Ogoh-Ogoh ST Yowana Dhika Banjar Kerandan Hadir dengan Pesan Anti-Kekerasan
DENPASAR, NusaBali.com - Menyambut Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1946 pada 11 Maret 2024 mendatang, ST Yowana Dhika di Banjar Kerandan, Jalan Gunung Batur II, Denpasar Barat, tengah sibuk menggarap ogoh-ogoh dengan konsep unik dan sarat makna.
"Konsep ogoh-ogoh tahun ini terinspirasi dari fenomena kekerasan dan pengeroyokan yang belakangan ini marak terjadi," ungkap AA Ngurah Surya Mahendra (Gung Surya), selaku undagi ogoh-ogoh ST Yowana Dhika saat ditemui Sabtu (27/1/2024).
Ogoh-ogoh ini menampilkan tiga karakter utama: Bima, Dursasana, dan raksasa yang melambangkan sifat negatif Bima, yaitu kekerasan dan kemarahan. "Bima mencekik Dursasana, dan di atasnya ada raksasa yang melambangkan sifat negatif Bima," jelas Gung Surya.
Teknologi Gerak dan Pengerjaan Permanen
Ogoh-ogoh ini dirancang dengan sistem teknologi gerak yang inovatif. "Bagian kaki Dursasana dikendalikan menggunakan sistem bluetooth dari handphone," ujar Gung Surya.
Dibuat permanen, ogoh-ogoh ini telah mencapai tahap pengerjaan 70 persen. "Selanjutnya, kami akan fokus pada penghalusan, pewarnaan, pemasangan aksesoris, dan tapel/kepala," kata Gung Surya.
Anggaran dan Pengerjaan
Ogoh-ogoh ST Yowana Dhika ini dibuat dengan anggaran sekitar Rp 30 juta, sesuai dengan anggaran tahun-tahun sebelumnya.
Pengerjaan ogoh-ogoh dimulai dari siang hari hingga pagi (subuh). "Kami bekerja cepat mengingat waktu yang terbatas dalam penilaian Ogoh-ogoh di Kota Denpasar," ungkap Gung Surya.
Penilaian ogoh-ogoh di Kota Denpasar akan diadakan pada tanggal 17-18 Februari 2024. "Target kami adalah agar ogoh-ogoh ini cepat selesai dan tidak ada halangan," kata Gung Surya.
Harapan untuk Melestarikan Budaya dan Menjaga Kedamaian
Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini tak luput dari kendala. "Jari ogoh-ogoh sempat patah dan mesin sempat error korslet karena ada anak-anak yang iseng," ungkap Gung Surya. "Namun, syukurlah semua dapat kami perbaiki kembali."
Lebih dari sekadar karya seni, ogoh-ogoh ini diharapkan dapat membawa pesan perdamaian. "Harapan saya di tahun 2024 ini, masyarakat, khususnya para Yowana, dapat memahami makna Nyepi dan menghargai kreativitas seni ogoh-ogoh," tutur Gung Surya.
"Ogoh-ogoh merupakan bagian dari seni dan budaya yang berkaitan dengan Hari Suci Nyepi. Semoga karya ini dilestarikan dan tidak dihubungkan dengan kejadian-kejadian yang tidak semestinya," imbuhnya.
"Mari kita ciptakan kedamaian bagi Bali," pungkas Gung Surya. *m03
1
Komentar