Adaptasi Penggunaan Aksara Bali dengan Digitalisasi
Lomba Mengetik Aksara Bali
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak 7 kategori lomba digelar dalam kegiatan Bulan Bahasa Bali. Terbaru, Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng menambahkan lomba mengetik aksara Bali dengan keyboard tamiang untuk pertama kalinya. Penambahan jenis lomba ini sebagai upaya adaptasi penggunaan aksara Bali dengan digitalisasi.
Seluruh lomba dilangsungkan di Sasana Budaya komplek kantor Dinas Kebudayaan Buleleng, Senin (12/2) kemarin. Tujuh jenis lomba tersebut yakni lomba Nyurat Aksara Bali tingkat SD, lomba Nyurat Lontar Tingkat SMP, lomba Debat Mebasa Bali, lomba Ngwacen Lontar usia 19 sampai dengan 23 Tahun, lomba Masatua Krama Istri dari Paiketan Krama Istri (Pakis), lomba Pidarta antar Bendesa Adat dan lomba Mengetik Aksara Bali dengan keyboard tamiang.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika mengatakan, lomba mengetik aksara Bali ini digelar juga untuk pelestarian. Pengenalan menggunakan cara digital menjadi salah satu pendekatan kepada generasi muda saat ini yang sangat fasih dengan teknologi. Dengan keyboard tamyang ini diharapkan pembelajaran aksara Bali dapat lebih maksimal.
“Ini memang baru pertama kali kami selenggarakan di Buleleng. Kami ingin mengawali sebagai pendekatan kepada generasi muda,” terang Wisandika.
Seorang peserta perwakilan SMKN 1 Sawan, Luh Susiani mengungkapkan baru pertama kali mengenal cara mengetik aksara Bali menggunakan keyboard tamiang. Dia yang sudah fasih menulis aksara Bali mengaku masih harus belajar lebih banyak.
“Cukup sulit, tetapi mungkin karena belum terbiasa. Tetapi ada tantangannya juga. Mungkin kedepannya terus digelar dan di sekolah juga kalau bisa langsung dipraktekkan, sehingga bisa cepat paham dan lebih lancar,” terang Susiani.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa usai membuka Bulan Bahasa Bali menyebut penggunaan aksara Bali harus lebih adaptif pada zaman global dan digitalisasi. Lomba mengetik aksara Bali dengan keyboard tamiang, dinilainya sangat tepat.
“Kegiatan ini mungkin akan mendorong generasi muda untuk semakin mencintai Bahasa Bali khususnya di era digitalisasi. Tinggal di sekolah saja harus ada penyesuaian tuntutan sosial dalam masyarakat terkait penggunaan Bahasa Bali. Sehingga anak-anak muda bisa lebih terampil menggunakan Bahasa Bali,” terang Suyasa.7 k23
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, I Nyoman Wisandika mengatakan, lomba mengetik aksara Bali ini digelar juga untuk pelestarian. Pengenalan menggunakan cara digital menjadi salah satu pendekatan kepada generasi muda saat ini yang sangat fasih dengan teknologi. Dengan keyboard tamyang ini diharapkan pembelajaran aksara Bali dapat lebih maksimal.
“Ini memang baru pertama kali kami selenggarakan di Buleleng. Kami ingin mengawali sebagai pendekatan kepada generasi muda,” terang Wisandika.
Seorang peserta perwakilan SMKN 1 Sawan, Luh Susiani mengungkapkan baru pertama kali mengenal cara mengetik aksara Bali menggunakan keyboard tamiang. Dia yang sudah fasih menulis aksara Bali mengaku masih harus belajar lebih banyak.
“Cukup sulit, tetapi mungkin karena belum terbiasa. Tetapi ada tantangannya juga. Mungkin kedepannya terus digelar dan di sekolah juga kalau bisa langsung dipraktekkan, sehingga bisa cepat paham dan lebih lancar,” terang Susiani.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa usai membuka Bulan Bahasa Bali menyebut penggunaan aksara Bali harus lebih adaptif pada zaman global dan digitalisasi. Lomba mengetik aksara Bali dengan keyboard tamiang, dinilainya sangat tepat.
“Kegiatan ini mungkin akan mendorong generasi muda untuk semakin mencintai Bahasa Bali khususnya di era digitalisasi. Tinggal di sekolah saja harus ada penyesuaian tuntutan sosial dalam masyarakat terkait penggunaan Bahasa Bali. Sehingga anak-anak muda bisa lebih terampil menggunakan Bahasa Bali,” terang Suyasa.7 k23
Komentar