Pj Bupati Lihadnyana Ubah Semak Belukar Jadi City Farming
Upaya Pengendalian Inflasi pada Sejumlah Komoditas oleh Pemkab Buleleng
Sistem pertaniannya juga dilengkapi smart farming berupa penyiraman otomatis yang diluncurkan saat penanaman oleh Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 12.000 batang bibit cabai disemai di lahan milik Pemkab Buleleng di wilayah Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (1/3) pagi. Lahan tidak produktif yang penuh semak belukar ini dimanfaatkan dan sedang ditata menjadi city farming. Sejumlah komoditas sayur mayur dan peternakan akan dikembangkan terintegrasi sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi Kabupaten Buleleng.
Proyek city farming ini diinisiasi Pemkab Buleleng dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Dalam penyiapan lahan untuk siap dibanguni, Pemkab Buleleng menggandeng Kodim 1609/Buleleng yang juga memberikan akses jalan dengan membangun jembatan bailey. Proses penyiapan lahan itu pun sudah dilakukan sejak akhir tahun 2023 lalu. Lalu untuk bantuan bibit Pemkab Buleleng mendapat support dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali. Selain juga dukungan Pemprov Bali dan sejumlah instansi terkait di Pemkab Buleleng.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana mengatakan program city farming ini digagas untuk pengendalian inflasi. Penanaman cabai merupakan agenda pertama di city farming, selanjutnya akan ditanam komoditas lainnya yang seringkali memicu kenaikan inflasi. Menurutnya, city farming ini secara teknis akan dikelola Dinas Pertanian yang akan memberdayakan Tenaga Harian Lepas (THL) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng. Mereka akan mulai mengelola lahan city farming saat usai bertugas membersihkan sudut kota Singaraja. Sistem pertaniannya pun dilengkapi dengan smart farming berupa penyiraman otomatis yang diluncurkan langsung saat penanaman oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra.
“Lahan ini memang tidak dimanfaatkan sejak tahun 2005 lalu. Saat ini dimanfaatkan untuk menanam komoditas pemicu inflasi. Dengan luasan hampir dua hektare, selain cabai nanti kita tumpang sari dengan bawang dan perikanan juga. Harapannya nanti hasil produksi ini bisa mempengaruhi psikologi harga di pasar,” terang Lihadnyana. Selain merancang menanam berbagai komoditas penyumbang inflasi, Pemkab Buleleng juga akan menata kawasan ini. Seperti penanaman pohon bambu dan pembangunan jogging track, sehingga warga seputar kota bisa berrekreasi di city farming.
Sebanyak 12.000 batang bibit cabai disemai di lahan milik Pemkab Buleleng di wilayah Kelurahan Banyuasri, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (1/3) pagi. Lahan tidak produktif yang penuh semak belukar ini dimanfaatkan dan sedang ditata menjadi city farming. Sejumlah komoditas sayur mayur dan peternakan akan dikembangkan terintegrasi sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi Kabupaten Buleleng.
Proyek city farming ini diinisiasi Pemkab Buleleng dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Dalam penyiapan lahan untuk siap dibanguni, Pemkab Buleleng menggandeng Kodim 1609/Buleleng yang juga memberikan akses jalan dengan membangun jembatan bailey. Proses penyiapan lahan itu pun sudah dilakukan sejak akhir tahun 2023 lalu. Lalu untuk bantuan bibit Pemkab Buleleng mendapat support dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali. Selain juga dukungan Pemprov Bali dan sejumlah instansi terkait di Pemkab Buleleng.
Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana mengatakan program city farming ini digagas untuk pengendalian inflasi. Penanaman cabai merupakan agenda pertama di city farming, selanjutnya akan ditanam komoditas lainnya yang seringkali memicu kenaikan inflasi. Menurutnya, city farming ini secara teknis akan dikelola Dinas Pertanian yang akan memberdayakan Tenaga Harian Lepas (THL) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng. Mereka akan mulai mengelola lahan city farming saat usai bertugas membersihkan sudut kota Singaraja. Sistem pertaniannya pun dilengkapi dengan smart farming berupa penyiraman otomatis yang diluncurkan langsung saat penanaman oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali Dewa Made Indra.
“Lahan ini memang tidak dimanfaatkan sejak tahun 2005 lalu. Saat ini dimanfaatkan untuk menanam komoditas pemicu inflasi. Dengan luasan hampir dua hektare, selain cabai nanti kita tumpang sari dengan bawang dan perikanan juga. Harapannya nanti hasil produksi ini bisa mempengaruhi psikologi harga di pasar,” terang Lihadnyana. Selain merancang menanam berbagai komoditas penyumbang inflasi, Pemkab Buleleng juga akan menata kawasan ini. Seperti penanaman pohon bambu dan pembangunan jogging track, sehingga warga seputar kota bisa berrekreasi di city farming.
Sementara itu Pemkab Buleleng juga telah memikirkan pembangunan jembatan permanen. Sebab jembatan bailey hanya dipinjamkan Kodam IX/Udayana sampai bulan Mei mendatang. “Kami sudah pikirkan dan sudah ukur juga, jembatannya nanti permanen tetapi tidak untuk akses umum, hanya untuk akses ke city farming ini saja,” terang pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Sementara itu, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra mengapresiasi upaya kolaborasi ketahanan pangan dan pengendalian inflasi yang dilakukan Pemkab Buleleng.
Dia pun memberikan kesempatan kepada Pemkab Buleleng untuk mengelola lahan-lahan milik Pemprov Bali yang ada di Kabupaten Buleleng untuk program ketahanan pangan. “Kolaborasi yang sangat bagus. Dengan pemanfaatan lahan seperti ini, aspek produksi bisa diintervensi. Dalam artian, hasil produksi bisa ditambah dan nilai penawaran masih tetap. Maka dari itu, perlahan bisa dilakukan pengendalian terhadap harga pasar dan juga inflasi,” kata Dewa Indra. Di tempat yang sama Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali R Erwin Soeriadimadja mengatakan bantuan bibit cabai untuk Buleleng dipilih karena komoditas cabai memicu inflasi sebanyak 6 kali pada tahun 2023 lalu. Kisarannya pun dinilai cukup tinggi, yakni kisaran 0,1 persen hingga 0,4 persen.
“Bantuan bibit cabai ini sejalan dengan isu utama sepanjang 2024, bagaimana memperkuat ketahanan pangan, bahan dan komoditas yang mempengaruhi kebutuhan masyarakat. Dalam setahun terakhir, cabai menjadi faktor pendorong inflasi di Buleleng,” ungkap Erwin.
Dengan luas lahan yang dimanfaatkan Pemkab Buleleng dalam pengendalian inflasi, Erwin tidak memungkiri juga akan memberikan bantuan bibit komoditas lainnya sesuai kebutuhan. Salah satunya di sektor peternakan. @ k23
1
Komentar