Wayabya Mengawal Nyepi, Karya Penuh Makna dari Abian Kapas Kaja
DENPASAR, NusaBali.com - Semarak Nyepi Tahun Baru Caka 1946 semakin terasa dengan hadirnya ogoh-ogoh di berbagai penjuru Bali. Salah satu yang menarik perhatian adalah karya ST Eka Cita Banjar Abian Kapas Kaja, Sumerta, Denpasar Timur, dengan tema ‘Wayabya’.
Ogoh-ogoh Wayabya ini diarsiteki oleh I Made Putra Artawan (Detta), pemuda berusia 25 tahun yang telah dipercaya menjadi arsitek ST Eka Cita sejak tahun 2018.
"Karya ini terinspirasi dari penunggu pekarangan rumah dalam kepercayaan Hindu, di mana Tugun Karang adalah penjaga area rumah dari hal-hal negatif," ungkap Detra.
Ogoh-ogoh ini menampilkan empat tokoh, dengan tokoh utama raksasa setengah kerbau yang menghadang figuran lain yang ingin mengganggu dengan ilmu hitam.
Tingginya mencapai 5 meter dengan sistem bongkar pasang, Wayabya dibuat dengan sentuhan tradisional tanpa teknologi modern. Biaya pembuatannya diperkirakan Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.
Detra menjelaskan bahwa pembuatan ogoh-ogoh tahun ini sedikit berbeda karena menggunakan pewarna cat, berbeda dari tahun sebelumnya yang menggunakan bahan ramah lingkungan.
Proses pembuatannya dimulai sejak bulan Desember dan selesai beberapa jam sebelum penilaian tingkat Kecamatan Denpasar Timur. Meskipun banyak kekurangan karena padatnya kegiatan di tahun 2024, mereka bersyukur dapat menyelesaikan karya tersebut.
"Pada tanggal 17 Februari saat penilaian, kami agak takut karena sistemnya berbeda, ogoh-ogoh harus keluar dari banjar dan ditempatkan di depan juri," kata Detra.
Ogoh-ogoh Wayabya ini memiliki makna yang ingin disampaikan kepada masyarakat Hindu, yaitu bahwa ada yang selalu mendampingi kita di sekitar, baik sebagai pelindung atau ancaman.
"Oleh karena itu, kita harus saling menghormati dan menjaga satu sama lain, menyadari bahwa kita hidup tidak sendirian," pesan Detra.
Harapan mereka adalah agar makna dari ogoh-ogoh buatan mereka dapat tersampaikan di tahun baru Caka 1946, dan semoga kegiatan lomba ogoh-ogoh dapat diselenggarakan di seluruh kabupaten di Bali untuk menghidupkan wilayah masing-masing. *m03
Komentar