Ketua PHDI Bali Gaungkan Tri Hita Karana sebagai Inspirasi Umat Beragama di Surabaya
SURABAYA, NusaBali.com - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Nyoman Kenak, membawa angin segar bagi gerakan pelestarian lingkungan di tingkat nasional.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi dan Jaringan’ di Surabaya, Kenak memaparkan esensi Tri Hita Karana dan konsep Teba yang dipraktikkan umat Hindu Bali.
Nilai-nilai luhur Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, menuai apresiasi dan inspirasi dari para peserta FGD yang berasal dari berbagai organisasi lintas agama.
Kenak menjelaskan bahwa konsep Teba, yang mewajibkan umat Hindu untuk menjaga kelestarian alam, telah mengalami perkembangan sejalan dengan kebutuhan zaman. Salah satu wujudnya adalah dengan penerapan biopori di lingkungan pura dan rumah tinggal.
“Pemasangan biopori sudah kami lakukan di lingkungan pribadi, maupun pura. Beberapa peserta bahkan ingin melihat langsung tentang Teba dan Biopori di Bali,” ungkap Kenak.
FGD ini merupakan bagian dari penelitian Religious Environmentalism Actions (REACT). Keikutsertaan PHDI Bali dalam FGD yang dilangsungkan 6-8 Maret 2024, merupakan bukti komitmen umat Hindu dalam menjaga kelestarian alam.
Di tengah persiapan Nyepi, Kenak tetap memprioritaskan acara ini karena selaras dengan Dharma Agama dan Dharma Negara. “Ini kami jadikan momen bagaimana Bali ikut menjaga keharmonisan antar umat manusia. Kami sangat apresiasi acara ini, sungguh luar biasa,” kata Kenak.
Sementara itu Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Didin Syafruddin MA PhD, menyambut positif partisipasi PHDI Bali. Ia menilai bahwa FGD ini menjadi wadah penting untuk memperkuat kolaborasi antar umat beragama dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Kegiatan ini diikuti 91 peserta potensial dari berbagai organisasi keagamaan dan kearifan lokal,” jelas Didin.
Peserta terpilih antara lain Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Kader Hijau Muhammadiyah (KHM).
Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (GEMILANG LDII), Bumi Langit Institute, MOZAIK, Yayasan Hadji Kalla, dan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan.
Kristen Hijau, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) NTT, Masyarakat Adat Dayak Iban Rumah Betang Sungai Utik Kalbar, dan Sanggar Hijau Indonesia.
Parisada Hindu Dharma (PHDI) Bali, Adat Musi Sulawesi Utara, Komunitas Adat Ammatoa Kajang Sulsel, Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), dan Komunitas Save Ake Gaale Malut.
FGD ini diharapkan dapat melahirkan strategi dan jaringan yang lebih kuat dalam gerakan aktivisme lingkungan berbasis agama. Keberhasilan program ini akan berdampak positif bagi terwujudnya lingkungan yang lestari
Komentar