Serapan Produk Hortikultura Berkurang
Penurunan Okupansi Hotel Diduga Jadi Pemicu
DENPASAR, NusaBali - Penurunan okupansi atau tingkat hunian hotel disinyalir berpengaruh besar terhadap serapan produk hortikultura dari sektor pariwisata. Prosentase penurunannya lumayan, sampai 50 persen.
Seorang pengusaha hortikultura asal Blahkiuh, Badung, bernama I Wayan Sugiartha, mengatakan serapan produk hortikulturan cenderung menurun. Sugiartha yang sebelumnya bisa menghabiskan 1 ton buah-buahan yang dikirim ke hotel, industri serta pasar lainnya, belakangan berkurang setengahnya atau hanya sekitar 500 kilo. “Rupannya kunjungan wisatawan menurun, sehingga kebutuhan hotel pada bahan makan dan minum, termasuk buah-buahan juga menyusut,” ujarnya, Jumat (2/2).
Walau begitu, sejauh ini untuk harga masih normal. Semangka Rp 10 ribu per kilogram, nanas Rp 5.000 per kilogram, pepaya Rp 7.500 per kilogram, dan melon Rp12.000 per kilogram. “Karena pasokan cukup, jadi harga juga standar,” ujar Sugiartha yang juga Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali.
Sementara, Sekretaris PHRI Badung I Gede Sukarta, tak menyangkal ada penurunan okupansi sekarang ini. Rata-rata okupansi saat ini 65 persen, berbeda dengan Desember lalu yang tembus 80 persen lebih.
Menurutnya, ada beberapa kemungkinan lain yang berpengaruh terhadap tingkat hunian kamar hotel. Di antaranya karena perilaku wisatawan sendiri, misalnya wisatawan hanya menyewa kamar saja, atau room only (RO). “Sedangkan untuk kebutuhan makan dan minum, mereka beli di luar atau menggunakan jasa industri makan dan minum di luar hotel. Ini juga berpengaruh terhadap permintaan produk hortikultura,” jelasnya.
Bisa juga, lanjutnya, wisatawan yang datang ogah menggunakan produk lokal. Namun menggunakann produk impor, sehingga produknya harus didatangkan dengan cara mengimport. “Ini hanya analisa saya pribadi. Bisa benar, bisa tidak. Yang pas nanti, tentu data dari lembaga resmi terkait,” ujarnya.
Sehubungan dengan hal itu, pihaknya mengingatkan kembali komitmen berbagai kalangan untuk menggunakan produk pertanian lokal. “Itu harus diingatkan dan dilaksanakan untuk membantu petani,” kata Sukarta. 7 k17
1
Komentar