Barista Kopi Manual, Jadi Daya Tarik Desa Wisata Desa Bakas
DENPASAR, NusaBali - Ada ‘berkah’ dibalik Covid-19 (2020-2022). Karena mendorong munculnya kreativitas dan usaha alternatif. Contohnya barista kopi secara manual, seperti di Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Di desa wisata ini, barista kopi menjadi salah satu produk wisata untuk mengundang lebih banyak pengunjung.
“Ini adalah ‘berkah’ dari Covid-19,” ucap I Wayan Malendra, pengelola barista kopi yang diberi nama Barista Kopi Pengangon, Rabu (31/1).
Ceritanya, pada saat pandemi Covid-19 memuncak, ada pelatihan keterampilan mengisi kevakuman aktivitas akibat pandemi tersebut.
“Pelatihannya di Ubung (Denpasar),” ungkapnya.
Hanya saja, dia tidak ingat siapa penyelenggara pelatihan tersebut. Namun informasinya dia peroleh dari Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkom Dewi) Bali, I Made Mendra Astawa.
“Itulah yang saya ikuti dan rintis akhirnya,” ujarnya.
Malendra memilih, barista kopi secara manual. Karena kalau dengan menggunakan mesin, perlu dana yang tidak sedikit. Karena untuk satu mesin barista harganya boleh dikatakan tidak murah.
“Rp75 juta sampai Rp150 juta,” ungkanya. Sehingga karena keterbatasan mesin itu, maka barista menerapkan secara manual.
Kini usaha barista kopi miliknya menjadi salah satu daya tarik kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Bakas.
“Sepaket dengan Laklak (jajan tradisional),” lanjutnya.
Tambah dia, laklak pengangon itu juga dia rasakan sebagai ‘berkah’. Karena ide itu muncul, ketika terjadi erupsi Gunung Agung, yang juga sempat membuat drop pariwisata Bali.
Karena jika wisatawan berkunjung dan menikmati wisata Bakas, tidak saja treking, rafting atau menikmati pemandangan persawahan. Namun juga bisa merasakan hangat dan nikmatnya kopi dan gurih legit laklak pengangon.
“Ini kuliner yang mendukung desa wisata Bakas,” kata Malendra, yang juga Ketua Forkom Dewi Klungkung ini. k17.
1
Komentar