Sandya Gita Smaradahana Buka Bulan Bahasa Bali 2024
Sekda: BBB Cara Merawat dan Bikin ‘Hidup’ Bahasa Bali
DENPASAR, NusaBali - Pembukaan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI Tahun 2024 Provinsi Bali ditandai dengan agenda Sesolahan (Seni Pertunjukan) Sandya Gita Smaradahana di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis (1/2). Garapan seni ini disajikan oleh Kokar Bali (SMKN 3 Sukawati).
Tema BBB tahun ini ‘Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga’ yang bermakna manusia yang unggul disimbolkan Gana Raja sebagai sumber pengetahuan yang dipelajari manusia. Sandya Gita Smaradahana dimulai dari kisah Raksasa Nila Rudraka yang mendapatkan penganugerahan kesaktian dari Batara Siwa, lalu ingin menguasai Indraloka, wilayah para Dewa. Niat Nila Rudraka ini sungguh tidak bagus, sehingga Hyang Indra mengutus Batara Smara untuk menggoda Ida Batara Siwa yang sedang melakukan tapa. Dengan begitu, Batara Siwa mau memadu asmara dengan Batari Uma.
Ida Hyang Smara telah melepas beberapa panah ditujukan kepada Dewa Siwa. Akhirnya, Batara Siwa kasmaran memadu asmara dengan Batari Uma. Namun, pada saat itu, Dewa Siwa marah dan membunuh Hyang Smara yang menggagalkan tapa yang sedang dilakukan. Dari pertemuan Batara Siwa dan Dewi Uma lalu melahirkan putra bernama Batara Gana Raja. Nah, Raksasa Nilarudraka kemudian dapat dikalahkan oleh Batara Gana dengan senjata pasupati berwujud kapak.
Walau proses penggarapannya sedikit mendadak, namun sajian seni anak-anak Kokar mampu memberikan pesan kepada penonton.
“Prosesnya mepet sekali. Awal Januari baru ada keputusan untuk menentukan Sandyagita Smaradahana ini. Kami kemudian mulai berproses pada minggu kedua, mulai dari pemilihan gending, pembuata kata-kata, kemudian menuangkan melalui gerak tari,” kata pembina tari, I Gusti Ngurah Agung Giri Putra didampingi pembina tari lainnya Putu Suarsa usai pementasan.
Agung Giri Putra menuturkan, setelah proses penggarapan, ia kemudian memikirkan elemen-elemen yang dapat mendukung garapan tersebut, sehingga bisa masuk dalam layar elidi. Hal ini sangat penting, agar menjadi satu-kesatuan dalam garapan, bukan terkesan tempelan belaka. “Kami tak hanya menyajikan seni tembang, gerak dan iringannya, tetapi juga mengemas pesan-pesan moral yang diberikan kepada penonton. Kalau dalam tembang sudah ada, tetapi perlu juga disampaikan dalam bahasa Bali lumrah, agar bisa diterima berbagai kalangan,” imbuhnya.
Sebagai pendukung garapan ini, lebih banyak melibatkan siswa kelas II, sehingga lebih mudah dalam proses penggarapan, Mereka umumnya memiliki dasar seni yang kuat untuk mendukung garapan seni tersebut. Sementara untuk pendukung iringan tabuhnya lebih banyak melibatkan siswa kelas III. “Khusus untuk Sandyagita dan penari melibatkan sekitar 45 orang, sehingga keseluruhan garapan ini didukung sekitar 100 orang siswa seni,” ucapnya.
Agung Giri Putra mengungkapkan, dalam garapan seni ini pembina tembang Wayan Bawa berusaha semaksimal mungkin memasukan tembang-tembang yang menarik namun tetap sarat pesan. “Kami melibatkan keempat jurusan yang ada di Kokar ini untuk menjadikan garapan seni ini lebih menarik, seperti Jurusan Tari, Karawitan, Pedalangan dan Musik,” imbuhnya.
Walau mendapatkan apresiasi dalam penyajiannya, namun Agung Giri Putra mengaku tetap ada kendala yang harus dilalui. “Temanya Jana yaitu tentang manusia, sedangkan ceritanya tentang Dewa, sehingga agak susah untuk menemukan yang pas. Untung ketemunya di Ganesha Raja, sebagai simbol ilmu pengetahuan yang kita maknai sebagai simbol aksara yang harus dipelajari, sehingga ada adegan rakyat yang memvisualkan membaca aksara lontar. Itu yang kami jadikan penghubung untuk menyambungkan dengan cerita ini,” pungkasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Sekda Dewa Indra mengapresiasi ajang BBB sebagai wahana untuk terus menjaga kejayaan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Ida Hyang Smara telah melepas beberapa panah ditujukan kepada Dewa Siwa. Akhirnya, Batara Siwa kasmaran memadu asmara dengan Batari Uma. Namun, pada saat itu, Dewa Siwa marah dan membunuh Hyang Smara yang menggagalkan tapa yang sedang dilakukan. Dari pertemuan Batara Siwa dan Dewi Uma lalu melahirkan putra bernama Batara Gana Raja. Nah, Raksasa Nilarudraka kemudian dapat dikalahkan oleh Batara Gana dengan senjata pasupati berwujud kapak.
