Dua Srikandi Bali Siap Berjuang di Senayan
Tutik-Niluh Djelantik Kawal Aspirasi Kaum Perempuan Bali
SINGARAJA, NusaBali - Dua Srikandi asal Bali dipastikan melaju ke Senayan sebagai anggota DPR RI dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan (Dapil) Bali di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024.
Keduanya, yakni Putu Tutik Kusuma Wardhani dari Demokrat dengan meraih 54.713 suara untuk DPR RI, dan Niluh Putu Ary Pertami Djelantik dengan memperoleh 377.152 suara untuk DPD RI. Kedua wanita tangguh Bali ini pun berjanji akan bekerja sungguh-sungguh di Senayan dan memperjuangkan aspirasi kaum perempuan.
Putu Tutik Kusuma Wardhani satu-satunya caleg perempuan dari dapil Bali yang berhasil lolos ke DPR RI. Tutik lolos ke DPR RI bersama 8 caleg lainnya di Dapil Bali. Mereka, yakni I Nyoman Parta (PDIP/281.688 suara), IGN Kesuma Kelakan (PDIP/218.539 suara), I Wayan Sudirta (PDIP/169.776 suara), I Nyoman Adi Wiryatama (PDIP/165.374 suara), I Ketut Kariyasa Adnyana (PDIP/84.510 suara), Gde Sumarjaya Linggih (Golkar/100.747 suara), I Dewa Gde Agung Widiarsana (Gerindra/80.658 suara), dan I Nengah Senantara (NasDem/51.563 suara).
Sedangkan Niluh Djelantik satu-satunya perempuan yang lolos DPD RI dari Dapil Bali. Tiga caleg DPD RI lainnya yang lolos DPD RI, yakni IB Rai Dharmawijaya Mantra (memperoleh 494.698 suara), IGN Arya Wedakarna (memperoleh 378.300 suara), dan I Komang Merta Jiwa (memperoleh 363.440 suara). Saat dihubungi NusaBali, Kamis (14/3), Tutik Kusuma Wardhani menyatakan akan mengawal penuh hak-hak perempuan Bali.
Srikandi Demokrat ini berhasil kembali melenggang ke Senayan setelah sebelumnya sempat menduduki kursi PAW DPR RI periode tahun 2017-2019 menggantikan Jero Wacik yang tersandung kasus korupsi kala itu. Dia menyebut karier politiknya diikuti seperti air mengalir. Tutik pada Juli 2022 lalu sempat pindah gerbong ke Partai NasDem. Namun setahun kemudian pada pertengahan 2023, perempuan berusia 70 tahun ini kembali bergabung dengan Partai Demokrat yang membesarkan namanya sejak awal.
Di tengah perjuangannya hendak berproses nyaleg DPR RI pada Pemilu 2024, politisi asal Buleleng ini mengaku sempat memutuskan mundur dari dunia politik. Istri I Gede Dharma Wijaya ini merasa menyesal saat putranya Aditya Trimahendra Dharma berpulang untuk selamanya pada April 2023 lalu. “Saat itu saya masih di NasDem, kemudian musibah anak saya meninggal. Saya saat itu merasa terlalu mementingkan karier politik sehingga tidak ada saat anak meregang nyawa karena ada janji bertemu. Saat itu saya menyatakan mundur dan disetujui NasDem,” tutur Tutik melalui sambungan telepon, Kamis kemarin.
Namun tak berselang lama dia kembali dihubungi, didesak dan dirayu Demokrat. Tutik lalu mendapatkan motivasi untuk mengisi waktu senggangnya dan bisa bangkit dari kesedihan mendalam. Hanya saja kesempatan terpilih menjadi caleg dapil Bali untuk DPR RI merupakan kali terakhirnya di dunia politik. Sebagai perwakilan kaum perempuan, Tutik siap mengawal penuh hak-hak perempuan. Terutama mendorong perempuan Bali mengambil peluang untuk berkembang di segala bidang. Sebab menurutnya kondisi saat ini pergerakan perempuan Bali masih terbelenggu oleh adat dan urusan rumah tangga yang sangat komplek. “Peluang perempuan untuk maju masih sangat terbatas. Terutama di adat, kalau mungkin perempuan agar dilibatkan jadi pengurus. Sehingga suara-suara kami bisa lebih didengar, bisa ikut berkontribusi untuk daerah,” ucap Tutik.
Kesempatan perempuan dalam mengambil peluang untuk berkembang di bidang apapun masih tarik ulur dengan urusan adat dan rumah tangga. Menurutnya sudah saatnya ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang dimulai dari ranah keluarga. Sehingga diperlukan kerja sama dan pemahaman yang harus dibangun untuk saling mendukung.
