Duta Anak Buleleng Terpilih Bertugas Mengawal Hak Anak
SINGARAJA, NusaBali - Lima orang siswa terpilih sebagai duta anak Buleleng tahun 2024, Minggu (28/1) kemarin. Mereka terpilih dan dikukuhkan menjadi duta anak yang memiliki tugas mengawal hak-hak anak di Buleleng. Selain menjadi teladan dalam menyikapi permasalahan anak yang kerap terjadi saat ini.
Duta anak terpilih melalui Gelora Anak Buleleng 2024 yang diselenggarakan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Buleleng. Dari puluhan perwakilan sekolah di Buleleng, terpilih 5 orang duta anak terbaik.
Mereka yakni Putu Cista Pramitha Dewi sebagai Duta Anak Komisi Pendidikan, Kadek Febri Ardiagarini sebagai Duta Anak Komisi Kesehatan, Made Dea Vio Lantini sebagai Duta Anak Komisi Perlindungan Khusus, Komang Agus Krisna Wahyoedi sebagai Duta Anak Komisi Partisipasi dan Ketut Andika Pratama Dwipayana Sebagai Duta Anak Komisi Jaringan.
Kepala Dinas P2KBP3A I Nyoman Riang Pustaka mengatakan proses seleksi duta anak ini sudah berlangsung sejak 20 November 2023 lalu. Seluruh peserta mengikuti dua jenis ujian, yakni tes tulis dan wawancara. Mereka akan bergabung dalam Forum Anak Daerah (FAD) untuk menyuarakan aspirasi, saran termasuk solusi terkait permasalahan anak.
“Melalui duta-duta anak ini pemerintah menyebarluaskan wawasan dan pemahaman mengenai anak. Mulai tingkah laku di lingkungan tempat tinggal, hak-hak yang dimiliki anak-anak Indonesia, hingga permasalahan yang terjadi pada anak dan solusi yang dapat diberikan dan diterapkan.” ujar Riang.
Riang juga menegaskan selama bertugas nantinya Duta Anak Buleleng akan menyasar ke sekolah-sekolah untuk menampung aspirasi teman sebaya mereka. Hal itu akan menjadi dasar pergerakan Duta Anak Buleleng bersama Forum Anak Daerah Kabupaten Buleleng ke depannya.
Sementara itu salah satu duta anak terpilih Made Dea Vio Lantini menyoroti terkait kasus kekerasan seksual pada anak. Dia pun mengusung tiga program konkret untuk menanggulangi masalah tersebut. Yakni edukasi, sosialisasi dan pendekatan psikologis menyasar teman sebaya, masyarakat dan peran penting pemerintah.
“Edukasi, sosialisasi, dan pendekatan psikologis harus terus digencarkan. Ini penting semakin sering diingatkan maka kesadaran pun akan meningkat. Terutama menyangkut batasan-batasan tindakan yang mengarah ke pelecehan seksual,” kata Dea.
Menurutnya peran pemerintah juga dapat menjadi kunci dalam menanggulangi kasus kekerasan seksual pada anak. Dia meminta pemerintah pengetatan penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual, guna memastikan mereka dihukum seadil-adilnya sesuai dengan tindakannya.7 k23
Mereka yakni Putu Cista Pramitha Dewi sebagai Duta Anak Komisi Pendidikan, Kadek Febri Ardiagarini sebagai Duta Anak Komisi Kesehatan, Made Dea Vio Lantini sebagai Duta Anak Komisi Perlindungan Khusus, Komang Agus Krisna Wahyoedi sebagai Duta Anak Komisi Partisipasi dan Ketut Andika Pratama Dwipayana Sebagai Duta Anak Komisi Jaringan.
Kepala Dinas P2KBP3A I Nyoman Riang Pustaka mengatakan proses seleksi duta anak ini sudah berlangsung sejak 20 November 2023 lalu. Seluruh peserta mengikuti dua jenis ujian, yakni tes tulis dan wawancara. Mereka akan bergabung dalam Forum Anak Daerah (FAD) untuk menyuarakan aspirasi, saran termasuk solusi terkait permasalahan anak.
“Melalui duta-duta anak ini pemerintah menyebarluaskan wawasan dan pemahaman mengenai anak. Mulai tingkah laku di lingkungan tempat tinggal, hak-hak yang dimiliki anak-anak Indonesia, hingga permasalahan yang terjadi pada anak dan solusi yang dapat diberikan dan diterapkan.” ujar Riang.
Riang juga menegaskan selama bertugas nantinya Duta Anak Buleleng akan menyasar ke sekolah-sekolah untuk menampung aspirasi teman sebaya mereka. Hal itu akan menjadi dasar pergerakan Duta Anak Buleleng bersama Forum Anak Daerah Kabupaten Buleleng ke depannya.
Sementara itu salah satu duta anak terpilih Made Dea Vio Lantini menyoroti terkait kasus kekerasan seksual pada anak. Dia pun mengusung tiga program konkret untuk menanggulangi masalah tersebut. Yakni edukasi, sosialisasi dan pendekatan psikologis menyasar teman sebaya, masyarakat dan peran penting pemerintah.
“Edukasi, sosialisasi, dan pendekatan psikologis harus terus digencarkan. Ini penting semakin sering diingatkan maka kesadaran pun akan meningkat. Terutama menyangkut batasan-batasan tindakan yang mengarah ke pelecehan seksual,” kata Dea.
Menurutnya peran pemerintah juga dapat menjadi kunci dalam menanggulangi kasus kekerasan seksual pada anak. Dia meminta pemerintah pengetatan penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan seksual, guna memastikan mereka dihukum seadil-adilnya sesuai dengan tindakannya.7 k23
Komentar