Korban Tersambar Petir Susul Suami yang Meninggal 6 Bulan Lalu
Satu Korban Dirujuk ke RSU Tabanan
Sebelum terjadi insiden tersambar petir, Suriati sempat divideokan oleh rekannya, saat diminta berbicara, korban sambil malu-malu meminta agar dirinya difoto
NEGARA, NusaBali
Cerita pilu turut mengiringi kepergian Ni Wayan Suriati,58, warga asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang meninggal dunia tersambar petir pada, Sabtu (27/1) sore. Korban Suriati yang berstatus sebagai janda ini diketahui menyusul suaminya yang juga baru meninggal dunia sekitar 6 bulan lalu. Sementara satu dari tiga korban tersambar petir yang menjalani rawat inap di RSUD Negara, Jembrana, Sabtu (27/1) dirujuk ke RSUD Tabanan.
Dari pantauan di rumah duka, Minggu (28/1), sejumlah keluarga dan warga sekitar tampak mempersiapkan upacara pengabenan untuk almarhum Suriati. Sesuai hasil nunas baos atau meminta petunjuk dewasa ayu (hari baik) ke geria, upacara pengabenan akan dilaksanakan pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (30/1) besok.
Cerita pilu turut mengiringi kepergian Ni Wayan Suriati,58, warga asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang meninggal dunia tersambar petir pada, Sabtu (27/1) sore. Korban Suriati yang berstatus sebagai janda ini diketahui menyusul suaminya yang juga baru meninggal dunia sekitar 6 bulan lalu. Sementara satu dari tiga korban tersambar petir yang menjalani rawat inap di RSUD Negara, Jembrana, Sabtu (27/1) dirujuk ke RSUD Tabanan.
Dari pantauan di rumah duka, Minggu (28/1), sejumlah keluarga dan warga sekitar tampak mempersiapkan upacara pengabenan untuk almarhum Suriati. Sesuai hasil nunas baos atau meminta petunjuk dewasa ayu (hari baik) ke geria, upacara pengabenan akan dilaksanakan pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (30/1) besok.
Foto: Suasana rumah duka Ni Wayan Suriati di Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Minggu (28/1). -IB. DIWANGKARA
Sehari sebelum upacara pengabenan atau Senin (29/1) hari ini akan dilaksanakan prosesi nyiraman layon (memandikan jenazah) di rumah duka. Sementara untuk prosesi ngulapin (pemanggilan roh) di lokasi kejadian sudah dilaksanakan, Minggu kemarin.
"Ngaben tanggal 30 Januari. Diaben di Setra Adat Tegal Cangkring," ujar salah satu keluarga, I Ketut Sarya Widana,58, saat ditemui di rumah duka, Minggu kemarin. Di mata keluarga, Suriati atau yang akrab disapa Mek Yan Suriati merupakan sosok perempuan tangguh. Kesehariannya, Mek Yan Suriati merupakan buruh serabutan yang juga memiliki banyak kemampuan. Selain menjadi buruh panen semangka, Mek Yan Suriati ini biasa membuat banten (sarana upakara) hingga menjadi juru masak ketika ada upacara keagamaan di lingkungan setempat.
Yang membuat keluarga cukup shock, kepergian Mek Yan Suriati ini hanya berselang 6 bulan dari kematian suaminya. Bahkan upacara memukur suaminya baru selesai dilaksanakan sekitar dua pekan lalu. Mek Yan Suriati meninggalkan dua orang anak yang sudah dewasa, namun belum menikah dan keduanya juga bekerja sebagai buruh serabutan. "Suaminya meninggal karena sakit stroke," ucap Sarya Widana.
Dari keluarga sendiri mengaku tidak ada mendapat firasat ataupun pertanda terkait insiden yang menimpa Mek Yan Suriati. Namun sebelum terjadi insiden tersambar petir itu, korban sempat divideokan oleh rekannya saat mengangkut semangka di lokasi kejadian. Saat diminta berbicara di video itu, korban sambil malu-malu meminta agar difoto. "Katanya tumben seperti itu. Pas divideo, Mek Yan bilang foto nae (meminta difoto)," ujar Sarya Widana.
Sementara satu dari tiga korban tersambar petir yang menjalani rawat inap di RSUD Negara, Jembrana, Sabtu (27/1) dirujuk ke RSUD Tabanan. Korban bernama Ni Nyoman Ratni,60, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, dirujuk karena kondisinya sempat memburuk.
