Jelang SEA Games, Ski Air Malah Nombok
Pengurus Besar Persatuan Ski Air dan Wakeboard Indonesia (PSAWI) malah nombok untuk persiapan ke SEA Games 2017 di Malaysia.
JAKARTA, NusaBali
Mereka kesulitan dana uji coba dan belum menerima peralatan latih tanding. Sebagai juara umum SEA Games dua tahun silam, ski air kembali diharapkan menjadi lumbung emas di Kuala Lumpur. Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) memasang target lima emas.
Sang pelatih, Rusdi Amir, menilai target itu tak realistis. Sebab, target itu tak dibarengi dengan dukungan optimal dari Satlak Prima.
Sejak menggelar pelatnas November 2016, dukungan peralatan latih dan tanding belum diterima. Ketidakpastian kucuran dana juga membuat ski air tak berani menjalani uji coba yang direncanakan.
"Sekarang dana pendukungnya mana? Peralatan latih dan tanding saja belum," ucap Rusdi di sela-sela latihan ski air di Danau Sunter, Jakarta Utara.
Rusdi tak habis pikir persoalan itu terulang lagi setiap pelatnas digelar. Padahal, semestinya pemerintah, Satlak Prima, dan KOI lebih agresif karena Indonesia bakal menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
"Atlet ini masih menggunakan alat pribadi loh, ada juga yang pakai bekas SEA Games 2015, ada yang bekas pakai PON 2016 kemarin dari daerahnya diberikan. Tapi pertanyaannya adalah mau sampai kapan? Kami juga butuh barang baru," ujar Rusdi.
Sebagai gambaran peralatan ski air bisa sampai Rp 600 juta. Itu belum bicara bensin yang bisa capai Rp 40 juta per bulan untuk tiga kapal. Lalu oli yang harus diganti setiap 50 jam sekali, kemudian oil filternya harus beli di Singapura.
"Cuma kita kan begitu-begitu saja, dari SEA Games ke SEA Games. Bosan juga karena dari tahun kemarin disuruh buat proposal pengajuan (peralatan) sampai sekarang belum. Padahal sekarang sudah tinggal 20 hari lagi ibaratnya," tutur Rusdi.
"Belum harus adaptasi. Iya kalau langsung enak, kalau misalnya si atlet butuh adaptasi lama? Makanya paling tidak dua tiga bulan deh peralatan harusnya sudah tiba," ujar Rusdi Amir. *
Mereka kesulitan dana uji coba dan belum menerima peralatan latih tanding. Sebagai juara umum SEA Games dua tahun silam, ski air kembali diharapkan menjadi lumbung emas di Kuala Lumpur. Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) memasang target lima emas.
Sang pelatih, Rusdi Amir, menilai target itu tak realistis. Sebab, target itu tak dibarengi dengan dukungan optimal dari Satlak Prima.
Sejak menggelar pelatnas November 2016, dukungan peralatan latih dan tanding belum diterima. Ketidakpastian kucuran dana juga membuat ski air tak berani menjalani uji coba yang direncanakan.
"Sekarang dana pendukungnya mana? Peralatan latih dan tanding saja belum," ucap Rusdi di sela-sela latihan ski air di Danau Sunter, Jakarta Utara.
Rusdi tak habis pikir persoalan itu terulang lagi setiap pelatnas digelar. Padahal, semestinya pemerintah, Satlak Prima, dan KOI lebih agresif karena Indonesia bakal menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
"Atlet ini masih menggunakan alat pribadi loh, ada juga yang pakai bekas SEA Games 2015, ada yang bekas pakai PON 2016 kemarin dari daerahnya diberikan. Tapi pertanyaannya adalah mau sampai kapan? Kami juga butuh barang baru," ujar Rusdi.
Sebagai gambaran peralatan ski air bisa sampai Rp 600 juta. Itu belum bicara bensin yang bisa capai Rp 40 juta per bulan untuk tiga kapal. Lalu oli yang harus diganti setiap 50 jam sekali, kemudian oil filternya harus beli di Singapura.
"Cuma kita kan begitu-begitu saja, dari SEA Games ke SEA Games. Bosan juga karena dari tahun kemarin disuruh buat proposal pengajuan (peralatan) sampai sekarang belum. Padahal sekarang sudah tinggal 20 hari lagi ibaratnya," tutur Rusdi.
"Belum harus adaptasi. Iya kalau langsung enak, kalau misalnya si atlet butuh adaptasi lama? Makanya paling tidak dua tiga bulan deh peralatan harusnya sudah tiba," ujar Rusdi Amir. *
Komentar