Air Terjun Pengempu Dikritik YouTuber Skotlandia, Perbekel Cau Belayu: Belum Dikelola Maksimal
Dale Philip
YouTuber
TikTok
Viral
Wisatawan
WNA
Pariwisata
Cau Belayu
Marga
Tabanan
Air Terjun Pengempu
TABANAN, NusaBali.com - Pariwisata Pulau Dewata kembali menuai kritik. Lagi-lagi karena kondisi destinasi wisata yang kumuh dan tidak terawat. Kali ini, kritik datang dari seorang YouTuber terkenal berpelanggan 3,11 juta, Dale Philip, asal Skotlandia.
Dale mengutarakan kekecewaannya terhadap kondisi salah satu destinasi wisata alam di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan yakni Air Terjun Pengempu.
Video kekecewaan sekaligus kritik itu diunggahnya pada akun media sosial TikTok @dalephilipvlogs pada 15 Januari 2024 lalu. Ketika ditelusuri NusaBali.com pada Rabu (31/1/2024), video itu sudah ditonton lebih 1 juta kali.
"Saya berkunjung ke Air Terjun Pengempu di Bali, Indonesia. Saya rasa tempat ini terlihat luar biasa pada banyak jepretan foto menarik di Instagram. Akan tetapi, ketika saya sampai di sana, tempatnya tertutupi sampah," tulis Dale menarasikan unggahannya.
Lanjut Dale dalam komentar lisannya, kondisi ini kontras antara ekspektasi seperti di jagat maya dan realitas di lapangan. Ia pun mengurungkan niatnya untuk berenang di Air Terjun Pengempu lantaran dirasa 'tidak aman.'
Tanpa menyalahkan pihak pengelola, Dale beranggapan kondisi kumuh ini mungkin disebabkan oleh perilaku masyarakat di hulu. Sehingga, sampah yang didominasi kemasan makanan dan minuman ini terbawa ke Air Terjun Pengempu.
"Mungkin bukan orang yang datang ke air terjun ini yang duduk di sana (tangga) sambil minum teh botol lalu melempar (botolnya) ke air terjun. Mungkin (sampah ini) dari bagian yang lebih hulu dan terbawa ke sini," ujar Dale.
Dale mengaku, saat memasuki area air terjun, ia tidak dikenakan biaya sepeser pun. Menurutnya, ada baiknya sebuah tempat wisata ditiketkan sehingga bisa dipakai biaya operasional, khususnya untuk petugas kebersihan.
Pada Selasa pagi, NusaBali.com mendatangi Air Terjun Pengempu. Pantauan di lokasi, tempat wisata ini terlihat kurang terawat sebab beberapa fasilitas umum seperti toilet dan bale bengong tidak terurus. Kemudian, pegangan besi pada anak tangga pun sudah ada yang lepas.
Di beberapa titik mulai dari pintu masuk hingga memasuki tepi air terjun di Tukad Yeh Penet ini sudah ada papan peringatan menjaga kebersihan. Namun, tidak ada staf yang bersiaga di lokasi wisata.
Ketut Adnyana, 33, seorang warga Desa Cau Belayu menuturkan, kondisi wisata Air Terjun Pengempu saat ini merupakan faktor alam. Hujan lebat yang mengguyur antara 11-12 Januari 2024 lalu disebut membawa sampah di hulu hingga akhirnya tertambat di batuan raksasa dalam area air terjun.
"Aliran Tukad Yeh Penet itu langsung ke Air Terjun Pengempu. Jadi, waktu hujan lebat antara 11-12 Januari lalu itu, sampah dari hulu terbawa ke sini," ujar Adnyana ketika ditemui di area Kantor Perbekel Cau Belayu yang kebetulan tutup lantaran acara tirtayatra se-Kecamatan Marga.
Tutur Adnyana, Pemerintah Desa Cau Belayu sudah melakukan kerja bakti seminggu sekali di kawasan air terjun. Sebab, selain berfungsi sebagai tempat wisata, Air Terjun Pengempu juga memiliki tempat masucian atau beji.