Foto: Satu korban tersambar petir yang masih dirawat di RSUD Negara, Jembrana, Minggu (28/1). -IB. DIWANGKARA
Sementara dua korban luka berat lainnya, juga masih menjalani rawat inap di RSUD Negara. Kedua korban itu masing-masing adalah I Ketut Wiasa,60, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, dan Ni Komang Ayu Sri Suparmi,39, asal Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo.
Sebelumnya, I Ketut Wiasa yang merupakan suami dari korban Ni Nyoman Ratni, sempat dinyatakan dalam kondisi kritis. Namun per Minggu kemarin kondisi Wiasa dinyatakan sudah mulai stabil sehingga bisa dibawa ke ruang perawatan umum.
Kepala IRD RSUD Negara, dr Ngurah Putu Puja Astawan, Minggu kemarin mengatakan dari tiga pasien tersambar petir yang sempat diobservasi, ada dua orang yang kondisinya sudah stabil. Kedua pasien atas nama I Ketut Wiasa dan Ni Komang Ayu Sri Suparmi itu kini dirawat di Ruang Dahlia RSUD Negara. "Dua kita rawat inap di Ruang Dahlia. Kondisinya sudah mulai stabil. Sekarang hanya masih ada keluhan nyeri dan kesemutan," ujar dr Ngurah Puja.
Kemudian satu pasien lainya, yakni Ni Nyoman Ratni,60, kondisinya sempat memburuk. Ratni yang diketahui ada mengalami luka robek di bagian kepalanya, berulangkali mengeluhkan mual hingga muntah-muntah sehingga perlu dirujuk untuk menjalani pemeriksaan CT Scan. "Ada luka robek 15 centimeter di kepala. Kemarin (Sabtu) malam sekitar jam 9 kita rujuk ke RSUD Tabanan. Sedangkan 8 korban lainnya yang mengalami luka ringan, kondisinya sudah membaik dan sudah kami pulangkan kemarin malam," ujar Ngurah Puja.
Seperti diberitakan sebelumnya sebanyak 12 orang buruh panen semangka tersambar petir di Subak Kawis, Banjar Delod Pangkung, Desa Budeng, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, Sabtu (27/1) sore. Dari 12 korban itu, 1 orang korban meninggal dunia. Selain itu ada 1 orang yang dalam kondisi kritis, 2 orang luka berat, dan 8 orang lainnya luka ringan.
Para korban tersambar petir itu adalah para buruh panen semangka dari sejumlah desa di wilayah Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Korban yang meninggal dunia bernama Ni Wayan Suriati,58, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo. Satu korban yang kritis bernama I Ketut Wiasa,60, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo. Kemudian dua korban yang luka berat bernama Ni Komang Ayu Sri Suparmi,39, asal Banjar Anyar Tembles, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, dan Ni Nyoman Ratni, 60, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo.
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, perisitwa maut itu bermula saat belasan buruh panen semangka tiba di lokasi pada sekitar pukul 13.30 Wita. Mereka langsung melakukan pemanenan semangka di sebanyak 5 petak sawah. Namun saat panen baru terlaksana di 3 petak sawah pada sekitar pukul 14.30 Wita, hujan gerimis turun sehingga mereka pun berteduh di sebuah kubu (gubuk) yang berada di lokasi sekitar.
Memasuki sekitar pukul 15.15 Wita, saat hujan mulai lebat tiba-tiba ada petir menyambar kubu tersebut. Akibatnya, 12 buruh panen yang berkumpul di seputaran kubu kecil itu sempat terpental dan tidak sadarkan diri. "Pas ada petir itu kami semua tidak sadar. Seperti langsung terasa gelap. Begitu mulai sadar, kami semua sudah bergelimpangan,” ujar salah seorang korban selamat Ni Nyoman Toni, 65, saat ditemui di RSU Negara, Sabtu malam.
Terpisah, Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan pada kondisi cuaca di wilayah Bali tiga hari ke depan. Saat ini wilayah Bali telah memasuki musim hujan dengan potensi hujan ringan hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Menurut Prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Lia Cahyani, Bali berada pada musim penghujan. Namun, katanya, hujan yang terjadi tidak sebanding dengan tahun sebelumnya karena dampak El Nino. Terkait petir, Lia menjelaskan bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh pembentukan awan cumulonimbus. “Untuk petir disebabkan dari pembentukan awan cumulonimbus. Pembentukan awan-awan konvektif termasuk di musim hujan akan lebih sering terjadi,” jelasnya pada Sabtu (27/1) malam. 7 ode
1
Komentar