Kijeng Tangis: Pesan Alam dari Banjar Sawah Pedungan di Era Modern
DENPASAR, NusaBali.com - Sabtu, 9 Maret 2024 menjadi momen spesial bagi ST Yuda Asmara, Banjar Sawah, Pedungan, Denpasar Selatan. Tepat di Hari Raya Kuningan, mereka menyelesaikan karya ogoh-ogoh unik bertema ‘Kijeng Tangis’, serangga tembreret yang suaranya identik dengan saat tiba waktu Sandyakala
Nova Suanjaya, pengurus ST Yuda Asmara, menjelaskan bahwa tema ini dipilih untuk mengingatkan masyarakat tentang makna suara tembreret di era modern. Di zaman dahulu, suara tembreret di waktu Sandyakala merupakan kode alam bahwa manusia tidak boleh berkeliaran dan harus beristirahat.
Ogoh-ogoh ini memiliki satu karakter utama
dengan tinggi 4,5 meter dan meskipun tidak mengikuti lomba di tingkat
Kota Denpasar tahun 2024, ST Yuda Asmara fokus untuk mengikuti lomba di
tingkat Desa Pedungan.
dengan tinggi 4,5 meter dan meskipun tidak mengikuti lomba di tingkat
Kota Denpasar tahun 2024, ST Yuda Asmara fokus untuk mengikuti lomba di
tingkat Desa Pedungan.
Ogoh-ogoh Kijeng Tangis memiliki beberapa keunikan:
- Bongkar Pasang: Badan dan kaki ogoh-ogoh dapat dibongkar pasang menjadi dua bagian, memudahkan proses penyimpanan dan transportasi.
- Serangga Tembreret Berkepala Bayi: Melambangkan bahwa suara tembreret identik dengan tangisan bayi, dan merupakan pengingat bagi manusia untuk tidak melakukan aktivitas di waktu Sandyakala.
- Kepala Kakek-kakek: Menggambarkan nasihat orang tua terdahulu bahwa di waktu Sandyakala, manusia tidak boleh tidur atau melakukan aktivitas.
Filosofi dan Harapan
Nova Suanjaya berharap ogoh-ogoh ini dapat menjadi edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda, tentang nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat Bali.
Di tahun baru Caka 1946 ini, Nova berharap ogoh-ogoh dapat dilestarikan dan pemerintah dapat memberikan edukasi serta pelayanan dalam menjaga kelestariannya.
Ia juga mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1946 dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi umat Islam.
Semoga momentum di tahun 2024 ini dapat mempererat tali persaudaraan antar umat beragama.
Pesan Moral di Era Modern
Ogoh-ogoh Kijeng Tangis menjadi pengingat bagi manusia di era modern untuk kembali kepada nilai-nilai dan kearifan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat Bali. Suara tembreret di waktu Sandyakala bukan hanya sebagai kode alam, tetapi juga sebagai pengingat untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Di era modern yang penuh dengan kesibukan, manusia seringkali lupa untuk beristirahat dan merenungkan diri. Suara tembreret di waktu Sandyakala dapat menjadi alarm bagi manusia untuk kembali ke alam dan menemukan kedamaian di dalam diri.
Semoga ogoh-ogoh Kijeng Tangis dapat menginspirasi masyarakat untuk menjaga tradisi dan budaya Bali, serta untuk hidup selaras dengan alam. *m03
Komentar