“Banyak kok perempuan-perempuan di pedesaan, ibu-ibu kelompok wanita tani yang maju, usahanya lancar, hanya saja mereka selama ini tidak tampak karena menstigma diri sebagai perempuan yang habis waktunya di rumah. Ini yang ingin saya rangkul dan dorong untuk tampil dan berkembang,” terang ibu yang terlihat masih awet muda ini. Di komisi manapun akan ditempatkan, Tutik berjanji akan mencari celah yang mendukung pemberdayaan perempuan. Tidak harus di komisi yang khusus mengurus tentang perempuan dan anak. Tutik juga menyoroti soal kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Bali yang perlu perhatian khusus. Persoalan ini pun akan diupayakan mendapat keadilan hukum.
“Harapan saya lebih banyak lagi perempuan yang bergerak di semua bidang, untuk bertukar pikiran dan saling support. Apalagi Bali sekarang (Pemilu 2024) juga akan punya DPD RI perempuan (Niluh Putu Ary Pertami Djelantik, Red) tentu kami akan saling mengisi dalam berjuang untuk Bali,” papar politisi asal Kelurahan Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Sementara itu caleg DPD RI yang dipastikan lolos, yakni Niluh Djelantik mengatakan bangga bisa menjadi salah satu perempuan Bali yang akan melenggang ke tingkat nasional. Menurutnya, keterwakilan Bali menjadi keniscayaan karena setengah penduduk Bali adalah perempuan. “Perempuan Bali di Senayan periode sebelumnya tidak ada. Kali ini mencatat sejarah,” ujarnya penuh semangat saat dihubungi, Selasa NusaBali, Selasa (12/3) lalu. Dia menjelaskan, sebagai warga negara, perempuan memiliki hak yang sama dengan warga negara laki-laki.
Menurut aktivis yang berasal dari Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng ini masih banyak kasus yang merugikan perempuan Bali selama ini, seperti kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan. Untuk itu dia akan merangkul banyak aktivis perempuan untuk bersama-sama membangun Bali yang ramah terhadap perempuan dan anak. Niluh Djelantik menegaskan tidak hanya memperjuangkan perempuan dan anak melalui penyusunan undang-undang di Gedung Dewan, melainkan juga tetap membuka pengaduan langsung dari masyarakat.
Selain melalui media sosial pribadinya dia akan membuka kanal ‘Lapor Niluh’ untuk menampung aspirasi masyarakat Bali. Nantinya dia secara periodik mengadakan pertemuan dengan masyarakat secara langsung menerima keluh kesah, masukan, hingga kritik dari masyarakat. Peraih penghargaan Best Fashion Brand & Designer dari The Yak Awards 2010 ini mengakui penanganan masalah di Bali perlu melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat adat.
Niluh Djelantik menyebut pihaknya akan menjadi jembatan masyarakat dan aparat pemerintah dalam menegakkan keadilan bagi kaum perempuan. “Jadi harus bisa menjadi jembatan, tapi dengan cara memahami kedua belah pihak,” tegas pengusaha yang aktif sebagai aktivis di Bali ini.
Menanggapi melenggangnya dua perempuan Bali ke Senayan, Ketua Bali Sruti Luh Riniti Rahayu mengatakan terpilihnya dua srikandi Bali pada Pemilu 2024 ini sangatlah membanggakan. Karena jatah 9 kursi DPR RI untuk Bali baru saat ini perempuan dapat merebut kemenangan secara langsung. Begitu pula untuk DPD RI. Sejak pemilu secara langsung di Indonesia tahun 2004, sudah 15 tahun atau 3 kali Pemilu, belum ada perempuan Bali lolos menjadi senator.
“Tutik Kusumawardani dan Niluh Djelantik merupakan representasi keterwakilan perempuan Bali yang bisa membuktikan bahwa perempuan bisa. Bisa bertarung dalam dunia politik yang masih sangat maskulin dan belum ramah terhadap perempuan,” ujar Riniti, Selasa lalu. Dia menambahkan, dari ketokohan kedua sosok perempuan Bali selama ini, para aktivis perempuan di Bali yakin keduanya bisa berkontribusi terhadap kebijakan-kebijakan yang pro keadilan termasuk bagi perempuan dan anak.
