Pemkot Lestarikan Bahasa Ibu Melalui Bulan Bahasa Bali
DENPASAR, NusaBali - Pemerintah Kota Denpasar terus mengupayakan pelestarian bahasa Bali sebagai bahasa ibu di antaranya melalui pelaksanaan Bulan Bahasa Bali yang digelar dengan berbagai lomba pada 2 – 9 Februari 2024
“Bahasa, aksara, dan sastra Bali merupakan warisan leluhur adiluhung yang harus dilestarikan,” kata Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam sambutannya yang dibacakan Sekretaris Daerah Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana di Denpasar, Jumat (2/2/), saat membuka pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-6 tingkat Kota Denpasar yang juga dihadiri perwakilan desa adat dan sejumlah sekolah.
Menurutnya, bahasa, aksara, dan sastra Bali harus dilestarikan dan dikenalkan sejak dini mulai dari tingkat anak-anak sehingga dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali juga melibatkan murid dari jenjang SD hingga SMA.
“Bahasa Bali juga merupakan bahasa ibu harus terus digelorakan dan jangan sampai bahasa Bali itu punah,” ujarnya.
Oleh karena itu, tugas pemerintah untuk memfasilitasi bersama dengan para pemangku kepentingan sehingga pelaksanaan Bulan Bahasa Bali menjadi bagian untuk mengingatkan serta mengevaluasi.
“Jika kreativitas sudah didasari oleh kebudayaan Bali, itulah dinamakan jadi diri yang menjadi napas pembangunan di Bali,” ucapnya.
Alit Wiradana menambahkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ini juga dapat menjadi wahana pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali secara berkelanjutan, sehingga diharapkan mampu menjadi jembatan antara kebudayaan dan globalisasi serta mampu beradaptasi terhadap kemajuan peradaban.
“Ke depan kita berharap segala kegiatannya terus dikembangkan sehingga mampu mendukung penguatan dan pengembangan budaya Bali, termasuk bahasa, sastra, dan aksara Bali,” imbuhnya.
Pihaknya bangga karena pelaksanaan Bulan Bahasa Bali telah dilaksanakan dari tingkat desa/lurah, kecamatan hingga tingkat Kota Denpasar.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara mengatakan tema gelaran Bulan Bahasa Bali tahun ini yakni ‘Jana Kerthi-Dharma Sadhu Nuraga’.
Kegiatan Bulan Bahasa Bali dilaksanakan dengan Lomba Nyurat Lontar, Bali Simbar, Nyurat Aksara Bali, Lomba Ngewacen Aksara Bali ring Lontar, dan Lomba Mesatua Bali, Pidarta hingga Debat Bahasa Bali.
“Dari berbagai lomba yang diadakan diikuti peserta sebanyak 324 orang mulai dari pelajar, sekaa teruna hingga para pengurus adat seperti bendesa adat/kelian adat,” kata Alit Wiradana. 7 ant
Menurutnya, bahasa, aksara, dan sastra Bali harus dilestarikan dan dikenalkan sejak dini mulai dari tingkat anak-anak sehingga dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali juga melibatkan murid dari jenjang SD hingga SMA.
“Bahasa Bali juga merupakan bahasa ibu harus terus digelorakan dan jangan sampai bahasa Bali itu punah,” ujarnya.
Oleh karena itu, tugas pemerintah untuk memfasilitasi bersama dengan para pemangku kepentingan sehingga pelaksanaan Bulan Bahasa Bali menjadi bagian untuk mengingatkan serta mengevaluasi.
“Jika kreativitas sudah didasari oleh kebudayaan Bali, itulah dinamakan jadi diri yang menjadi napas pembangunan di Bali,” ucapnya.
Alit Wiradana menambahkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ini juga dapat menjadi wahana pelestarian dan pengembangan kebudayaan Bali secara berkelanjutan, sehingga diharapkan mampu menjadi jembatan antara kebudayaan dan globalisasi serta mampu beradaptasi terhadap kemajuan peradaban.
“Ke depan kita berharap segala kegiatannya terus dikembangkan sehingga mampu mendukung penguatan dan pengembangan budaya Bali, termasuk bahasa, sastra, dan aksara Bali,” imbuhnya.
Pihaknya bangga karena pelaksanaan Bulan Bahasa Bali telah dilaksanakan dari tingkat desa/lurah, kecamatan hingga tingkat Kota Denpasar.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara mengatakan tema gelaran Bulan Bahasa Bali tahun ini yakni ‘Jana Kerthi-Dharma Sadhu Nuraga’.
Kegiatan Bulan Bahasa Bali dilaksanakan dengan Lomba Nyurat Lontar, Bali Simbar, Nyurat Aksara Bali, Lomba Ngewacen Aksara Bali ring Lontar, dan Lomba Mesatua Bali, Pidarta hingga Debat Bahasa Bali.
“Dari berbagai lomba yang diadakan diikuti peserta sebanyak 324 orang mulai dari pelajar, sekaa teruna hingga para pengurus adat seperti bendesa adat/kelian adat,” kata Alit Wiradana. 7 ant
1
Komentar