Lima Bulan, Warga Sembung Krisis Air
Krisis air dikarenakan oleh rusaknya mesin pompa yang menarik air ke reservoir milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.
Mesin Pompa Mati
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 40 KK (kepala keluarga) di Banjar Dinas Sembung, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng mengalami krisis air bersih. Bahkan derita untuk mendapatkan kebutuhan utama itu sudah berlangsung selama lima bulan terakhir. Krisis air tersebut disebabkan oleh rusaknya mesin pompa air yang ada di reservoar, sehingga air tidak dapat mengalir ke rumah warga.
Hal tersebut diakui oleh seorang warga setempat Wayan Pasek, 41 yang ditemui Rabu (26/7) kemarin. Untuk mendapatkan air bersih ia dan warga lainnya terpaksa memanfaatkan bak penampungan tadah hujan yang dimiliki oleh beberapa warga. Bagi yang punya uang lebih, mereka membeli air melalui pedagang air swasta dengan harga yang cukup mahal.
“Kebanyakan warga minta ke tetangga yang punya penampungan air tadah hujan. Kalau beli mahal satu tangki 4.000 liter Rp 250 ribu,” kata dia. Bahkan Pasek yang juga sebagai pengelola Pam Desa Tembok mengatakan sejauh ini mesin belum kunjung diperbaiki, padahal reservoar yang ada di Banjar Dinas Sembung tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
Selama ini dengan memanfaatkan sumur bor, warga Desa Tembok dinyatakan tidak lagi mengalami masalah air bersih. Masalah ini kembali datang saat mesin pompa air rusak. “Karena ini airnya ngambil dari sumur bor di bawah, jadi ditarik dulu di bawa ke reservoar ini kemudian dari sini dilemparkan ke atas lagi hingga ke rumah-rumah warga,” imbuhnya.
Krisis air bersih di kawasan tersebut juga dibenarkan oleh warga lainnya Nyoman Nadi. Ia yang kondisi ekonominya berada di garis kurang mampu, terpaksa meminta air ke tetangga yang mau mengasihaninya. Terkadang jika punya uang, ia pun membayar air yang diminta di tetangga itu Rp 3.000, sebanyak tiga blek. “Paling beli untuk masak sama mandi saja, tiga blek tiga ribu, ada di bawah warga yang punya bak penampungan air. Kalau beli banyak tidak punya uang,” katanya.
Perbekel Desa Tembok yang juga hadir di lokasi krisis air, Dewa Komang Yudi Astra membenarkan bahwa krisis air yang dialami warganya dikarenakan oleh rusaknya mesin pompa yang menarik air ke reservoar. Hanya saja sampai saat ini pihaknya tidak dapat berbuat banyak karena mesin pompa tersebut milik aset Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.
“Kami di pemerintah desa tidka dapat berbuat apa, karena tidak punya kewenangan. Kami sudah beberpaa kali bersurat, namun sampai saat ini belum ada tanggapan,” ungkapnya. Ia pun berharap masalah ini dapat segera teratasi sehingga masyarakatnya yang tidak mau tahu itu kewenangan siapa, dapat kembali mendapatkan air bersih.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Buleleng, juga langsung menyuplai air ke daerah itu, dengan bekerjasama dengan PDAM, BPBD menyuplai air secara bergantian setiap harinya. Penyuplaian air langsung diarahkan dengan mengisi reservoar yang ada dengan kapasitas 30 kubik, sehingga air bersih dapat kembali dialihkan ke rumah warga yang ada di atas daerah perbukitan.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Made Subur mengatakan respons cepat penyuplaian air memang diutamakan di musim kemarau, mengingat air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan. Pihaknya pun mengatakan sejauh ini sudah memetakan sejumlah wilayah yang sering kali mengalami kekeringan dan krisis air bersih di Buleleng.
