Jokowi vs Prabowo Berpeluang Duel Lagi
Demokrat diprediksi tak akan non blok lagi di Pilpres, sebab sosok Capres yang diusung akan turut menentukan perolehan suara partai.
Pada Pilpres 2019, Arah Koalisi Demokrat Belum Terbaca
JAKARTA, NusaBali
Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto diprediksi bakal bertarung kembali di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sebelumnya, tiga tahun lalu mereka bersaing di Pilpres 2014 dan selanjutnya mereka diprediksi akan bertemu di Pilpres 2019.
Baik Jokowi dan Prabowo sudah mengantongi 'tiket' maju ke Pilpres 2019. Keduanya sama-sama telah mendapatkan dukungan di atas ambang batas pencapresan (presidential threshold), yakni 20 persen kursi di parlemen, sesuai Undang-undang Pemilu yang baru disahkan DPR pada, Jumat (21/7) dini hari lalu
Jokowi mendapatkan dukungan dari Golkar (16,25% kursi di DPR), NasDem (6,25% kursi) dan PPP (6,96%). Gabungan perolehan kursi DPR ketiga partai itu sebesar 29,46 persen. Jokowi juga berpeluang besar mendapatkan dukungan dari PDIP (19,46% kursi di DPR), Hanura (2,86%) dan PKB (8,39%). Partai-partai ini berada di koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-JK.
Adapun Prabowo Subianto mendapatkan dukungan dari Gerindra (13,04% kursi di DPR) dan PKS (7,14%). Total perolehan kursi dua partai ini di DPR adalah sebesar 20,18% kursi di DPR. Peneliti CSIS Arya Fernandes mengatakan melihat peta dukungan sementara itu, peluang Jokowi kembali bertarung di Pilpres melawan Prabowo cukup besar. Tentunya jika Gerindra bisa memastikan bahwa PKS mendukung Prabowo. "Jika Gerindra bisa memastikan dukungan PKS, maka peluang Jokowi lawan Prabowo di Pilpres 2019 cukup besar," kata Arya, Minggu (23/7) malam.
Soal dukungan PKS ke Prabowo tersebut, Waketum Gerindra Fadli Zon memberikan penjelasan. Dia memang belum menyebutkan kepastian bahwa PKS akan berkoalisi di Pilpres 2019. Namun sejak Pilpres 2014 lalu hingga sekarang, kata Fadli, Gerindra dan PKS sudah terjalin dalam sejumlah kerja sama. Misalnya di Pilkada DKI. Bukan tidak mungkin koalisi itu akan terjalin ke Pilpres 2019. "Ini kan masih lama. Mungkin tahun depan (ada kepastian)," kata Fadli.
"Insyaallah Pak Prabowo siap maju Pilpres 2019," tambah Fadli. Bagaimana dengan posisi Partai Demokrat besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Partai Demokrat yang memiliki 10,90% kursi di DPR memang belum terbaca arah koalisinya saat ini. Peneliti CSIS, Arya Fernandes mengatakan sedikit peluang PD membentuk poros sendiri di Pilpres 2019.
Pasalnya jika PD berkoalisi dengan PAN yang memiliki 8,75% kursi DPR belum cukup untuk mengusung Capres. "Partai Demokrat bisa membentuk poros sendiri jika ada salah satu partai pendukung Jokowi membelot. Tapi peluang itu kecil," kata Arya dilansir detik.com. Bisa saja, tambah Arya, PD dan PAN bergabung dengan koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Namun Waketum Gerindra, Arief Puyuono pesimistis SBY sebagai Ketum PD setuju pencapresan Prabowo dan bergabung dengan Gerindra-PKS. "Belum tentu Pak SBY setuju juga untuk mengusung Pak Prabowo. Kalau Gerindra harga mati capresnya pak Prabowo," kata Arief. Menurut dia ada kebuntuan mengenai hubungan Prabowo dan SBY. Kedua tokoh besar ini sulit disatukan. Sebut saja saat Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017 lalu.
Akankah PD bersikap non blok seperti Pilpres 2014? Arya Fernandes yakin PD tak akan non blok di Pilpres. Hal ini lantaran di Pilpres 2019 nanti sosok Capres yang diusung akan turut menentukan perolehan suara partai. *
Komentar