5 Incumbent Melaju ke Senayan, 4 New Comer
JAKARTA, NusaBali - Sebanyak 5 calon anggota legislatif (Caleg) incumbent DPR RI dari Dapil Bali yang tarung di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 kembali melenggang ke Senayan untuk periode 2024-2029.
Mereka, yakni Nyoman Parta (PDIP), I Ketut Kariyasa Adnyana (PDIP), I Wayan Sudirta (PDIP), IGN Kesuma Kelakan (PDIP), dan Gede Sumarjaya Linggih atau Demer (Golkar). Bahkan, Demer untuk kelima kalinya berhasil menjadi wakil rakyat dari Dapil Bali. Dia juga satu-satunya yang lolos dari Partai Golkar. Sedangkan 4 kursi DPR RI lainnya diduduki caleg pendatang baru (New Comer).
Demer yang menempati nomor urut 2 mampu menempati peroleh suara terbanyak dari caleg Golkar lainnya dengan mendapatkan suara 100.747. Demer pun, bersyukur atas hasil tersebut. "Ini berkat apresiasi dari masyarakat Bali atas kerja-kerja yang saya lakukan selama ini. Saya sangat bersyukur mendapat apresiasi dari mereka. Saya juga berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah memberikan apresiasi kepada saya," ujar Demer saat dihubungi NusaBali, Selasa (12/3).
Demer sendiri tidak menyangka bisa lolos dan mendapat suara lebih banyak dari calon Golkar lainnya. Sebab dia berada di urutan nomor dua sebagai caleg. Justru, dia memperkirakan nomor urut satu yang ditempati Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry yang bakal mendapat perolehan suara besar. Dengan berada di urutan nomor dua sebagai caleg dari Golkar, suara Demer mengalami penurunan. Pada Pileg 2019 lalu, dia memperoleh suara 114.104. Jika berada di urutan nomor satu, Demer optimis suaranya bisa melebihi Pileg 2019 dengan meraih suara sekitar 150.000-an di Pileg 2024.
Dengan hasil suara di Pileg 2024 sebesar 100.747 suara, Demer tetap lolos ke Senayan. Dia juga menjadi satu-satunya caleg Golkar daerah pemilihan Bali yang berada di pusat untuk lima tahun ke depan. Kesempatan Demer menjadi Ketua Komisi maupun Ketua Alat Kelengkapan Dewan (AKD) pun sangat terbuka.
Namun, Demer menyerahkan semua kepada DPP Golkar. "Lantaran semua tergantung dari DPP. DPP itu kolektif kolegial. Semua harus dirapatkan terlebih dahulu, karena Golkar milik bersama sehingga keputusan harus sesuai administratif. Jadi, saya serahkan ke pimpinan," ucap Demer. Begitu pula dengan penempatan di komisi berapa nantinya, Demer menyerahkan semua kepada DPP Golkar. "Saya ikut keputusan partai saja," terang pria yang saat ini berada di Komisi VI DPR RI ini.
Sementara incumbent dari PDIP, Nyoman Parta menyatakan bersyukur mendapat kepercayaan dari masyarakat Bali sehingga bisa duduk lagi sebagai wakil rakyat di tingkat pusat. Dia juga berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah mendukung dengan mencoblos dirinya pada 14 Februari 2024 kemarin. "Saya tentu ucapkan puji syukur diberi kesempatan kembali sebagai wakil rakyat di periode kedua," ucap Parta. Parta melenggang ke Senayan dengan perolehan suara 281.688. Jumlah suara ini merupakan terbesar di daerah pemilihan Bali. Parta pun, merasa terharu atas raihan suara terbanyak tersebut.
"Sungguh saya terharu atas kepercayaan masyarakat Bali. Saya janji kerja keras dan memperjuangkan harapan dan hak-hak rakyat Bali di Jakarta," tegas Parta. Selanjutnya, Parta mengajak anak-anak muda dari kalangan generasi milenial dan z agar jangan takut terjun ke dunia politik. Sebab, dunia politik mengajak kepada kebaikan.
