Debit Air Berkurang, Banyak Pelanggan Mengeluh
Penurunan debit air tidak hanya disebabkan faktor alam. Tetapi juga akibat peningkatan aktivitas pariwisata dan berkurangnya lahan produktif dan resapan air.
MANGUPURA, NusaBali
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Mangutama saat ini tengah menghadapi tantangan besar di tengah berkurangnya produksi lantaran debit air berkurang. Akibat produksi berkurang, berdampak langsung pada pelayanan kepada masyarakat.
Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Mangutama I Wayan Suyasa, mengatakan masalah produksi air menjadi keluhan terbanyak yang masuk saat ini. “Keluhan terbanyak memang diakibatkan oleh adanya masalah air yang berkurang, yaitu adanya penurunan terhadap produksi air kita,” ujarnya pada Senin (26/2).
Suyasa menjelaskan, dalam beberapa bulan terakhir tercatat penurunan debit air yang signifikan di beberapa mata air utama. Misalnya, mata air di Sulangai yang awalnya memiliki debit 4 liter per detik, menurun menjadi 1,45 liter per detik. Sumber air lain seperti di Tanah Wuk, Kedawatan, Batu Kurug dan Gegeran juga mengalami penurunan yang drastis. “Untuk mata air di Tanak Wuk yang dahulu 28 per detik sekarang menjadi 19 per detik. Lalu mata air di Kedawatan dari 8 liter per detik menjadi 3,5 liter per detik. Kemudian mata air di Batu Kurug dari 5 liter menjadi 2,47 liter. Selanjutnya di Gegeran dari 4 liter menjadi 1,18 liter per detik,” rincinya.
Suyasa menekankan bahwa penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor alam. Tetapi juga oleh peningkatan aktivitas pariwisata dan penambahan jumlah penduduk yang mengurangi lahan produktif dan resapan air.
Untuk mengatasi masalah ini, Suyasa melanjutkan, telah meluncurkan program pembuatan dua sumur pemanen air hujan di Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung. Keberadaan dua sumur dengan kedalaman 32 meter itu diharapkan dapat mengurangi risiko banjir dan membantu penyimpanan air tanah. “Kegiatan penghijauan juga terus kita laksanakan berkesinambungan,” imbuhnya.
Terpisah, Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Mangutama Made Suarsa juga menegaskan telah melakukan langkah proaktif dengan menyurvei potensi sumber-sumber air baku baru. Langkah ini diambil sebagai antisipasi terhadap berulangnya kondisi musim kemarau yang ekstrem, seperti yang terjadi pada 2023.
“Kami sudah melakukan survei terhadap sumber-sumber air baku yang baru. Sumber-sumber yang dirasa berpotensi, selanjutnya akan dimintakan izin ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida untuk diambil dan diolah,” ujarnya.
Keputusan untuk mencari dan memanfaatkan sumber air baru ini diambil sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Musim kemarau yang berkepanjangan pada 2023 menjadi pembelajaran pentingnya memiliki strategi pengelolaan sumber air yang baik dan berkelanjutan, terutama di tengah ancaman perubahan iklim dan peningkatan permintaan air dari masyarakat. 7 ol3
Komentar