Namun pasca adanya sampah kiriman akibat hujan lebat lalu, belum sempat ada kegiatan bersih-bersih. Kata Adnyana, tidak diketahui ada turis asing berkunjung ke sana. Sebab, sama sekali tidak ada biaya masuk ke air terjun eksotik tidak jauh dari Sangeh Monkey Forest ini.
Sementara itu, dikonfirmasi via telepon pada Selasa sore, Perbekel Desa Cau Belayu I Putu Eka Jayantara menegaskan bahwa sampah di aliran air terjun merupakan kiriman dari hulu. Kondisi ini, dikatakan, belum dapat dikelola secara maksimal. Namun, sudah dalam track menuju ke arah itu.
"Kami tidak bisa serta merta langsung mengeksekusinya. Sampah itu terbawa dari hulu. Sudah menjadi masalah klasik setiap musim hujan tapi belum bisa kami lakukan pembersihan lantaran satu dan lain hal," beber Jayantara kepada NusaBali.com.
Di samping itu, kata Jayantara, area wisata air terjun ini berstatus lahan milik pribadi. Sehingga, kawasan Air Terjun Pengempu belum dapat dikelola seutuhnya oleh desa lantaran belum ada finalisasi kesepakatan antara Pemerintah Desa Cau Belayu dengan pemilik lahan.
Kebersihan kawasan wisata, jelas Jayantara, dilakukan secara swadaya bersama masyarakat. Sebab, belum ada manajemen tersendiri yang dapat mempekerjakan petugas kebersihan. Lagi-lagi karena desa belum berhak melakukan pengelolaan secara penuh.
"Kebersihan kami lakukan swadaya makanya tidak ada tarif masuk sama sekali. Jadi, bukannya tidak diurus. Fasilitas yang ada kami anggarkan dari desa. Kemudian, ada toilet yang dibantu oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ungkap perbekel asal Banjar Seribupati.
Ke depannya, Jayantara mewacanakan pengelolaan wisata air terjun yang mulai berkembang sejak 2021 ini sebagai unit Badan Usaha Milik (BUM) Desa Cau Belayu. Namun, saat ini difokuskan upaya finalisasi nota kesepahaman dengan pemilik lahan yang disebut masih alot di internal pemilik lahan itu sendiri.
"Kalau kami sudah siap mengelola sesuatu dari segi perawatan, kebersihan, dan segala sesuatunya, itu kan beda. Wajar dikomplain jika kami memang sudah siap (ada manajemen). Tetapi sekarang kan belum," tandas Jayantara. *rat
Video kekecewaan sekaligus kritik itu diunggahnya pada akun media sosial TikTok @dalephilipvlogs pada 15 Januari 2024 lalu. Ketika ditelusuri NusaBali.com pada Rabu (31/1/2024), video itu sudah ditonton lebih 1 juta kali.
"Saya berkunjung ke Air Terjun Pengempu di Bali, Indonesia. Saya rasa tempat ini terlihat luar biasa pada banyak jepretan foto menarik di Instagram. Akan tetapi, ketika saya sampai di sana, tempatnya tertutupi sampah," tulis Dale menarasikan unggahannya.
Lanjut Dale dalam komentar lisannya, kondisi ini kontras antara ekspektasi seperti di jagat maya dan realitas di lapangan. Ia pun mengurungkan niatnya untuk berenang di Air Terjun Pengempu lantaran dirasa 'tidak aman.'
Tanpa menyalahkan pihak pengelola, Dale beranggapan kondisi kumuh ini mungkin disebabkan oleh perilaku masyarakat di hulu. Sehingga, sampah yang didominasi kemasan makanan dan minuman ini terbawa ke Air Terjun Pengempu.
"Mungkin bukan orang yang datang ke air terjun ini yang duduk di sana (tangga) sambil minum teh botol lalu melempar (botolnya) ke air terjun. Mungkin (sampah ini) dari bagian yang lebih hulu dan terbawa ke sini," ujar Dale.
Dale mengaku, saat memasuki area air terjun, ia tidak dikenakan biaya sepeser pun. Menurutnya, ada baiknya sebuah tempat wisata ditiketkan sehingga bisa dipakai biaya operasional, khususnya untuk petugas kebersihan.
