'Paceklik’ Turis, Pengelola Wisata Pilih Bertani
DENPASAR, NusaBali - Warga khususnya kalangan pengelola usaha wisata di desa wisata Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, ‘kembali’ bertani. Hal tersebut disebabkan kunjungan wisatawan ke daerah wisata di kawasan Bali utara saat ini sepi. Fasilitas wisata, akomodasi, home stay, vila dan yang sejenisnya kosong. Tidak ada wisatawan yang berkunjung dan menginap.
‘Paceklik’ turis kali ini sudah berlangsung hampir 3 bulan, sejak Desember 2023 lalu, berlanjut sampai bulan Maret ini.
“Hanya 2 hari saja pernah ada tamu yang menginap,” cerita I Ketut Edi Astana, Ketua Ikatan Akomodasi Munduk (IAM), Rabu (6/3).
Menurut Edi Astana, pola kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Bali utara, khususnya ke Munduk dan sekitarnya berbeda dengan di kawasan Bali selatan. Ketika kunjungan wisman di kawasan wisata Bali selatan ramai, di kawasan utara, contohnya di Munduk, justru lengang.
"Seperti saat liburan Nataru di sini (di Munduk) malah tak banyak kunjungan," ungkapnya.
Sebaliknya kawasan wisata di Bali selatan, mulai dari Nusa Dua, Jimbaran, Kuta, Sanur, Ubud dan wilayah penyangganya berlimpah wisatawan.
“Kami biasanya baru ada wisatawan mulai bulan April sampai Oktober,” terang Edi Astana.
Wisatawan dari sejumlah negara Eropa yang biasanya menjadi langganan para pengelola usaha wisata di Munduk ini. Diantaranya wisatawan Prancis, Jerman, Italia, Belanda maupun dari negara Eropa.
“Mereka suka dengan suasana alam pedesaan di pegunungan yang sejuk, kemudian masih hijau dengan persawahan dan perkebunan,” terangnya.
Selain itu, lanjut Edi Astana wisman Eropa tersebut tertarik menyaksikan aktivitas keseharian warga. Mulai dari tradisi adat hingga kegiatan sosial perekonomian, seperti bertani, memetik cengkeh dan kopi, maupun panen tanaman perkebunan yang lain.
Tak ketinggalan, wisatawan juga suka dengan beberapa daya tarik wisata yang ada, yakni air terjun Munduk yang terkenal dengan sebutan Red Corall Munduk Water Fall, persawahan teras sering dan hutan di kawasaan Danau Tamblingan.
Kini sambil menunggu musim kunjungan, para pengelola usaha wisata ‘beralih’ profesi. Dalam arti menekuni kegiatan awal sebagai petani, merawat kebun sambil mempersiapkan peralatan untuk dipakai memetik bunga cengkeh dan buah kopi.
“Kami siap tangga, panggul dan merabas rumput,” lanjut Edi Astana, yang juga Sekretaris Buleleng Home Stay Association (BUHSA).
Perhitungannya pada bulan Juli dan Agustus nanti, adalah awal musim panen cengkeh dan kopi.
“Jadi saat turis sepi, kami mengerjakan kembali apa yang diwarisi orang tua(bertani),” kata Edi Astana. Namun demikian, fasilitas pariwisata tak dilepas, rutin dirawat, untuk selalu siap menerima kedatangan wisatawan.
Sebelumnya Edi Astana menuturkan di Munduk ada sekitar 60 akomodasi, baik itu home stay, vila, pondok wisata dan lainnya.Sebagian besar merupakan usaha keluarga. K17.
Komentar