Netralisir Bhuta, Krama Duda Gelar Siat Api
AMLAPURA, NusaBali - Krama Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, kembali menggelar ritual Siat Api (perang api). Ritual ini untuk menyomiakan atau menetralisir unsur bhuta kala di desa dan memerangi musuh (ripu) dalam diri manusia.
Perang ini menggunakan prakpak (daun nyiur kering) yang dibakar sebagai senjata. Krama dibagi dua kelompok, Desa Duda Timur melawan Desa Duda, di perbatasan kedua desa, tepatnya jembatan Tukad Sangsang, Wraspati Kliwon Warigadean, Kamis (8/2) pukul 18.15 Wita - 18.30 Wita.
Desa Adat Duda mewilayahi dua desa dinas, Desa Duda Timur dan Desa Duda.
Krama yang berperang, terlebih dahulu berhadap-hadapan. Tanpa gunakan busana atas, masing-masing memegang prakpak menyala. Bendesa Adat Duda I Komang Sujana kemudian memberitahukan agar selama perang tidak boleh menyerah bagian wajah. Perang akan dimulai setelah ada komando dari Bendesa Adat Duda.
Perang berlangsung dengan saling hantam sehingga prakpak memercikkan api. Jika prakpak mati, maka kembali dinyalakan. Setiap terjadi adu pukul gunakan prakpak disemangati tabuh Balaganjur. Perang usai jika prakpak habis terbakar. Rata-rata peserta usai perang bagian dada dan punggung berlumur mangsi (abu hitam).
Bendesa Adat Duda I Komang Sujana mengatakan ritual ini digelar setelah di masing-masing rumah warga telah menggelar upacara Ngulah Kala (mengusir makhluk halus) dengan prakpak dan semburan dari kunyahan daun sirih. Usai ritual di rumah -rumah warga, prakpak tersebut ditempatkan di depan rumah. Setelah diyakini bhuta kala keluar dari pekarangan rumah, selanjutnya disomiakan di wawidangan Desa Pakraman Duda, melalui ritual siat api.
Maka krama sajebag Desa Adat Duda yang mewilayahi 27 banjar adat, berkumpul. Krama tersebut dari Abian Canang Kaja, Abian Canang Kelod, Alastunggal, Batu Gede, Darma Karya, Bencingah, Janglap, Juwuklegi, Kerta Sari, Ketket, Lila, Limo, Pegubugan, Pesangkan Duuran, Pesangkan Gede, Pesangkan Kangin, Pesangkan Kawan, Jangu, Swasta Karya, Taman Bali, Tegal Anyar, Tegal Let, Tengah, Wates Kaja, Wates Tengah, Wates Kangin, dan Yadnya Karya.
Krama dari 27 banjar adat itu terbagi dua, timur dan barat. "Tradisi ini rutin terlaksana setiap tahun untuk menetralisir unsur bhuta kala jelang melaksanakan Usaba Dodol, yang puncaknya Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (9/3)," jelas I Komang Sujana.
Kata Sujana, siat api dilaksanakan sejak tahun 1963. Namun lama terhenti dan terlaksana kembali tahun 2017. Tradisi ini sebenarnya merupakan tradisi budaya, dilestarikan melalui ritual, selain merupakan budaya, juga untuk menyomiakan bhuta kala, dan memerangi beragam ripu (musuh) yang ada dalam diri.
Musuh dalam diri atau yang menguasai bhuana alit yang dimaksud I Komang Sujana, di antaranya: tri mala (tiga kotoran jiwa), catur ma (empat kemabukan), panca wisaya (lima jenis racun), panca ma (madat, mabuk-mabukan, judi dan madon), sad ripu (enam musuh dalam diri), sad atatayi (enam pembunuh), sapta timira (tujuh kegelapan), asta duta (delapan pembunuh) dan sebagainya.7k16
Komentar