Pada Selasa pagi, NusaBali.com mendatangi Air Terjun Pengempu. Pantauan di lokasi, tempat wisata ini terlihat kurang terawat sebab beberapa fasilitas umum seperti toilet dan bale bengong tidak terurus. Kemudian, pegangan besi pada anak tangga pun sudah ada yang lepas.
Di beberapa titik mulai dari pintu masuk hingga memasuki tepi air terjun di Tukad Yeh Penet ini sudah ada papan peringatan menjaga kebersihan. Namun, tidak ada staf yang bersiaga di lokasi wisata.
Ketut Adnyana, 33, seorang warga Desa Cau Belayu menuturkan, kondisi wisata Air Terjun Pengempu saat ini merupakan faktor alam. Hujan lebat yang mengguyur antara 11-12 Januari 2024 lalu disebut membawa sampah di hulu hingga akhirnya tertambat di batuan raksasa dalam area air terjun.
"Aliran Tukad Yeh Penet itu langsung ke Air Terjun Pengempu. Jadi, waktu hujan lebat antara 11-12 Januari lalu itu, sampah dari hulu terbawa ke sini," ujar Adnyana ketika ditemui di area Kantor Perbekel Cau Belayu yang kebetulan tutup lantaran acara tirtayatra se-Kecamatan Marga.
Tutur Adnyana, Pemerintah Desa Cau Belayu sudah melakukan kerja bakti seminggu sekali di kawasan air terjun. Sebab, selain berfungsi sebagai tempat wisata, Air Terjun Pengempu juga memiliki tempat masucian atau beji.
Namun pasca adanya sampah kiriman akibat hujan lebat lalu, belum sempat ada kegiatan bersih-bersih. Kata Adnyana, tidak diketahui ada turis asing berkunjung ke sana. Sebab, sama sekali tidak ada biaya masuk ke air terjun eksotik tidak jauh dari Sangeh Monkey Forest ini.
Sementara itu, dikonfirmasi via telepon pada Selasa sore, Perbekel Desa Cau Belayu I Putu Eka Jayantara menegaskan bahwa sampah di aliran air terjun merupakan kiriman dari hulu. Kondisi ini, dikatakan, belum dapat dikelola secara maksimal. Namun, sudah dalam track menuju ke arah itu.
"Kami tidak bisa serta merta langsung mengeksekusinya. Sampah itu terbawa dari hulu. Sudah menjadi masalah klasik setiap musim hujan tapi belum bisa kami lakukan pembersihan lantaran satu dan lain hal," beber Jayantara kepada NusaBali.com.
Di samping itu, kata Jayantara, area wisata air terjun ini berstatus lahan milik pribadi. Sehingga, kawasan Air Terjun Pengempu belum dapat dikelola seutuhnya oleh desa lantaran belum ada finalisasi kesepakatan antara Pemerintah Desa Cau Belayu dengan pemilik lahan.
Kebersihan kawasan wisata, jelas Jayantara, dilakukan secara swadaya bersama masyarakat. Sebab, belum ada manajemen tersendiri yang dapat mempekerjakan petugas kebersihan. Lagi-lagi karena desa belum berhak melakukan pengelolaan secara penuh.
"Kebersihan kami lakukan swadaya makanya tidak ada tarif masuk sama sekali. Jadi, bukannya tidak diurus. Fasilitas yang ada kami anggarkan dari desa. Kemudian, ada toilet yang dibantu oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ungkap perbekel asal Banjar Seribupati.
Ke depannya, Jayantara mewacanakan pengelolaan wisata air terjun yang mulai berkembang sejak 2021 ini sebagai unit Badan Usaha Milik (BUM) Desa Cau Belayu. Namun, saat ini difokuskan upaya finalisasi nota kesepahaman dengan pemilik lahan yang disebut masih alot di internal pemilik lahan itu sendiri.
"Kalau kami sudah siap mengelola sesuatu dari segi perawatan, kebersihan, dan segala sesuatunya, itu kan beda. Wajar dikomplain jika kami memang sudah siap (ada manajemen). Tetapi sekarang kan belum," tandas Jayantara. *rat
1
Komentar