Lebih jauh, Riniti menuturkan, Pemilu secara langsung telah berjalan lima kali, stereotype bahwa dunia politik hanya untuk laki-laki dirasakannya mulai menurun. Ia menyebut, setiap daerah di kabupaten/kota di Bali kini sudah memiliki wakil perempuannya. “Tentu saja tidak pernah akan mencapai 30 persen karena 30 persen hanya baru tahap pencalonan saja. Bila nanti pencalonan 50:50, dan sistem Pemilu lebih ramah perempuan, yakin perempuan tembus 30 persen,” ujarnya. Dia pun berharap semua wakil rakyat perempuan Bali, benar-benar memanfaatkan kesempatan ini dalam mengemban suara rakyat. Mengabdi kepada rakyat. Semua perdebatan di Gedung DPR RI/DPD RI adalah untuk rakyat. 7 k23, a
Putu Tutik Kusuma Wardhani satu-satunya caleg perempuan dari dapil Bali yang berhasil lolos ke DPR RI. Tutik lolos ke DPR RI bersama 8 caleg lainnya di Dapil Bali. Mereka, yakni I Nyoman Parta (PDIP/281.688 suara), IGN Kesuma Kelakan (PDIP/218.539 suara), I Wayan Sudirta (PDIP/169.776 suara), I Nyoman Adi Wiryatama (PDIP/165.374 suara), I Ketut Kariyasa Adnyana (PDIP/84.510 suara), Gde Sumarjaya Linggih (Golkar/100.747 suara), I Dewa Gde Agung Widiarsana (Gerindra/80.658 suara), dan I Nengah Senantara (NasDem/51.563 suara).
Sedangkan Niluh Djelantik satu-satunya perempuan yang lolos DPD RI dari Dapil Bali. Tiga caleg DPD RI lainnya yang lolos DPD RI, yakni IB Rai Dharmawijaya Mantra (memperoleh 494.698 suara), IGN Arya Wedakarna (memperoleh 378.300 suara), dan I Komang Merta Jiwa (memperoleh 363.440 suara). Saat dihubungi NusaBali, Kamis (14/3), Tutik Kusuma Wardhani menyatakan akan mengawal penuh hak-hak perempuan Bali.
Srikandi Demokrat ini berhasil kembali melenggang ke Senayan setelah sebelumnya sempat menduduki kursi PAW DPR RI periode tahun 2017-2019 menggantikan Jero Wacik yang tersandung kasus korupsi kala itu. Dia menyebut karier politiknya diikuti seperti air mengalir. Tutik pada Juli 2022 lalu sempat pindah gerbong ke Partai NasDem. Namun setahun kemudian pada pertengahan 2023, perempuan berusia 70 tahun ini kembali bergabung dengan Partai Demokrat yang membesarkan namanya sejak awal.
Di tengah perjuangannya hendak berproses nyaleg DPR RI pada Pemilu 2024, politisi asal Buleleng ini mengaku sempat memutuskan mundur dari dunia politik. Istri I Gede Dharma Wijaya ini merasa menyesal saat putranya Aditya Trimahendra Dharma berpulang untuk selamanya pada April 2023 lalu. “Saat itu saya masih di NasDem, kemudian musibah anak saya meninggal. Saya saat itu merasa terlalu mementingkan karier politik sehingga tidak ada saat anak meregang nyawa karena ada janji bertemu. Saat itu saya menyatakan mundur dan disetujui NasDem,” tutur Tutik melalui sambungan telepon, Kamis kemarin.
Namun tak berselang lama dia kembali dihubungi, didesak dan dirayu Demokrat. Tutik lalu mendapatkan motivasi untuk mengisi waktu senggangnya dan bisa bangkit dari kesedihan mendalam. Hanya saja kesempatan terpilih menjadi caleg dapil Bali untuk DPR RI merupakan kali terakhirnya di dunia politik. Sebagai perwakilan kaum perempuan, Tutik siap mengawal penuh hak-hak perempuan. Terutama mendorong perempuan Bali mengambil peluang untuk berkembang di segala bidang. Sebab menurutnya kondisi saat ini pergerakan perempuan Bali masih terbelenggu oleh adat dan urusan rumah tangga yang sangat komplek. “Peluang perempuan untuk maju masih sangat terbatas. Terutama di adat, kalau mungkin perempuan agar dilibatkan jadi pengurus. Sehingga suara-suara kami bisa lebih didengar, bisa ikut berkontribusi untuk daerah,” ucap Tutik.
Kesempatan perempuan dalam mengambil peluang untuk berkembang di bidang apapun masih tarik ulur dengan urusan adat dan rumah tangga. Menurutnya sudah saatnya ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang dimulai dari ranah keluarga. Sehingga diperlukan kerja sama dan pemahaman yang harus dibangun untuk saling mendukung.
“Banyak kok perempuan-perempuan di pedesaan, ibu-ibu kelompok wanita tani yang maju, usahanya lancar, hanya saja mereka selama ini tidak tampak karena menstigma diri sebagai perempuan yang habis waktunya di rumah. Ini yang ingin saya rangkul dan dorong untuk tampil dan berkembang,” terang ibu yang terlihat masih awet muda ini. Di komisi manapun akan ditempatkan, Tutik berjanji akan mencari celah yang mendukung pemberdayaan perempuan. Tidak harus di komisi yang khusus mengurus tentang perempuan dan anak. Tutik juga menyoroti soal kasus kekerasan pada perempuan dan anak di Bali yang perlu perhatian khusus. Persoalan ini pun akan diupayakan mendapat keadilan hukum.