"Mari ikut bergabung dengan gerakan politik atau apa pun partainya, karena anak muda harus melek politik," papar Parta. Dalam kesempatan itu, Parta menjelaskan dia bisa memperoleh suara terbanyak di Bali, karena tidak terlepas dari kerja-kerja politiknya. Di mana, dia tidak memiliki aktivitas atau usaha lain. Dia fokus melayani dan bekerja untuk rakyat Bali. Dia juga membuat Rumah Aspirasi sebagai tempat masukan semua aspirasi rakyat baik itu perorangan, kelompok adat, kalangan kampus, pecinta lingkungan maupun kaum difabel. Mengenai kelak akan berada di komisi berapa pada masa bakti 2024-2029, Parta menyerahkan keputusan pada partai.
"Semua tergantung pada penugasan partai, saya siap tugas di mana saja. Tapi, kalau diizinkan saya ingin tetap berada di Komisi VI karena masih ada tugas yang belum selesai. Antara lain, memfasilitasi pelatihan-pelatihan bagi anak muda," papar Parta. Sebagai peraih suara terbanyak di Bali, Parta juga memiliki peluang menempati pimpinan komisi atau AKD DPR RI. Parta menyampaikan, mengenai masalah itu berada di tangan pimpinan partai. "Lagi pula mengenai suara terbanyak tidak ada hubungannya (menjadi pimpinan komisi atau AKD). Jabatan itu, urusan pimpinan partai. Bukan orang per orang," terang Parta.
Hal sama dikatakan I Ketut Kariyasa Adnyana. Menurut Ketut Kariyasa, soal penempatan komisi di DPR RI kelak partai yang menentukan. Oleh karena itu, semua tergantung dari kebijakan DPP PDIP. Sebagai petugas partai, dia siap melaksanakan penugasan tersebut. Namun, bila dipercaya dia ingin tetap berada di Komisi IX DPR RI. Komisi itu, antara lain membidangi kesehatan dan tenaga kerja. Lantaran di periode pertama dia berada di Komisi IX, membuat dia lebih paham lagi jika berada dia komisi itu pada periode dua nanti. Selain itu, masih ada ‘PR’ yang harus diperjuangkan kembali.
Salah satunya mengenai kesehatan. Di mana pada 2020 lalu terjadi pandemi Covid-19. Pandemi tersebut sangat mempengaruhi Bali yang mengandalkan pariwisata. "Masalah kesehatan itu penting bagi manusia, terutama di Bali. Saat Covid-19, ekonomi Bali ambruk. Ini jadi ‘PR’ ke depan untuk diperbaiki," jelas Ketut Kariyasa. Begitu pula mengenai masalah tenaga kerja. Indonesia yang memiliki bonus demografi, tapi masih kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. Padahal, penduduk Indonesia lebih besar dari mereka. Itu menjadi ‘PR’ juga untuk bagaimana memanfaatkan peluang dengan maksimal kesempatan bekerja di luar negeri.
Plus pendapatannya besar pula di sana. Selain itu, pemerintahan baru nanti diharapkan menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri lebih maksimal lagi. Dengan duduk kembali di Senayan, kesempatan Ketut Kariyasa juga terbuka menempati posisi ketua komisi atau ketua AKD di DPR RI. Namun, Ketut Kariyasa menyerahkan semua kepada partai. "Mengenai itu, merupakan kebijakan partai," jelas Kariyasa. Dia sendiri sudah sangat bersyukur bisa menjadi wakil rakyat lagi. "Astungkara lolos kembali. Saya bersyukur kepada Tuhan. Saya juga ucapkan terima kasih kepada masyarakat Bali yang mempercayakan kembali saya sebagai anggota dewan. Ini adalah amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya," imbuh Kariyasa yang meraih 84.510 suara. Sementara incumbent lainnya yang lolos ke Senayan, yakni IGN Kesuma Kelakan dan I Wayan Sudirta, keduanya dari PDIP. IGN Kesuma Kelakan, politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar ini sukses membukukan 218.539 suara, sedangkan Wayan Sudirta, politisi asal Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem meraih 169.776 suara. Sedangkan caleg pendatang baru (new comer) yang lolos ke DPR RI dari Dapil Bali dalam Pemilu 2024, yakni I Nyoman Adi Wiryatama (PDIP) meraih 165.374 suara, I Dewa Gde Agung Widiarsana (Gerindra) dengan 80.658 suara, Tutik Kusuma Wardhani (Demokrat) mendapatkan 54.713 suara, dan I Nengah Senantara (NasDem) dengan mendapatkan 51.563 suara).
