Jelang Galungan, Harga Beras Terus Melonjak
Stabilkan Harga, Bulog Gelontorkan Beras SPHP ke Pasaran
DENPASAR, NusaBali - Jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, harga beras masih melonjak bahkan untuk merk beras tertentu naik hingga tembus Rp 17.000 per kilogram (Kg). Sementara di tengah makin melonjaknya harga beras, Perum Bulog Kanwil Bali menegaskan distribusi beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) terus dilakukan, apalagi memasuki Hari Raya Galungan akhir bulan Februari ini.
Pantauan NusaBali di sejumlah pedagang beras di Pasar Kumbasari dan Pasar Badung Denpasar harga beras memang cenderung naik dan tak kunjung turun. Nyoman Punduh, pedagang beras di Pasar Kumbasari dan Ketut Listiari di Pasar Badung mengatakan harga beras terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, harga beras merk Puteri Sejati berkisar Rp 14.000 per Kg naik ke Rp 15.000 per Kg, namun kini melonjak hingga mencapai Rp 17.000 per Kg atau mencapai Rp 395.000 per sak atau karung 25 kg.
Punduh dan Listiari juga mengatakan bahwa kenaikan harga ini tidak hanya terjadi pada beras Puteri Sejati, namun juga pada beras jenis lainnya seperti C4. Harga beras C4 yang semula sekitar Rp 13.500 per Kg naik ke Rp 14.500 per Kg, kini telah mencapai Rp 15.000 per Kg. Beras merk lainnya juga harganya bervariasi antara Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per Kg.
Menurut mereka, lonjakan harga ini menjadi beban tersendiri bagi pembeli, sementara pedagang harus menyesuaikan harga jual mereka untuk menjaga kelangsungan usaha. “Untung pelanggan semua sudah pada tahu harga beras naik, walaupun kadang ada yang beli sambil mengeluh tetapi mau tidak mau harus mengerti keadaan,” kata Punduh.
Penyebab kenaikan harga beras ini, menurut supplier beras UD Dewi Agung, Agung Adi,70, masalah pada panen petani yang mengakibatkan ketersediaan beras lebih sedikit dari biasanya. Hal ini menyebabkan lonjakan harga di pasaran. Dia juga menyebutkan bahwa harga beras menyesuaikan dengan harga di daerah lain, terutama Pulau Jawa yang juga mengalami kenaikan, sehingga harga jual di pasar lokal ikut naik.
Foto: Kondisi stok beras di supplier UD Dewi Agung di kawasan Jalan Gunung Agung Denpasar, Senin (19/2). -ADI PUTRA
“Beras yang harganya paling keras naik beras merk Puteri Sejati. Naik Rp 1.000 sampai Rp 2.500 per sak dan hanya bisa mengambil untung sekitaran Rp 2.500 saja. Yang terpenting usaha bisa berjalan,” ujar Agung Adi seraya menjelaskan bahwa akibat kenaikan harga beras ini, dirinya mengalami penurunan omzet dan jumlah pembeli. “Para pedagang tak mau ambil barang untuk stok,” katanya. Para pedagang dan pembeli berharap agar pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kenaikan harga beras ini, sambil terus memantau perkembangan situasi di pasar lokal. “Sebentar lagi kan musim panen di sawah, perkiraan di sekitaran hari raya Kuningan, semoga harga beras juga akan turun saat panen tersebut,” ucap Agung Adi.
Sementara itu Perum Bulog Kanwil Bali menegaskan distribusi beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) akan terus dilakukan, apalagi memasuki Hari Raya Galungan akhir bulan Februari ini. Pemimpin Wilayah Bulog Kanwil Bali, Sony Supriyadi mengatakan stok beras di gudang-gudang Bulog di Bali masih mencukupi untuk kebutuhan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Harga beras di pasaran belum beranjak dari harga tertinggi bahkan cenderung merangkak naik. Beras premium menyentuh harga Rp 16.000 per kilogram, sementara beras medium juga naik sampai Rp 15.000 per kilogram. Harga ini jauh di atas harga beras Bulog (SPHP) yang dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 10.900 per kilogram.
Harga dikhawatirkan terus meningkat memasuki Hari Raya Galungan dan Kuningan, akhir bulan ini. Namun Bulog Bali memastikan distribusi beras SPHP akan terus dilakukan setiap bulannya. Bahkan, jika diperlukan selama periode hari raya beruntun hingga April nanti distribusi beras akan ditingkatkan dari kuota awal. “Sejak Januari hingga saat ini sudah 1.000 kilogram kita distribusikan ke pasar dan mitra kerja kami,” ujar Sony kepada NusaBali, Senin kemarin. Menurutnya harga beras yang masih tinggi bahkan cenderung naik saat ini masih disebabkan tertundanya masa panen petani di Indonesia. Ditambah harga pupuk yang meningkat, kenaikan harga beras tidak dapat dihindarkan.
Meski demikian, ia yakin gelontoran beras Bulog ikut berperan mengendalikan harga beras sehingga tidak melonjak jauh. Ditambah bantuan pangan beras sebanyak 1.912 ton kepada 191.286 keluarga penerima manfaat di Bali masih berlangsung hingga Juni 2024.
“Harga masih tinggi, yang pegang beras bukan cuma Bulog saja. Swasta kan mengandalkan panen, sementara panen tertunda,” jelas Sony. Sony mengungkapkan, sekitar 500 ton beras Bulog akan didistribusikan pada sisa bulan ini. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan beras pada Hari Raya Galungan. Ia menyebut jumlah tersebut diambil dari 8 gudang beras Bulog di seluruh Bali yang dalam waktu dekat akan kedatangan kiriman 1.000 ton beras.
“Kita sampai bulan April sudah aman,” ujarnya sambil menambahkan bahwa Bali dijatah sekitar 800 ton beras SPHP setiap bulannya. Meski demikian jumlah tersebut akan mengikuti kebutuhan yang ada di lapangan. Pihaknya kita tengah menjajaki kerja sama dengan pihak retail modern untuk bisa menjual beras SPHP. Namun masih terkendala syarat harus menyertakan tanggal kedaluwarsa di setiap kemasan beras SPHP.
“Kita sudah memesan kemasan agar disertai pencantuman tanggal expired,” tambah Sony. Peningkatan harga jelang rentetan hari raya sebelumnya juga menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Bali. Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota mengantisipasi kemungkinan naiknya angka inflasi menjelang hari raya beruntun mulai dari Galungan, Kuningan, Nyepi yang kemudian diikuti dengan datangnya Bulan Ramadhan.
Birokrat kelahiran Singaraja ini mengajak jajaran TPID melakukan pengawasan intensif pada ketersediaan kebutuhan seperti daging dan bahan makanan lainnya. Selain itu, ia juga menaruh perhatian terhadap naiknya harga beras. "Untuk menekan laju kenaikan harga beras di pasaran, kami terus melakukan koordinasi dengan Bulog," imbuhnya.
Sekda Dewa Indra mengingatkan TPID untuk memedomani prinsip 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif. Lebih dari itu, ia mendorong penguatan koordinasi dan kerjasama lintas kabupaten/kota. "Pola ini sudah kita bangun dan saya harap terus dioptimalkan. Semua kabupaten jaga kestabilan produksi sesuai potensi masing-masing," kata Dewa Indra. 7 cr79, a
1
Komentar