“Harapan saya lebih banyak lagi perempuan yang bergerak di semua bidang, untuk bertukar pikiran dan saling support. Apalagi Bali sekarang (Pemilu 2024) juga akan punya DPD RI perempuan (Niluh Putu Ary Pertami Djelantik, Red) tentu kami akan saling mengisi dalam berjuang untuk Bali,” papar politisi asal Kelurahan Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Sementara itu caleg DPD RI yang dipastikan lolos, yakni Niluh Djelantik mengatakan bangga bisa menjadi salah satu perempuan Bali yang akan melenggang ke tingkat nasional. Menurutnya, keterwakilan Bali menjadi keniscayaan karena setengah penduduk Bali adalah perempuan. “Perempuan Bali di Senayan periode sebelumnya tidak ada. Kali ini mencatat sejarah,” ujarnya penuh semangat saat dihubungi, Selasa NusaBali, Selasa (12/3) lalu. Dia menjelaskan, sebagai warga negara, perempuan memiliki hak yang sama dengan warga negara laki-laki.
Menurut aktivis yang berasal dari Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng ini masih banyak kasus yang merugikan perempuan Bali selama ini, seperti kekerasan dalam rumah tangga maupun kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan. Untuk itu dia akan merangkul banyak aktivis perempuan untuk bersama-sama membangun Bali yang ramah terhadap perempuan dan anak. Niluh Djelantik menegaskan tidak hanya memperjuangkan perempuan dan anak melalui penyusunan undang-undang di Gedung Dewan, melainkan juga tetap membuka pengaduan langsung dari masyarakat.
Selain melalui media sosial pribadinya dia akan membuka kanal ‘Lapor Niluh’ untuk menampung aspirasi masyarakat Bali. Nantinya dia secara periodik mengadakan pertemuan dengan masyarakat secara langsung menerima keluh kesah, masukan, hingga kritik dari masyarakat. Peraih penghargaan Best Fashion Brand & Designer dari The Yak Awards 2010 ini mengakui penanganan masalah di Bali perlu melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat adat.
Niluh Djelantik menyebut pihaknya akan menjadi jembatan masyarakat dan aparat pemerintah dalam menegakkan keadilan bagi kaum perempuan. “Jadi harus bisa menjadi jembatan, tapi dengan cara memahami kedua belah pihak,” tegas pengusaha yang aktif sebagai aktivis di Bali ini.
Menanggapi melenggangnya dua perempuan Bali ke Senayan, Ketua Bali Sruti Luh Riniti Rahayu mengatakan terpilihnya dua srikandi Bali pada Pemilu 2024 ini sangatlah membanggakan. Karena jatah 9 kursi DPR RI untuk Bali baru saat ini perempuan dapat merebut kemenangan secara langsung. Begitu pula untuk DPD RI. Sejak pemilu secara langsung di Indonesia tahun 2004, sudah 15 tahun atau 3 kali Pemilu, belum ada perempuan Bali lolos menjadi senator.
“Tutik Kusumawardani dan Niluh Djelantik merupakan representasi keterwakilan perempuan Bali yang bisa membuktikan bahwa perempuan bisa. Bisa bertarung dalam dunia politik yang masih sangat maskulin dan belum ramah terhadap perempuan,” ujar Riniti, Selasa lalu. Dia menambahkan, dari ketokohan kedua sosok perempuan Bali selama ini, para aktivis perempuan di Bali yakin keduanya bisa berkontribusi terhadap kebijakan-kebijakan yang pro keadilan termasuk bagi perempuan dan anak.
Lebih jauh, Riniti menuturkan, Pemilu secara langsung telah berjalan lima kali, stereotype bahwa dunia politik hanya untuk laki-laki dirasakannya mulai menurun. Ia menyebut, setiap daerah di kabupaten/kota di Bali kini sudah memiliki wakil perempuannya. “Tentu saja tidak pernah akan mencapai 30 persen karena 30 persen hanya baru tahap pencalonan saja. Bila nanti pencalonan 50:50, dan sistem Pemilu lebih ramah perempuan, yakin perempuan tembus 30 persen,” ujarnya. Dia pun berharap semua wakil rakyat perempuan Bali, benar-benar memanfaatkan kesempatan ini dalam mengemban suara rakyat. Mengabdi kepada rakyat. Semua perdebatan di Gedung DPR RI/DPD RI adalah untuk rakyat. 7 k23, a
Komentar