I Nyoman Adi Wiryatama merupakan politisi senior PDIP asal Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Dia kini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda) DPD PDIP Bali, Bupati Tabanan dua periode (2000-2005 dan 2010-2015), serta Ketua DPRD Bali periode 2019-2024. Selanjutnya Tutik Kusuma Wardhani adalah Srikandi Demokrat asal Kabupaten Buleleng yang sempat menduduki kursi DPR RI periode 2014-2019 dengan status Pengganti Antarwaktu (PAW) menggantikan Jero Wacik yang tersandung kasus hukum.
New comer berikutnya, yakni I Dewa Gde Agung Widiarsana. Politisi Gerindra ini dikenal sebagai pengusaha. Pria kelahiran Jakarta, 12 Februari 1978 ini menduduki posisi Dewan Penasihat DPD Gerindra Bali. Sedangkan I Nengah Senantara merupakan Anggota Dewan Pakar DPW NasDem Bali. Pengusaha yang juga pemilik salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini merupakan politisi NasDem asal Desa/Kecamatan Kubu, Karangasem.
Perebutan kursi DPR RI, Daerah Pemilihan (Dapil) Bali di Pileg 2024 ini memang berlangsung sengit dan banyak kejutan. PDIP dan Partai Golkar pada Pemilu 2024 ini pun harus kehilangan masing-masing 1 kursi. Sementara Partai Gerindra, Partai Demokrat dan Partai NasDem berbagi rata dengan merebut masing-masing 1 kursi. NasDem dan Gerindra sendiri terbilang sukses, sebab pada Pileg 2019 lalu tidak berhasil kirim wakilnya ke Senayan. 7 k22, nat
Demer yang menempati nomor urut 2 mampu menempati peroleh suara terbanyak dari caleg Golkar lainnya dengan mendapatkan suara 100.747. Demer pun, bersyukur atas hasil tersebut. "Ini berkat apresiasi dari masyarakat Bali atas kerja-kerja yang saya lakukan selama ini. Saya sangat bersyukur mendapat apresiasi dari mereka. Saya juga berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah memberikan apresiasi kepada saya," ujar Demer saat dihubungi NusaBali, Selasa (12/3).
Demer sendiri tidak menyangka bisa lolos dan mendapat suara lebih banyak dari calon Golkar lainnya. Sebab dia berada di urutan nomor dua sebagai caleg. Justru, dia memperkirakan nomor urut satu yang ditempati Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry yang bakal mendapat perolehan suara besar. Dengan berada di urutan nomor dua sebagai caleg dari Golkar, suara Demer mengalami penurunan. Pada Pileg 2019 lalu, dia memperoleh suara 114.104. Jika berada di urutan nomor satu, Demer optimis suaranya bisa melebihi Pileg 2019 dengan meraih suara sekitar 150.000-an di Pileg 2024.
Dengan hasil suara di Pileg 2024 sebesar 100.747 suara, Demer tetap lolos ke Senayan. Dia juga menjadi satu-satunya caleg Golkar daerah pemilihan Bali yang berada di pusat untuk lima tahun ke depan. Kesempatan Demer menjadi Ketua Komisi maupun Ketua Alat Kelengkapan Dewan (AKD) pun sangat terbuka.