“Memang belum parah, tetapi kami sudah mulai petakan di Timur saja ada delapan titik seperti Tembok, Sembiran, Julah, Pacung, Madenan dan sekitarnya, belum lagi yang di Buleleng Tengah dan Barat. Tetap akan kami suplai kalau memang diperlukan oleh masyarakat,” kata Subur. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 40 KK (kepala keluarga) di Banjar Dinas Sembung, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng mengalami krisis air bersih. Bahkan derita untuk mendapatkan kebutuhan utama itu sudah berlangsung selama lima bulan terakhir. Krisis air tersebut disebabkan oleh rusaknya mesin pompa air yang ada di reservoar, sehingga air tidak dapat mengalir ke rumah warga.
Hal tersebut diakui oleh seorang warga setempat Wayan Pasek, 41 yang ditemui Rabu (26/7) kemarin. Untuk mendapatkan air bersih ia dan warga lainnya terpaksa memanfaatkan bak penampungan tadah hujan yang dimiliki oleh beberapa warga. Bagi yang punya uang lebih, mereka membeli air melalui pedagang air swasta dengan harga yang cukup mahal.
“Kebanyakan warga minta ke tetangga yang punya penampungan air tadah hujan. Kalau beli mahal satu tangki 4.000 liter Rp 250 ribu,” kata dia. Bahkan Pasek yang juga sebagai pengelola Pam Desa Tembok mengatakan sejauh ini mesin belum kunjung diperbaiki, padahal reservoar yang ada di Banjar Dinas Sembung tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
Selama ini dengan memanfaatkan sumur bor, warga Desa Tembok dinyatakan tidak lagi mengalami masalah air bersih. Masalah ini kembali datang saat mesin pompa air rusak. “Karena ini airnya ngambil dari sumur bor di bawah, jadi ditarik dulu di bawa ke reservoar ini kemudian dari sini dilemparkan ke atas lagi hingga ke rumah-rumah warga,” imbuhnya.
Krisis air bersih di kawasan tersebut juga dibenarkan oleh warga lainnya Nyoman Nadi. Ia yang kondisi ekonominya berada di garis kurang mampu, terpaksa meminta air ke tetangga yang mau mengasihaninya. Terkadang jika punya uang, ia pun membayar air yang diminta di tetangga itu Rp 3.000, sebanyak tiga blek. “Paling beli untuk masak sama mandi saja, tiga blek tiga ribu, ada di bawah warga yang punya bak penampungan air. Kalau beli banyak tidak punya uang,” katanya.
Perbekel Desa Tembok yang juga hadir di lokasi krisis air, Dewa Komang Yudi Astra membenarkan bahwa krisis air yang dialami warganya dikarenakan oleh rusaknya mesin pompa yang menarik air ke reservoar. Hanya saja sampai saat ini pihaknya tidak dapat berbuat banyak karena mesin pompa tersebut milik aset Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.
“Kami di pemerintah desa tidka dapat berbuat apa, karena tidak punya kewenangan. Kami sudah beberpaa kali bersurat, namun sampai saat ini belum ada tanggapan,” ungkapnya. Ia pun berharap masalah ini dapat segera teratasi sehingga masyarakatnya yang tidak mau tahu itu kewenangan siapa, dapat kembali mendapatkan air bersih.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Buleleng, juga langsung menyuplai air ke daerah itu, dengan bekerjasama dengan PDAM, BPBD menyuplai air secara bergantian setiap harinya. Penyuplaian air langsung diarahkan dengan mengisi reservoar yang ada dengan kapasitas 30 kubik, sehingga air bersih dapat kembali dialihkan ke rumah warga yang ada di atas daerah perbukitan.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, I Made Subur mengatakan respons cepat penyuplaian air memang diutamakan di musim kemarau, mengingat air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan. Pihaknya pun mengatakan sejauh ini sudah memetakan sejumlah wilayah yang sering kali mengalami kekeringan dan krisis air bersih di Buleleng.
“Memang belum parah, tetapi kami sudah mulai petakan di Timur saja ada delapan titik seperti Tembok, Sembiran, Julah, Pacung, Madenan dan sekitarnya, belum lagi yang di Buleleng Tengah dan Barat. Tetap akan kami suplai kalau memang diperlukan oleh masyarakat,” kata Subur. *k23
1
Komentar