi posisi kurang sentral. Fakta lain yang ditemukan dewan, tenaga kerja lokal di bidang teknik hanya menempati posisi wakil supervisor.
“Pertama tenaga kerja lokal ini harus ditingkatkan kualifikasinya. Harus posisi yang qualified, bukan hanya satpam atau cleaning service saja. Kami sarankan agar ada pelatihan bagi tenaga kerja di sini, agar mereka menguasai sistem teknologi di sini,” kata Wisnaya.
General Affair Manajer PT GEB, Indrianti Tanto mengatakan, rasio tenaga kerja lokal akan terus ditingkatkan. Dalam delapan tahun ke depan, diharapkan ada 90 persen tenaga kerja lokal dan hanya 10 tenaga kerja asing yang bekerja di PLTU Celukan Bawang.
“Harus dipahami bahwa alat-alat di sini kebanyakan dari Tiongkok. Jadi pelan-pelan akan ada peningkatan jumlah tenaga kerja lokal. Dalam sepuluh tahun operasional, kami targetkan 90 persen tenaga kerja lokal. Sekarang baru berjalan dua tahun dan sudah 60 persen tenaga kerja lokal,” kata Indri.
Sementara Kadis Naker Buleleng Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan mengungkapkan, pemerintah telah membuka kursus Bahasa Mandarin, agar tenaga kerja lokal bisa menguasai bahasa tersebut. Mengingat kebanyakan alat-alat yang terpasang berisi petunjuk penggunaan dengan Bahasa Mandarin.
“Kami dorong bahasanya dulu, supaya mereka bisa bersaing di sana. Bisa paham alat-alat di sana. Kalau sudah paham, tentu lebih mudah mereka bisa masuk ke posisi sentral di PLTU,” terangnya. *k19
Keberadaan naker asing terungkap ketika Komisi IV DPRD Buleleng gelar inspeksi ke PLTU Celukan Bawang, Jumat (21/7) sore. Inspeksi itu dipimpin Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Gde Wisnaya Wisna beserta para anggota seperti Luh Hesti Ranita Sari, Ketut Windrawati, dan Nyoman Gede Wandira Adi. Rombongan juga didampingi Kadis Naker Kabupaten Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan.
Data dihimpun, di PLTU Celukan Bawang ada beberapa perusahaan yang beroperasi, yakni PT General Energy Bali (GEB) di bidang manajemen, CHDOC di bidang operasional pembangkit, CV Victory juga bergerak di operasional pembangkit, CV Pesona Cipta di bidang keamanan, dan CV Barokah di bidang kebersihan.
Dari sekian banyak perusahaan itu, tercatat ada 138 orang neker asing asal Negara China. Sepuluh orang di antaranya tercatat bekerja dibawah PT GEB, sedangkan sisanya sebanyak 128 orang adalah karyawan CHDOC. Sementara tenaga kerja lokal sebanyak 337 orang yang dipekerjakan oleh CV Victory, CV Pesona Cipta, CV Barokah, dan ada juga berada dibawah PT GEB.
Jumlah naker asing dan lokasi yang bekerja di PLTU Celukan Bawang dianggap kurang sebanding. Dewan memandang, idealnya satu orang tenaga kerja asing, berbanding dengan sepuluh orang tenaga kerja lokal. Faktanya rasio tenaga kerja asing di PLTU Celukan Bawang yakni satu tenaga kerja asing berbanding tiga tenaga kerja lokal.
Ketua Komisi IV DPRD Buleleng, Gde Wisnaya Wisna mengatakan, pihaknya berupaya mengklarifikasi informasi terkait masalah tenaga kerja asing. Dalam pertemuan kemarin, secara formal pihak PT GEB menyebutkan rasio pegawai di PLTU Celukan Bawang 60 persen lokal dengan 40 persen asing.
Atas temuan itu, Wisnaya meminta agar perusahaan memprioritaskan tenaga kerja lokal. Selain itu tenaga kerja lokal juga diminta tak sebatas mengisi posisi kurang sentral. Fakta lain yang ditemukan dewan, tenaga kerja lokal di bidang teknik hanya menempati posisi wakil supervisor.
“Pertama tenaga kerja lokal ini harus ditingkatkan kualifikasinya. Harus posisi yang qualified, bukan hanya satpam atau cleaning service saja. Kami sarankan agar ada pelatihan bagi tenaga kerja di sini, agar mereka menguasai sistem teknologi di sini,” kata Wisnaya.
General Affair Manajer PT GEB, Indrianti Tanto mengatakan, rasio tenaga kerja lokal akan terus ditingkatkan. Dalam delapan tahun ke depan, diharapkan ada 90 persen tenaga kerja lokal dan hanya 10 tenaga kerja asing yang bekerja di PLTU Celukan Bawang.
“Harus dipahami bahwa alat-alat di sini kebanyakan dari Tiongkok. Jadi pelan-pelan akan ada peningkatan jumlah tenaga kerja lokal. Dalam sepuluh tahun operasional, kami targetkan 90 persen tenaga kerja lokal. Sekarang baru berjalan dua tahun dan sudah 60 persen tenaga kerja lokal,” kata Indri.
Sementara Kadis Naker Buleleng Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan mengungkapkan, pemerintah telah membuka kursus Bahasa Mandarin, agar tenaga kerja lokal bisa menguasai bahasa tersebut. Mengingat kebanyakan alat-alat yang terpasang berisi petunjuk penggunaan dengan Bahasa Mandarin.
“Kami dorong bahasanya dulu, supaya mereka bisa bersaing di sana. Bisa paham alat-alat di sana. Kalau sudah paham, tentu lebih mudah mereka bisa masuk ke posisi sentral di PLTU,” terangnya. *k19
Komentar