Melihat Kongco Akulturasi Bali-Tionghoa yang Tersembunyi di Jalan Nangka Selatan, Denpasar
Dibangun karena Adanya Wangsit Kesembuhan
Dewata 'tuan rumah' di kongco ini adalah Yang Mulia Kwan Kong, dewata beraga panglima perang perlambang kejujuran dan jiwa kesatria
DENPASAR, NusaBali
Mungkin tidak banyak yang menyadari bahwa ada sebuah kongco/kelenteng di Jalan Nangka Selatan, Gang Cendrawasih II, Banjar Umasari, Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar. Kongco Pura Taman Gandasari ini terletak di dalam Gang Cendrawasih yang asal-usulnya menarik untuk ditelisik.
Seperti namanya, tempat ibadat umum yang juga disebut Kongco Kwan Kong Bio ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu Bali dan Tionghoa. Tampak luarnya seperti pura lantaran memiliki candi bentar, namun terdapat ornamen naga yang orientalistis.
Begitu memasuki area dalam kongco, suasana budaya Tionghoa dengan warna merah-emas dan aksara Tiongkok sangat kental. Akan tetapi, juga terdapat bale kulkul dan palinggih dasar yang ada di setiap pekarangan dan sanggah di Bali. Jero Mangku Kadek Semarajaya,44, Ketua Pengurus Kongco menuturkan, Kongco 'Kwan Kong Bio' atau Pura Taman Gandasari ini didirikan oleh pamannya, almarhum Jero Mangku Ketut Mertha DK pada tahun 2001 silam.
"Beliau dulu menderita penyakit kencing manis sampai kakinya mau diamputasi. Seminggu sebelum amputasi, beliau menerima wangsit untuk pergi ke Kelenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur," tutur Jero Mangku Semarajaya ketika ditemui di kongco pada, Jumat (9/2) malam lalu.
Istri almarmum Mangku Mertha, yakni Made Suarni,70, menambahkan setelah pergi ke Tuban, sang suami lantas menerima wangsit untuk mendirikan kongco Yang Mulia Kwan Kong di Bali agar mendapat kesembuhan. Demi mendirikan kongco, harta benda khususnya rumah dijual.
Foto: Pintu masuk Kongco 'Kwan Kong Bio' Pura Taman Gandasari. -NGURAH RATNADI
"Awalnya kongco ini kecil. Semua apa-apa dijual sama suami saya dan dimasukkan (untuk membiayai) ke sini (kongco)," tutur Suarni ketika dijumpai di kongco pada Jumat malam. Lambat laun, kongco yang awalnya berupa gedong suci berkembang menjadi tempat ibadat umum seluas 8 are. Begitu pula kondisi kesehatan almarhum Mangku Mertha juga akhirnya sembuh hingga dia wafat di usia 70 tahun pada tahun 2015 silam.
Dewata 'tuan rumah' di kongco ini adalah Yang Mulia Kwan Kong, dewata beraga panglima perang perlambang kejujuran dan jiwa kesatria. Kata Mangku Semarajaya, arca Kwan Kong sempat diarak ke 240 kelenteng dan vihara di Pulau Jawa selama satu bulan tujuh hari. Sejak ekspedisi bersama Dewa sekitar tahun 2008 itu, umat dari luar Bali semakin ramai berdatangan ke kongco ketika mereka berwisata ke Pulau Dewata atau pada acara besar kongco, yakni sejit/pujawali. Kwan Kong Sejit datang pada 24 Lak Gwee atau 29 Juli tahun 2024 ini.
Selain dewata utama Kwan Kong, di kongco ini ada belasan dewata pendamping lainnya. Terdapat pula altar Dewi Kwan Im, Buddha, dan palinggih serta pengayengan seperti Padmasana, Dewi Gangga, Dalem Balingkang, Ratu Gede, dan lainnya. "Kongco ini milik pribadi tetapi dewatanya adalah milik umat. Sejauh ini memang umatnya kebanyakan dari luar Bali, tapi yang dari Bali juga ada baik itu Tridharma (Konghucu, Tao, Buddha) maupun umat Hindu," imbuh Mangku Semarajaya yang juga prajuru di lingkungan Pura Dalem Kahyangan Badung ini.
Foto: Sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili. -IST
Seperti pada Jumat malam, umat berdatangan untuk sembahyang menyambut Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili. Mereka sembahyang mulai dari altar Thian Kong kemudian ke Kwan Kong, dewata pendamping, dan berpindah ke altar Kwan Im dan Buddha. Salah satu umat yang mengunjungi kongco adalah Lina Herawati, 81, yang sembahyang bersama putranya. Ia juga terlihat membawa buah dan canang sari, kemudian menyalakan lilin dan dupa untuk sembahyang.
"Saya sudah 23 tahun ke sini. Imlekannya di rumah, ke kongco untuk sembahyang bareng anak saya," ujar Lina yang kampung halamannya berada di Tabanan.
Di Kongco Kwan Kong Bio yang berada di wilayah Banjar Umasari, Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar ini, puncak perayaan Imlek biasanya dilakukan dengan acara persembahyangan bersama pada pukul 00.00 Wita. Kata Jero Mangku Semarajaya, umat yang datang ke kongco dengan dewata Kwan Kong yang diklaim terbesar di Kota Denpasar ini membawa bermacam motivasi seperti sembahyang, memohon kelancaran usaha, chamsi(ramalan), hingga matamba(pengobatan). 7 ol1
1
Komentar