Walau proses penggarapannya sedikit mendadak, namun sajian seni anak-anak Kokar mampu memberikan pesan kepada penonton.
“Prosesnya mepet sekali. Awal Januari baru ada keputusan untuk menentukan Sandyagita Smaradahana ini. Kami kemudian mulai berproses pada minggu kedua, mulai dari pemilihan gending, pembuata kata-kata, kemudian menuangkan melalui gerak tari,” kata pembina tari, I Gusti Ngurah Agung Giri Putra didampingi pembina tari lainnya Putu Suarsa usai pementasan.
Agung Giri Putra menuturkan, setelah proses penggarapan, ia kemudian memikirkan elemen-elemen yang dapat mendukung garapan tersebut, sehingga bisa masuk dalam layar elidi. Hal ini sangat penting, agar menjadi satu-kesatuan dalam garapan, bukan terkesan tempelan belaka. “Kami tak hanya menyajikan seni tembang, gerak dan iringannya, tetapi juga mengemas pesan-pesan moral yang diberikan kepada penonton. Kalau dalam tembang sudah ada, tetapi perlu juga disampaikan dalam bahasa Bali lumrah, agar bisa diterima berbagai kalangan,” imbuhnya.
Sebagai pendukung garapan ini, lebih banyak melibatkan siswa kelas II, sehingga lebih mudah dalam proses penggarapan, Mereka umumnya memiliki dasar seni yang kuat untuk mendukung garapan seni tersebut. Sementara untuk pendukung iringan tabuhnya lebih banyak melibatkan siswa kelas III. “Khusus untuk Sandyagita dan penari melibatkan sekitar 45 orang, sehingga keseluruhan garapan ini didukung sekitar 100 orang siswa seni,” ucapnya.
Agung Giri Putra mengungkapkan, dalam garapan seni ini pembina tembang Wayan Bawa berusaha semaksimal mungkin memasukan tembang-tembang yang menarik namun tetap sarat pesan. “Kami melibatkan keempat jurusan yang ada di Kokar ini untuk menjadikan garapan seni ini lebih menarik, seperti Jurusan Tari, Karawitan, Pedalangan dan Musik,” imbuhnya.
Walau mendapatkan apresiasi dalam penyajiannya, namun Agung Giri Putra mengaku tetap ada kendala yang harus dilalui. “Temanya Jana yaitu tentang manusia, sedangkan ceritanya tentang Dewa, sehingga agak susah untuk menemukan yang pas. Untung ketemunya di Ganesha Raja, sebagai simbol ilmu pengetahuan yang kita maknai sebagai simbol aksara yang harus dipelajari, sehingga ada adegan rakyat yang memvisualkan membaca aksara lontar. Itu yang kami jadikan penghubung untuk menyambungkan dengan cerita ini,” pungkasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya. Sekda Dewa Indra mengapresiasi ajang BBB sebagai wahana untuk terus menjaga kejayaan bahasa, aksara, dan sastra Bali.
Foto: Sekda Dewa Made Indra (kiri kedua) menerima Wayang Kanda Raja sebagai penanda pembukaan Bulan Bahasa Bali VI di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Kamis (1/2). -YUDA
Dewa Indra mengatakan, gelaran BBB yang berlangsung sebulan penuh ini merupakan cara untuk memastikan bahasa, aksara, dan sastra Bali terus ada, digunakan, dan hidup di tengah-tengah masyarakat Bali. “Inilah satu-satunya cara,” sebut Dewa Indra.
Ia mengungkapkan, daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki bahasa, aksara, dan sastra daerah masing-masing. Namun, belum tentu semuanya memiliki cara untuk menjaga, merawat, dan membuat ‘hidup’ bahasa daerah mereka. “Kalau sekadar ada mungkin ada, tapi membuat hidup di tengah-tengah masyarakat belum tentu,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak bahasa lokal di seluruh dunia kini telah punah, termasuk bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara. Sekda menjelaskan, salah satu tantangan mempertahankan keberadaan bahasa, aksara, dan sastra daerah adalah kemajuan teknologi digital. Generasi muda dalam kesehariannya tidak dapat dipisahkan dengan teknologi pintar seperti komputer. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali telah mengembangkan keyboard komputer yang menggunakan aksara Bali. “Kalau masih kita seperti tradisional maka kita pastikan generasi anak-anak kita akan meninggalkan,” jelasnya.