Namun, Demer menyerahkan semua kepada DPP Golkar. "Lantaran semua tergantung dari DPP. DPP itu kolektif kolegial. Semua harus dirapatkan terlebih dahulu, karena Golkar milik bersama sehingga keputusan harus sesuai administratif. Jadi, saya serahkan ke pimpinan," ucap Demer. Begitu pula dengan penempatan di komisi berapa nantinya, Demer menyerahkan semua kepada DPP Golkar. "Saya ikut keputusan partai saja," terang pria yang saat ini berada di Komisi VI DPR RI ini.
Sementara incumbent dari PDIP, Nyoman Parta menyatakan bersyukur mendapat kepercayaan dari masyarakat Bali sehingga bisa duduk lagi sebagai wakil rakyat di tingkat pusat. Dia juga berterima kasih kepada masyarakat Bali yang telah mendukung dengan mencoblos dirinya pada 14 Februari 2024 kemarin. "Saya tentu ucapkan puji syukur diberi kesempatan kembali sebagai wakil rakyat di periode kedua," ucap Parta. Parta melenggang ke Senayan dengan perolehan suara 281.688. Jumlah suara ini merupakan terbesar di daerah pemilihan Bali. Parta pun, merasa terharu atas raihan suara terbanyak tersebut.
"Sungguh saya terharu atas kepercayaan masyarakat Bali. Saya janji kerja keras dan memperjuangkan harapan dan hak-hak rakyat Bali di Jakarta," tegas Parta. Selanjutnya, Parta mengajak anak-anak muda dari kalangan generasi milenial dan z agar jangan takut terjun ke dunia politik. Sebab, dunia politik mengajak kepada kebaikan.
"Mari ikut bergabung dengan gerakan politik atau apa pun partainya, karena anak muda harus melek politik," papar Parta. Dalam kesempatan itu, Parta menjelaskan dia bisa memperoleh suara terbanyak di Bali, karena tidak terlepas dari kerja-kerja politiknya. Di mana, dia tidak memiliki aktivitas atau usaha lain. Dia fokus melayani dan bekerja untuk rakyat Bali. Dia juga membuat Rumah Aspirasi sebagai tempat masukan semua aspirasi rakyat baik itu perorangan, kelompok adat, kalangan kampus, pecinta lingkungan maupun kaum difabel. Mengenai kelak akan berada di komisi berapa pada masa bakti 2024-2029, Parta menyerahkan keputusan pada partai.
"Semua tergantung pada penugasan partai, saya siap tugas di mana saja. Tapi, kalau diizinkan saya ingin tetap berada di Komisi VI karena masih ada tugas yang belum selesai. Antara lain, memfasilitasi pelatihan-pelatihan bagi anak muda," papar Parta. Sebagai peraih suara terbanyak di Bali, Parta juga memiliki peluang menempati pimpinan komisi atau AKD DPR RI. Parta menyampaikan, mengenai masalah itu berada di tangan pimpinan partai. "Lagi pula mengenai suara terbanyak tidak ada hubungannya (menjadi pimpinan komisi atau AKD). Jabatan itu, urusan pimpinan partai. Bukan orang per orang," terang Parta.
Hal sama dikatakan I Ketut Kariyasa Adnyana. Menurut Ketut Kariyasa, soal penempatan komisi di DPR RI kelak partai yang menentukan. Oleh karena itu, semua tergantung dari kebijakan DPP PDIP. Sebagai petugas partai, dia siap melaksanakan penugasan tersebut. Namun, bila dipercaya dia ingin tetap berada di Komisi IX DPR RI. Komisi itu, antara lain membidangi kesehatan dan tenaga kerja. Lantaran di periode pertama dia berada di Komisi IX, membuat dia lebih paham lagi jika berada dia komisi itu pada periode dua nanti. Selain itu, masih ada ‘PR’ yang harus diperjuangkan kembali.
