Tahun Politik, Desa Adat Buleleng Tiadakan Ogoh-ogoh Saat Nyepi
SINGARAJA, NusaBali - Desa Adat Buleleng yang menaungi 14 Banjar Adat memutuskan untuk meniadakan Parade Ogoh-ogoh saat Pengerupukan (H-1) Nyepi tahun ini. Kesepakatan tersebut diambil saat paruman di wantilan Desa Adat Buleleng, Jumat (19/1) kemarin. Keputusan itu diambil salah satunya karena memasuki tahun politik.
Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna usai paruman menjelaskan, dalam paruman tersebut Desa Adat Buleleng memberikan kesempatan kepada banjar adat untuk memilih. Hanya saja saat pangerupukan Hari Raya Nyepi bertepatan dengan Tilem Kapitu juga hari piodalan di Pura Segara Buleleng.
Saat paruman pun sempat mengerucut tiga opsi yang dikembalikan ke banjar adat. Opsi pertama kelompok Banjar Adat Dajan Sema tidak melaksanakan Ogoh-ogoh dan yang Delod Sema melaksanakan. Opsi kedua semuanya tidak melaksanakan dan opsi terakhir desa adat mengizinkan pengarakan Ogoh-ogoh, namun tanggung jawab dan pengamanan ada di masing-masing banjar adat.
“Dari 14 banjar adat, 11 banjar adat tidak mengharapkan Ogoh-ogoh, satu banjar adat tidak memberikan tanggapan dan 2 banjar adat menginginkan Ogoh-ogoh. Tetapi dengan alasan kebersamaan dan kesetaraan dengan yadnya serta tahun politik akhirnya semua memutuskan tidak melaksanakan Ogoh-ogoh,” ucap Sutrisna.
Keputusan peniadaan pengarakan Ogoh-ogoh ini pun juga memutuskan untuk perayaan Nyepi tahun 2025, sebagai gantinya Desa Adat Buleleng akan menyelenggarakan Lomba Ogoh-ogoh. Masing-masing peserta akan diberikan dana stimulan sebesar Rp 5 juta.
Sementara itu perwakilan Yowana Satya Swadharma Banjar Adat Peguyangan Ngurah Gede Arya Kusuma Wardana mengungkapkan, meski agak kecewa tetap harus menghargai dan menghormati keputusan Desa Adat. Dia mengatakan dari Sekaa Truna sudah ada persiapan akan membuat Ogoh-ogoh. Namun belum dikerjakan karena belum mendapat kepastian dari desa adat.
“Kecewa pasti ada, karena kalau Nyepi kan selalu identik dengan Ogoh-ogoh. Tetapi kita harus hormat dengan prajuru adat. Tadi keputusannya tahun depan akan dilombakan, ya nanti di sana kami mungkin berkreasi membuat ogoh-ogoh,” terang Arya Kusuma.7 k23
Saat paruman pun sempat mengerucut tiga opsi yang dikembalikan ke banjar adat. Opsi pertama kelompok Banjar Adat Dajan Sema tidak melaksanakan Ogoh-ogoh dan yang Delod Sema melaksanakan. Opsi kedua semuanya tidak melaksanakan dan opsi terakhir desa adat mengizinkan pengarakan Ogoh-ogoh, namun tanggung jawab dan pengamanan ada di masing-masing banjar adat.
“Dari 14 banjar adat, 11 banjar adat tidak mengharapkan Ogoh-ogoh, satu banjar adat tidak memberikan tanggapan dan 2 banjar adat menginginkan Ogoh-ogoh. Tetapi dengan alasan kebersamaan dan kesetaraan dengan yadnya serta tahun politik akhirnya semua memutuskan tidak melaksanakan Ogoh-ogoh,” ucap Sutrisna.
Keputusan peniadaan pengarakan Ogoh-ogoh ini pun juga memutuskan untuk perayaan Nyepi tahun 2025, sebagai gantinya Desa Adat Buleleng akan menyelenggarakan Lomba Ogoh-ogoh. Masing-masing peserta akan diberikan dana stimulan sebesar Rp 5 juta.
Sementara itu perwakilan Yowana Satya Swadharma Banjar Adat Peguyangan Ngurah Gede Arya Kusuma Wardana mengungkapkan, meski agak kecewa tetap harus menghargai dan menghormati keputusan Desa Adat. Dia mengatakan dari Sekaa Truna sudah ada persiapan akan membuat Ogoh-ogoh. Namun belum dikerjakan karena belum mendapat kepastian dari desa adat.
“Kecewa pasti ada, karena kalau Nyepi kan selalu identik dengan Ogoh-ogoh. Tetapi kita harus hormat dengan prajuru adat. Tadi keputusannya tahun depan akan dilombakan, ya nanti di sana kami mungkin berkreasi membuat ogoh-ogoh,” terang Arya Kusuma.7 k23
Komentar