Tokoh Senior yang Berdedikasi atas Pelestarian Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali
Wayan Seregeg dan Mudita Artana Diberikan Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama Tahun 2024
Seregeg ahli di bidang Sastra Jawa Kuno dan piawai mesanti (matembang lagu suci), sedangkan Mudita dikenal sebagai seniman dan penulis aksara Bali dalam lontar
DENPASAR, NusaBali
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali memberikan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 kepada dua sastrawan senior Bali I Wayan Seregeg SPd dan I Wayan Mudita Adnyana.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra menyerahkan penghargaan pada acara penutupan ajang Bulan Bahasa Bali (BBB) Provinsi Bali VI Tahun 2024 bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar, Sabtu (2/3) petang.
Sekda Dewa Indra mengatakan, kiprah kedua tokoh senior dalam melestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali ini diharapkan dapat menjadi teladan bagi krama Bali khususnya generasi muda. I Wayan Seregeg SPd merupakan sastrawan kelahiran, Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, 31 Desember 1940. Seregeg selama ini dikenal memiliki keahlian di bidang Sastra Jawa Kuno. Selain itu, ia juga piawai dalam mesanti (matembang lagu-lagu suci). Karena itu, ia sering didapuk sebagai pembina kakawin dan seni sastra.
Seregeg yang kini beralamat di Banjar Mekar Sari, Desa/Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng ini juga sering dipercaya sebagai guru penatar Bahasa Bali, serta menjadi dewan juri dalam lomba bidang sastra, baik di tingkat kecamatan atau Kabupaten Buleleng. Ia juga pembina sekar agung dan kekawin untuk pelajar tingkat SMA dan Porseni Pelajar. Seregeg biasa tampil sebagai narasumber, salah satunya dalam rangka Temu Kekeluargaan dan Orientasi Studi oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Seregeg merupakan pembina Sastra Jawa Kuno di Yayasan Bangun Sastra Denpasar, serta aktif dalam organisasi sebagai Ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokgak, Wakil Ketua Widya Sabha Kabupaten Buleleng, pendiri dan pembina Sekaa Santi Widya Sabha, dan pembina kekawin. Seregeg yang hidupnya untuk aksara, bahasa dan sastra Bali ini sempat menerima penghargaan Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali, dan penghargaan dari instansi lainnya. Ia juga pernah meraih penghargaan Harapan II dari PT Telkom (2008).
Foto: I Wayan Mudita Adnyana (kanan) saat menerima penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024.
Sementara itu, sastrawan I Wayan Mudita Adnyana dikenal dalam kiprahnya sebagai seniman dan penulis aksara Bali dalam lontar, seperti Bharata Yudha, Sutasoma, Sarascamuscaya, Bhagawad Gita, Tantri, Kekawin Lubdaka, Bomantara, Gatotkacasraya, dan lainnya.
Pria kelahiran Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, 31 Desember 1930 ini biasa menulis awig-awig desa adat, prasasti, babad dan pemancangah. Sering pula membuat seni prasi, dan pernah sebagai peserta sayembara sastra daerah (1973). Ia juga pernah sebagai narasumber temu seniman tua di Taman Budaya Bali (1996).
Belakangan kemudian, dipercaya sebagai narasumber workshop wayang prasi (2017) dan sebagai Peserta Kebudayaan Kecunduk Peringatakan Tahun ke-60 Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang (2018). Mudita Adnyana merupakan pemenang II Menulis Lontar dan Prasi Bali (1984). Mudita Adnyana yang hanya tamatan Sekolah Rakyat (SR) tahun 1944 itu memiliki prestasi dan komitmen dalam melestarikan aksara, bahasa dan sastra Bali, sehingga cukup sering mendapat penghargaan, baik itu di dalam negeri maupun luar negeri.
Ia meraih penghargaan Dharma Kusuma Madya dalam Bidang Sastra oleh Gubernur Bali (1987). Sementara di tingkat nasional, menerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi dalam bidang menulis Lontar dan Prasi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2019).
Baru-baru ini, Mudita Adnyana menerima penghargaan tingkat internasional Bali Bhuwana Nata Kerthi Maestro Seni Prasi oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar (2023). Saat ini, ia juga telah banyak memiliki anak didik, khususnya dalam mempelajari aksara Bali. Pengajuan calon peraih penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten/Kota, lembaga terkait majelis budaya Bali, lembaga bahasa, perguruan tinggi. Tim penilai mencocokkan data sesuai kriteria, menilai kelayakan, senioritas, dan pengabdian terhadap bahasa, aksara, dan sastra Bali.
“Kedua tokoh Bali telah nyata-nyata memperjuangkan kelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali sepanjang hayatnya,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha. Arya Sugiartha mengatakan, selain mendapatkan piagam penghargaan dan pin emas, kedua tokoh juga masing-masing mendapat uang tunai Rp 100 juta. 7 a
1
Komentar