Sekda Dewa Indra menegaskan, Pemerintah Provinsi Bali akan terus melakukan upaya melestarikan keberadaan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Pungutan Wisatawan Mancanegara yang akan mulai diterapkan pada 14 Februari 2024 diharapkan dapat menambah anggaran pemerintah daerah dalam menjaga bahasa Bali sebagai warisan budaya. “Dengan adanya pungutan wisatawan (mancanegara) nanti astungkara bisa kita laksanakan dengan baik maka kita akan memperoleh penguatan fiskal untuk menguatkan lagi upaya kita mengkonservasi budaya, memajukan budaya,” ujar Sekda Dewa Indra.
Kepala Dinas Kebudayan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha menyampaikan BBB Provinsi Bali VI 2024 berlangsung mulai 1 Februari hingga 2 Maret 2024. “Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 mengangkat tema ‘Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga’ yang bermakna Bulan Bahasa Bali merupakan altar pemuliaan bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai sumber kebenaran, kebijaksanaan dan cinta kasih untuk memperkuat jati diri krama Bali,” ujar Arya Sugiartha.
Mantan Rektor ISI Denpasar ini menjelaskan, tema tersebut diterjemahkan ke beberapa agenda, yakni Utsawa (Festival), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Seni Pertunjukkan), Widyatula (Seminar), Kriyaloka (Workshop), Reka Aksara (Pameran), dan Konservasi Lontar. Selain itu BBB tahun ini juga memberikan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh pegiat sastra Bali.
Hari pertama BBB VI Provinsi Bali 2024 digelar Sasolahan Sandya Githa berjudul ‘Smaradahana’ yang dibawakan siswa SMK Negeri 3 Sukawati, Gianyar (Kokar). Dilanjutkan Utsawa Nyurat Lontar dan Ngetik Aksara Bali menggunakan keyboard aksara Bali oleh ratusan siswa SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi di Bali. 7 a
Ia mengungkapkan, daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki bahasa, aksara, dan sastra daerah masing-masing. Namun, belum tentu semuanya memiliki cara untuk menjaga, merawat, dan membuat ‘hidup’ bahasa daerah mereka. “Kalau sekadar ada mungkin ada, tapi membuat hidup di tengah-tengah masyarakat belum tentu,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak bahasa lokal di seluruh dunia kini telah punah, termasuk bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara. Sekda menjelaskan, salah satu tantangan mempertahankan keberadaan bahasa, aksara, dan sastra daerah adalah kemajuan teknologi digital. Generasi muda dalam kesehariannya tidak dapat dipisahkan dengan teknologi pintar seperti komputer. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Bali telah mengembangkan keyboard komputer yang menggunakan aksara Bali. “Kalau masih kita seperti tradisional maka kita pastikan generasi anak-anak kita akan meninggalkan,” jelasnya.
Sekda Dewa Indra menegaskan, Pemerintah Provinsi Bali akan terus melakukan upaya melestarikan keberadaan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Pungutan Wisatawan Mancanegara yang akan mulai diterapkan pada 14 Februari 2024 diharapkan dapat menambah anggaran pemerintah daerah dalam menjaga bahasa Bali sebagai warisan budaya. “Dengan adanya pungutan wisatawan (mancanegara) nanti astungkara bisa kita laksanakan dengan baik maka kita akan memperoleh penguatan fiskal untuk menguatkan lagi upaya kita mengkonservasi budaya, memajukan budaya,” ujar Sekda Dewa Indra.
Kepala Dinas Kebudayan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha menyampaikan BBB Provinsi Bali VI 2024 berlangsung mulai 1 Februari hingga 2 Maret 2024. “Bulan Bahasa Bali VI Tahun 2024 mengangkat tema ‘Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga’ yang bermakna Bulan Bahasa Bali merupakan altar pemuliaan bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai sumber kebenaran, kebijaksanaan dan cinta kasih untuk memperkuat jati diri krama Bali,” ujar Arya Sugiartha.
Mantan Rektor ISI Denpasar ini menjelaskan, tema tersebut diterjemahkan ke beberapa agenda, yakni Utsawa (Festival), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Seni Pertunjukkan), Widyatula (Seminar), Kriyaloka (Workshop), Reka Aksara (Pameran), dan Konservasi Lontar. Selain itu BBB tahun ini juga memberikan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada dua tokoh pegiat sastra Bali.
Hari pertama BBB VI Provinsi Bali 2024 digelar Sasolahan Sandya Githa berjudul ‘Smaradahana’ yang dibawakan siswa SMK Negeri 3 Sukawati, Gianyar (Kokar). Dilanjutkan Utsawa Nyurat Lontar dan Ngetik Aksara Bali menggunakan keyboard aksara Bali oleh ratusan siswa SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi di Bali. 7 a
1
Komentar