Salah satunya mengenai kesehatan. Di mana pada 2020 lalu terjadi pandemi Covid-19. Pandemi tersebut sangat mempengaruhi Bali yang mengandalkan pariwisata. "Masalah kesehatan itu penting bagi manusia, terutama di Bali. Saat Covid-19, ekonomi Bali ambruk. Ini jadi ‘PR’ ke depan untuk diperbaiki," jelas Ketut Kariyasa. Begitu pula mengenai masalah tenaga kerja. Indonesia yang memiliki bonus demografi, tapi masih kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. Padahal, penduduk Indonesia lebih besar dari mereka. Itu menjadi ‘PR’ juga untuk bagaimana memanfaatkan peluang dengan maksimal kesempatan bekerja di luar negeri.
Plus pendapatannya besar pula di sana. Selain itu, pemerintahan baru nanti diharapkan menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri lebih maksimal lagi. Dengan duduk kembali di Senayan, kesempatan Ketut Kariyasa juga terbuka menempati posisi ketua komisi atau ketua AKD di DPR RI. Namun, Ketut Kariyasa menyerahkan semua kepada partai. "Mengenai itu, merupakan kebijakan partai," jelas Kariyasa. Dia sendiri sudah sangat bersyukur bisa menjadi wakil rakyat lagi. "Astungkara lolos kembali. Saya bersyukur kepada Tuhan. Saya juga ucapkan terima kasih kepada masyarakat Bali yang mempercayakan kembali saya sebagai anggota dewan. Ini adalah amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya," imbuh Kariyasa yang meraih 84.510 suara. Sementara incumbent lainnya yang lolos ke Senayan, yakni IGN Kesuma Kelakan dan I Wayan Sudirta, keduanya dari PDIP. IGN Kesuma Kelakan, politisi asal Desa Pemecutan Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar ini sukses membukukan 218.539 suara, sedangkan Wayan Sudirta, politisi asal Desa Pidpid, Kecamatan Abang, Karangasem meraih 169.776 suara. Sedangkan caleg pendatang baru (new comer) yang lolos ke DPR RI dari Dapil Bali dalam Pemilu 2024, yakni I Nyoman Adi Wiryatama (PDIP) meraih 165.374 suara, I Dewa Gde Agung Widiarsana (Gerindra) dengan 80.658 suara, Tutik Kusuma Wardhani (Demokrat) mendapatkan 54.713 suara, dan I Nengah Senantara (NasDem) dengan mendapatkan 51.563 suara).
I Nyoman Adi Wiryatama merupakan politisi senior PDIP asal Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Dia kini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (Deperda) DPD PDIP Bali, Bupati Tabanan dua periode (2000-2005 dan 2010-2015), serta Ketua DPRD Bali periode 2019-2024. Selanjutnya Tutik Kusuma Wardhani adalah Srikandi Demokrat asal Kabupaten Buleleng yang sempat menduduki kursi DPR RI periode 2014-2019 dengan status Pengganti Antarwaktu (PAW) menggantikan Jero Wacik yang tersandung kasus hukum.
New comer berikutnya, yakni I Dewa Gde Agung Widiarsana. Politisi Gerindra ini dikenal sebagai pengusaha. Pria kelahiran Jakarta, 12 Februari 1978 ini menduduki posisi Dewan Penasihat DPD Gerindra Bali. Sedangkan I Nengah Senantara merupakan Anggota Dewan Pakar DPW NasDem Bali. Pengusaha yang juga pemilik salah satu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ini merupakan politisi NasDem asal Desa/Kecamatan Kubu, Karangasem.
Perebutan kursi DPR RI, Daerah Pemilihan (Dapil) Bali di Pileg 2024 ini memang berlangsung sengit dan banyak kejutan. PDIP dan Partai Golkar pada Pemilu 2024 ini pun harus kehilangan masing-masing 1 kursi. Sementara Partai Gerindra, Partai Demokrat dan Partai NasDem berbagi rata dengan merebut masing-masing 1 kursi. NasDem dan Gerindra sendiri terbilang sukses, sebab pada Pileg 2019 lalu tidak berhasil kirim wakilnya ke Senayan. 7 k22, nat
Komentar